Making Dirty Scandal – Vanesa ialah seorang aktris berbakat yang tengah mencapai puncak kejayaannya tiba-tiba diterpa berita tentang skandalnya yang fenomenal. Dari artis kesayangan media, dia berubah menjadi artis kontroversial yang dibenci banyak pihak.
Namun, di dalam skandal itu, ternyata ada proses yang tidak diketahui semua orang. Hanya para pembuat skandal yang tahu bagaimana cerita aslinya. Bagaimana akhir dari karir Vanesa? Akankah publik kembali mencintainya?
Penghargaan Piala Puspa untuk pemeran utama wanita terbaik jatuh kepada…
Vanesa Francisca!
Ngocoks Wanita yang tampil sangat anggun dengan gaun putih yang memamerkan bentuk tubuh indahnya itu langsung berdiri, pria dengan jas hitam di sampingnya menyambut dengan kecupan di pipinya.
Dengan wajah begitu senang, ia berjalan ke arah panggung. Malam itu adalah malam terbaik baginya karena untuk pertama kali, ia akan memegang piala keemasan yang menandakan bahwa ia adalah pelakon seni peran wanita terbaik di negeri ini.
Pria dengan jas hitam yang terbuka itu tampak paling semangat bertepuk tangan, matanya seakan menandakan rasa bangga yang begitu besar. Tidak hanya pria muda itu, tetapi ratusan tamu yang hadir pun memberi tepukan.
Kamera-kamera menuju ke arah mereka, dan tentu saja segera kembali mengarah pada sang pemeran utama wanita terbaik malam ini. Di sisi lain kemegahan acara penghargaan malam itu, ada meja yang hanya berisi dua orang.
Seorang pria dewasa dengan garis wajah tegas yang tampak sangat memesona, tubuh tegap dan setelan rapi yang dipakainya membuatnya tampak begitu berwibawa.
Sang wanita di hadapannya tampil begitu cantik, wajahnya terukir bagaikan sosok dingin yang menyembunyikan misteri. Keduanya adalah pasangan artis yang sudah merangkai rumah tangga lebih dari satu dekade.
“Gadis itu pantas dikatakan sebagai pengganti dirimu, Sayang,” ujar sang pria sembari memandangi Vanesa yang tengah memberikan pidato kemenangan.
Wanita dewasa berbaju merah itu seakan tidak setuju, ia menggeleng. “Dia tidak pantas disebut penggantiku, dia punya charm yang beda. Fiara adalah Fiara dan Vanesa adalah Vanesa. Kau jangan terbawa perkataan media,” ujarnya sambil memandangi suaminya.
“Bukan masalah akting. Aku sedang memperhatikan rambutnya. Dia menggantikanmu untuk menjadi duta sampo Ratine, bukan?” tanya sang suami seraya menahan tawanya.
Fiara memandang suaminya dengan wajah malas. “Kalau itu, iya. Aku akui rambutnya juga berkilau, pantas menjadi duta sampo, sedangkan rambutku sekarang….” Fiara mengusap rambutnya.
Sang suami menyentuh dagu istrinya dan mengarahkan pandangan istrinya ke arahnya. “Jika rambutmu tak lagi berkilau, yang penting rasa cintamu padaku akan tetap berkilau hingga kapan pun.”
Fiara memutar pandangannya serasa apa yang dikatakan suaminya hanya gombal belaka. “Aku mau jadi duta sampo lain saja,” ujar Fiara seakan bertekad.
“Duta hatiku saja!”
“Aska, kau sudah 45 tahun. Berhentilah menggombal.”
“Darahku tetap muda, jika bersamamu yang cantiknya tetap sama seperti tiga puluh tahun yang lalu,” kata Aska seraya menunjuk wajah istrinya.
Fiara menatap Aska dengan tatapan tidak senang. “Kau pikir wajahku sekarang seperti bocah?Aku masih kelas dua SD tiga puluh tahun lalu.”
Aska cekikikan. “Aku lupa kita berbeda tujuh tahun.”
Namun, wajah Fiara langsung berubah. Ia seakan termenung dan memilih kembali memandangi panggung di tempat Vanesa yang kini tengah turun. Aska seakan tahu apa yang dipikirkan istrinya sehingga dia menarik tangan istrinya dan menggenggamnya dengan erat di atas meja dengan taplak putih itu.
“Dia sudah bahagia di atas. Aku yakin keinginannya sekarang adalah melihat kita berdua juga bahagia,” ujar Aska seakan menguatkan istrinya.
Fiara tak menoleh ke arah Aska. Dia memilih diam dan terus memperhatikan Vanesa yang kini sudah ada di mejanya lagi, berpelukan dengan pasangannya dengan tangan memegang piala keemasan itu. Piala itu adalah piala yang sama dengan yang dimilikinya di rumah. Fiara tidak hanya punya satu, ia punya tiga.
***
Acara penghargaan itu sudah hampir berakhir. Di saat itu, Fiara melihat Vanesa dan pria berjas hitam yang ia tahu adalah seorang aktor yang menjadi pacar Vanesa, keduanya mendekati mejanya. Tidak hanya Fiara, Aska juga menyadari kedatangan dua orang muda itu.
