Suara musik di kelab malam itu mendengung cukup keras. Di pojok bar, dua wanita tengah duduk ditemani gelas dan botol berisi minuman beralkohol. Milan terus menambah minumnya. Telah lama ia tidak mabuk, itu membuatnya ingin merasakan kehilangan kesadaran lagi karena alkohol.
“Vanesa benar-benar pelacur murahan! Dia sudah merenggut adikku darinya. Kau tahu kenapa aku sangat membenci Vanesa?” tanya Milan pada sahabatnya yang tampak diam saja.
Mona meminum koktailnya, lalu menoleh ke arah Milan. “Masa lalumu?”
Milan tertawa, lalu menuangkan minuman dari botol ke gelasnya. Ia menghabiskannya dalam sekali teguk. “Kau tahu, kan? Aku pernah memergoki tunanganku berhubungan badan dengan wanita lain di rumah yang seharusnya akan kami tempati setelah menikah? Sejak saat itu aku sangat membenci perselingkuhan.
Vanesa telah melakukan itu. Ya, walau dalam rekaman itu Aska dan pelacur itu melakukannya lima tahun lalu, tetapi you know what? Vanesa tidak menyelingkuhi Nolan, tapi dia menjadi perusak rumah tangga orang. It worse!”
“Kita belum mendengar statement dari Vanesa. Kita belum boleh menyimpulkan,” ujar Mona.
Milan memandang wajah sahabatnya dengan ekspresi tidak percaya, kemudian ia menaruh kedua tangannya ke pipi Mona. “Mona, kau terlalu polos. Ayolah lebih realistis. Vanesa ketakutan dan tidak pernah bicara pada media.”
“Dia akan melakukan itu, besok malam,” jawab Mona.
Milan memiringkan wajahnya. “Sungguh?”
“Ya, kenapa kau tidak tahu? Dia baru aja membagikan postingan di Instagramnya bahwa dia akan menceritakan segalanya,” jelas Mona seraya menunjukkan ponselnya pada Milan.
Kalian mungkin bertanya-tanya apa yang sesungguhnya terjadi.
Aku akan menceritakan segalanya besok malam. Beberapa media akan meliputnya.
Aku akan katakan apa yang aku tahu secara jujur.
Milan tertawa saat membaca postingan itu. “Attention seeker. Dia menginginkan atensi publik dan dugaanku sangat kuat. Dia pasti akan memilih playing victim.”
“Bukannya justru Fiara yang sekarang sedang playing victim?” tanya Mona yang sekarang terlihat mulai berani mengemukakan pendapatnya.
Milan menatap Mona dengan heran. “Apa yang kau katakan? Fiara, orang yang sudah dikhianati seperti itu kau bilang playing victim? Dia the real victim! Kau mulai gila, ya?”
“Aku tidak merasakan empati apa pun pada Fiara. Dia terlihat dingin saat aku bertemu dengannya. Ada hal yang disembunyikan, ada hal aneh dalam kasus ini. Kau tidak mendengar desas-desus bahwa dia ingin comeback?
Ia akan mengejutkan semua orang dengan tampil lagi di layar lebar? Apa kau tidak berpikir jika dia sedang membangun atensi publik dengan membongkar perselingkuhan suaminya sendiri yang sudah terekam sejak lima tahun lalu?” ungkap Mona.
Plak!
Tamparan keras menimpa pipi Mona. “Kau sudah gila. Apa yang membuatmu berpikiran seburuk itu?”
“Aku mencoba bersikap sepertimu. Penuh dengan pikiran negatif,” jawab Mona yang terlihat menahan rasa sakit dari pipinya yang kini merah.
“Apa maksudmu?” tanya Milan.
“Aku sedang menjadi sepertimu. Kesal, bukan? Orang yang aku dulu banggakan sekarang menjadi tukang bongkar aib, penuh kata-kata kasar, dan bermulut ular. Kita membentuk Generasi agar menjadi oasis di antara gurun pasir.
Memberitakan prestasi dan sisi positif agar para bintang dan orang-orang yang pantas bersinar terangkat. Sekarang, kau beralih haluan. Hanya demi dendam masa lalu yang kau tunjukkan pada orang yang salah,” terang Mona yang kini berdiri.
Milan terdiam. Ia membiarkan Mona berbalik badan dan pergi darinya.
***
Banyak media telah bersiap-siap untuk meliput klarifikasi dari Vanesa. Tempatnya sudah ditentukan, dan walau masih sore tempat itu sudah cukup ramai oleh wartawan dan kameramen. Mona dan seorang lelaki menilik televisi di sebuah kafe yang menampilkan pemberitaan itu.
“Nolan tidak bicara banyak padamu?” tanya Mona pada Gerry. Mona dan Gerry memang saling mengenal, mereka merupakan teman baik.
