Publik terkejut.
Orang-orang yang menyaksikan pengakuan Vanesa di televisi sungguh dibuat terperangai. Sebagian besar dari mereka langsung mengerti alasan Vanesa yang selama ini tidak mau memberikan klarifikasi.
Kasus pemerkosaan bukan hal yang akan dibicarakan dengan begitu mudah oleh korbannya. Tanda #VanesaMengaku dan #AskaIsOver langsung menjadi trending topic di jejaring sosial Twitter.
Banyak orang yang percaya dengan pengakuan Vanesa. Namun, masih banyak pula yang menganggap bahwa Vanesa hanya bermain sebagai korban dalam kasus itu–padahal kenyataannya belum tentu.
Milan hanya bisa terdiam saat melihat Vanesa yang memasang wajah begitu sedih, dan adiknya ada di layar itu bersama Vanesa. Matanya memandang dengan tidak percaya.
Sebenarnya ada harapan kecil yang hinggap di pikirannya, ia ingin kalau apa yang dikatakan Vanesa adalah benar. Namun, ia tak akan mudah percaya.
“Skenario yang bagus, Vanesa. Tidak salah kau mendapatkan piala Puspa sebagai aktris terbaik. Aktingmu memang luar biasa,” ujar Milan yang berbicara sendiri pada televisi.
***
“Vanesa bakal menang jika ia bisa membuktikan dirinya mabuk pada malam itu. Rekaman CCTV hotel harusnya bisa membantu.l,” ujar Gerry.
“Belum ada perkembangan dari polisi. Siapa penyebar video? Kita belum tahu. Jika Vanesa ingin membawa kasus ini ke permukaan sebagai korban asusila. Kurasa polisi bisa menyelidiki lebih lanjut segalanya. Kasus ini bisa lebih panjang dari yang kita duga,” ungkap Mona seraya mengamati layar televisi.
“Kau benar. Ini bukan masalah yang main-main. Aktor senior yang menjadi panutan telah menodai seorang aktris yang sekarang berada di puncak kejayaannya. Video itu hanya awal dari masalah yang lebih besar dan sensitif,” terang Gerry berpendapat.
“Kecuali satu hal,” ujar Mona.
Gerry mengernyitkan dahi. “Apa?”
“Kemungkinan Vanesa untuk berbohong pada media sama besarnya dengan kemungkinan dia jujur,” jawab Mona seraya memasang wajah serius.
Gerry mengangguk, lalu menoleh ke layar televisi lagi. “Vanesa akan bicara lagi,” ucapnya yang melihat Vanesa sudah tampak tidak menangis lagi.
***
Vanesa tampak mempersiapkan diri untuk kembali bicara. Sekarang, para wartawan dan media sudah tampak lebih diam. Mereka tidak mencecar pertanyaan dan memilih menunggu Vanesa bicara sendiri.
“Aku benar-benar mabuk berat malam itu. Aku tak ingat apa yang terjadi. Bahkan, jika dia memang melakukan itu padaku. Aku tidak akan tahu. Walaupun begitu, aku masih ingat sesuatu saat aku bangun. Di kamar hotel itu, aku menemukan baju. Ya, itu bukan bajuku. Aku merasa aneh kenapa ada baju wanita lain di situ.
“Setelah malam itu, Aska sedikit berbeda dalam menatapku. Aku merasa ada yang ia sembunyikan. Lalu, setelah munculnya video itu. Aku yakin bahwa semua terjadi di malam itu. Harapanku mungkin satu.
Ada kemungkinan wanita dalam video itu bukanlah aku, melainkan wanita pemilik pakaian yang ada di hotel itu. Ya, jika pun itu memang aku. Aku bersumbah bahwa aku dalam keadaan tidak sadar dan orang itu telah menodaiku!” jelas Vanesa yang kemudian menangis lagi.
Vanesa sangat jarang menangis, sehingga saat melihat pacarnya itu menangis, Nolan tampak benar-benar mengerti apa yang dirasakan pacarnya.
“Aku akan membawa kasus ini ke hukum. Ini merupakan pelecehan, iblis itu harus dihukum. Polisi pasti bisa menemukan segala buktinya,” ujar Nolan yang tampak berapi-api.
Vanesa menggeleng. “Tidak perlu. Itu sudah lama. Aku hanya ingin Aska jujur pada publik tentang apa yang sesungguhnya terjadi,” ungkap Vanesa.
***
“Sarah. Kau menonton siaran Vanesa?” tanya Milan yang menghubungi partnernya.
“Ya, tentu,” jawab Sarah.
“Bagaimana menurutmu, apa dia berbohong?” tanya Milan.