“Kak Fiara,” sapa Vanesa dengan senang.
“Hai cantik,” ujar Fiara yang langsung berdiri dan menjabat tangan Vanesa.
“Aku Nolan Geraldo,” kata pria tampan yang mendampingi Vanesa itu pada Fiara dan Aska.
“Aku sudah tahu namamu, aktor muda,” ujar Aska saat berjabat tangan dengan Nolan.
“Paman, Pak, Bang, Uncle, bagaimana aku harus memanggilmu, ya?” tanya Nolan ke arah Aska.
“Apa pun asal jangan Om,” jawab Aska seraya tertawa. “Itu selalu diartikan negatif,” lanjutnya dengan bisikan.
“Silakan kalian duduk,” kata Fiara sembari menunjukkan bangku yang kosong. Di situ memang ada empat bangku.
“Kalian berdua terlihat sangat serasi,” puji Vanesa setelah memandangi Fiara dan Aska secara bergantian.
Walau begitu, pandangan Vanesa ke Aska agak dipercepat karena ia memilih untuk terus memandangi Fiara–orang yang sudah ia ambil posisinya sebagai duta sampo Ratine.
Fiara sendiri tampak tersenyum senang melihat juniornya itu mau menyapa, tetapi Fiara mulai merasa risih saat melihat piala yang dibawa Vanesa ditaruh ke atas meja.
“Kami berharap bisa menjadi pasangan yang harmonis seperti kalian berdua,” kata Nolan seraya merangkul Vanesa.
“Kau sangat beruntung,” ucap Aska sembari melirik ke Vanesa yang tampak malu. “Vanesa adalah aktris yang tidak hanya cantik, tetapi juga sangat berbakat. Aku sudah menonton film Wanita Dalam Roda Malam.
Dan dia,” Aska menunjuk ke wajah Vanesa, “pantas mendapatkan piala ini,” ucapnya yang kemudian mengambil piala di atas meja dan memperhatikannya.
“Kau berbakat menjadi pelacur,” ujar Fiara yang langsung membuat ketiga orang di meja itu menoleh padanya. “Maksudku kau bisa berperan sebagai wanita malam di film itu dengan sangat meyakinkan.
Filmmu sebelumnya juga bagus saat kau menjadi seorang penyanyi, tetapi aku lebih suka peranmu di film Wanita Dalam Roda Malam itu. Kau sangat total!”
Vanesa tersenyum. “Tidak sebaik dirimu. Semua film yang kau bintangi sangat luar biasa,” kata Vanesa yang tentu saja bermaksud memuji balik.
“Tipikal wanita, selalu membalas pujian dari wanita lain,” kata Aska yang diikuti tawa kecil.
“Tapi benar kata Vanesa. Sosok Fiara adalah legenda hidup, dia selalu berperan total,” ujar Nolan yang tersenyum pada Fiara dan Aska.
Fiara mengernyitkan dahi sembari memandangi Nolan. Sosok pria mata teduh, bibir manis, dan hidung yang proporsional itu mengingatkannya dengan seseorang. “Kau pernah bermain film denganku, ya?”
“Aku pernah berperan sebagai adikmu, lima belas tahun yang lalu,” kata Nolan seakan mengingatkan.
“Aku tidak percaya, kau Aldo si aktor cilik itu. Aku tak mendengar namamu lagi selama bertahun-tahun, dan sekarang kau ada di depanku sebagai seorang aktor dewasa. Aku sudah begitu tua ternyata,” ungkap Fiara menunjukkan ketidakpercayaannya.
“Dan aku juga tidak percaya karena kau sama sekali tak berubah. Kau masih sama seperti dulu, tetap cantik,” kata Nolan memuji. Ngocoks.com
Kemudian terjadilah nostalgia kecil antara Nolan dan Fiara yang membuat Vanesa dan Aska serasa menjadi pendengar saja. Di saat itu, kedua pasang mata itu bertemu. Mata tajam Aska memandang mata anggun Vanesa.
Dan penghargaan Film terbaik, jatuh pada… Wanita Dalam Roda Malam.
Vanesa tersadar oleh suara beberapa orang yang memanggilnya. Saat ia tahu film yang dimainkannya menang, ia pun segera berdiri untuk berpamitan pada Aska dan Fiara.
“Pialamu,” kata Aska memberikan piala milik Vanesa.
“Terima kasih,” jawab Vanesa yang langsung menurunkan pandangannya pada Aska.
“Filmmu menang?” Nolan ikut berdiri dan segera memeluk pacarnya itu.
Fiara melihat suaminya terus memandangi Vanesa dan Nolan yang sedang berpelukan itu. Setelah pasangan muda itu pamit untuk kembali, Aska menoleh ke arah Fiara.
“Mereka mengingatkanku pada kita dulu. Masih muda dan masih sangat bersemangat,” ujarnya.
Fiara mengangguk. “Mereka masih punya banyak kesempatan memerankan banyak peran,” ucapnya seraya menoleh ke arah panggung di mana Vanesa berdiri di sana bersama beberapa orang. “Sebagai pemeran utama.”
Bersambung…