“Aku masih sering meneleponnya. Dia terus bertekad akan selalu di samping Vanesa,” jawab Gerry. “Tapi ada yang aneh.”
Mona mengerutkan dahinya. “Apa itu?”
“Clara, lawan main Nolan di film yang sekarang masih syuting sepertinya ingin Nolan dan Vanesa pisah. Pernah dengar berita tentang Clara dan Nolan beberapa bulan lalu, kan?” tanya Gerry.
Mona mengangguk. Ia membuka ponselnya, ada screenshoot tentang berita yang dimaksud Gerry.
Clara menyebutkan bahwa ia menikmati adegan ciuman bersama Nolan. Aktris berumur dua puluh enam tahun itu mengatakan jika bibir Nolan sangat enak dan menggairahkan. “Aku mau saja jika filmnya hanya berisi adegan ciuman. Sepertinya, aku ketagihan,” tambah Clara.
“Ya, tapi tidak lama setelah muncul berita itu. Clara mengklarifikasi jika itu hanya candaan,” jelas Gerry.
“Clara suka dengan Nolan, itu hal yang normal. Namun, apa kau tahu jika Clara sangat dekat dengan Fiara? Mereka bibi dan sepupu,” ujar Mona.
“Lalu?” Gerry tampak bingung.
“Clara pasti ada di kubu Fiara, dan itu berarti ia mungkin saja sedang menjalankan rencana dengan bibinya itu,” ungkap Mona berspekulasi.
“Tapi memangnya apa yang mereka rencanakan?” tanya Gerry.
“Membuat skandal kotor,” jawab Mona yang membuat Gerry terdiam.
***
Saat yang ditunggu-tunggu datang, Vanesa tampil anggun bersama seorang pria yang menjadi manajernya dan tentu saja Nolan. Ketiganya susuk di depan para awak media dengan Vanesa yang berada di tengah.
Sesekali, Nolan melempar senyum ke arah Vanesa agar pacarnya itu juga tersenyum. Ia tahu kalau Vanesa sangat gugup. “Kau bisa melakukan ini, Sayang.”
Suara-suara para wartawan dan jepretan kamera membuat Vanesa semakin terlihat tertekan. Walau sang menajer mencoba membuat para wartawan yang dijaga para bodyguard dan tim keamanan itu agar memberikan ketenangan bagi Vanesa, tetapi tetap saja Vanesa tampil gugup.
Siapa yang tidak gugup saat harus bersiap memberikan klarifikasi atas sebuah skandal yang menghebohkan suatu negeri?
“Selamat malam semua,” sapa Vanesa yang mencoba tersenyum. “Seperti yang sudah saya janjikan. Di sini, saya ingin memberikan klarifikasi atas kebenaran dari rekaman video yang sungguh memalukan itu.
Pertama-tama, saya mohon maaf karena selalu menghindari awak media yang merupakan partner saya untuk terus eksis di dunia hiburan ini. Saya sungguh tertekan. Video itu direkam lima tahun lalu di sebuah hotel ternama.”
Kehebohan pecah kala Vanesa mengatakan kalimat terakhir itu. Semua orang seakan langsung menyimpulkan kalau Vanesa memang orang dalam video itu. Ngocoks.com
“Semua tenang!” seru Nolan yang juga ingin mendengar cerita Vanesa lebih jauh.
“Aska adalah sosok yang sangat berpengaruh dalam karirku sebagai aktris. Saat aku baru masuk ke manajemen yang sama dengannya, dia banyak memberikan ilmu dan bahkan menawariku banyak job sehingga aku bisa sampai seperti sekarang. Dia mengenalku dengan sangat baik.
“Malam itu, aku bersamanya di sebuah kelab malam. Kala itu, aku sering mabuk-mabukan. Syukurlah tak ada media yang tahu sehingga namaku selalu dicap baik. Aska adalah salah satu orang yang sering bersamaku di kelab.
Malam itu, aku benar-benar mabuk berat. Aku sedang tidak bersama manajerku karena Aska memintaku untuk datang sendiri saja.
“Saat aku mabuk, aku tidak ingat apa pun. Aku ingat ketika aku bangun. Di sebuah hotel bersama Aska. Dia tidur di sofa, aku di ranjang. Aku tidak tahu apa yang terjadi sebelumnya.
Jika video itu benar, maka aku adalah orang di dalamnya. Aska memperkosaku saat aku mabuk,” ungkap Vanesa yang kemudian menangis.
Nolan memberikan tisu untuk Vanesa.
“Tapi, saat aku melihat video itu. Aku merasa ada hal yang aneh. Hal yang membuatku sedikit punya harapan.”
Mata Vanesa yang basah kini tampak menampilkan hal yang berbeda. Bibirnya mencoba tersenyum.
Bersambung…