“Ayolah Milan! Kau jangan bodoh. Sudah jelas dia berbohong,” jawab Sarah yang terdengar yakin.
“Apa yang membuatmu percaya?” tanya Milan lagi.
Tedengar suara tawa di ponsel yang dipegang Milan.
“Dia tidak berani mengajukan kasusnya ke hukum. Itu karena dia berbohong! Ayolah, jika CCTV dari hotel yang dia maksud diselidiki, hasilnya hanya akan memperlihatkan seorang pelacur yang tengah menggoda suami orang!”
Milan diam. Ia menutup panggilannya. Ia ingin menelepon Fiara, tetapi wanita itu tak akan mengangkatnya. Ia ingin menelepon Mona, tetapi sahabatnya itu tak akan mau mendengarnya lagi.
Ia ingin menelepon Nolan, tetapi adiknya sudah memblokir nomornya. Sekarang, Milan merasa sendiri dalam kekalutan. Percaya atau tidak pada wanita yang sedang berada di depan puluhan kamera itu?
***
Dukungan pada Vanesa begitu besar. Orang-orang kini kembali mencari Aska untuk dimintai keterangan. Namun, Aska sekarang sedang berada di luar negeri untuk agenda syutingnya. Sehingga dia tidak akan bisa ditemui dalam waktu dekat oleh media lokal.
Fiara sendiri memilih menuju makam putranya daripada mengurusi media yang haus akan informasi.
“Kau tahu. Aku menyesal. Ya, aku menyesal karena menyuruhmu pergi malam itu. Betapa bodohnya aku bisa menyuruh anak berusia delapan tahun untuk pergi dari rumah.
Aku menggertak, tetapi kau menanggapinya dengan serius. Aku seharusnya berlari mengejarmu, bukannya menunggumu kembali,” ungkap Fiara seraya mengelus nisan putranya.
“Bibi,” panggil seseorang yang sama sekali tidak membuat Fiara menoleh.
“Jika saja, aku mengejarmu. Kau pasti tidak akan pergi secepat itu,” ucap Fiara yang kini mulai menangis.
“Bibi. Ayo kita pulang. Bibi sudah di sini berjam-jam,” ujar Clara pada bibinya itu.
Fiara menoleh pada keponakannya, ia mengangguk sembari menghapus air matanya. “Ayo kita pergi,” jawabnya.
“Semua akan baik-baik saja,” ujar Clara seraya tersenyum mencoba membuat bibinya.
Fiara berdiri dan mengangguk. “Ya, aku percaya.”
***
Nolan dan Vanesa duduk bersama di sofa. Nolan memeluk Vanesa dan mereka terdiam sembari merenung bersama. Setelah pengakuan Vanesa semalam, rasanya mereka butuh waktu untuk kembali menghadap kamera. Waktu syuting pun mereka tunda, dan sekarang mereka memilih berdua untuk saling menguatkan.
“Apa aku harus menghajar bajingan itu?” tanya Nolan.
Vanesa menggeleng.
“Dia pantas untuk dihajar,” ujar Nolan.
“Tidak ada gunanya,” jawab Vanesa.
“Kenapa kau tidak mau membawa kasus ini ke hukum. Semua akan jelas. Masih banyak orang yang mengira dirimu berbohong, Sayang,” ungkap Nolan. Ngocoks.com
“Aku capek, Nolan. Ini karma buatku, aku tidak ingin melanjutkannya lagi. Aku harus berhenti,” terang Vanesa yang kemudian melepaskan pelukan pacarnya. Ia menghadap ke arah Nolan.
“Apa itu dosa yang pernah kau katakan?” tanya Nolan.
“Yap. Alkohol adalah dosaku. Aku seharusnya jangan minum. Aku seharusnya bisa mengatasi semua pikiran kacauku tanpa harus minum. Itu hanya wujud pelarian diri yang sia-sia. Sekarang aku sudah melihat hasilnya, karma yang datang lima tahun setelah dosa,” terang Vanesa.
“Baiklah. Sekarang, kita hanya perlu menunggu bajingan itu bicara. Semua akan baik-baik saja,” ujar Nolan yang kini membelai wajah pacarnya. “Kita akan berhenti setelah semua selesai.”
Vanesa mengangguk dan memunculkan sedikit senyumnya. “Ya, semua akan baik-baik saja. Berhenti dari semua pekerjaan yang mengharuskan kita berpura-pura. Kita cari hidup yang lebih baik. Hidup di mana kita hanya menjadi diri sendiri,” ungkap Vanesa.
“Kau benar,” jawab Nolan yang langsung mencium bibir wanita cantik di depannya itu.
***
“A-aku, aku adalah wanita dalam video itu,” ucap seseorang di depan kamera yang menyala.
Bersambung…