“Sejak kapan kau tak mau mengendarai mobil lagi? Kadang, kalau aku bosan aku akan mengendarai mobil ini entah ke mana,” ujar Milan yang duduk di jok kemudi.
Vanesa yang duduk di samping Milan menoleh ke arah jendela mobil. “Mungkin enam tahun lalu, aku lupa. Aku dulu pemabuk, jadi tidak bisa mengendarai mobil dengan benar. Ya, aku trauma saja, Kak,” jawab Vanesa yang kemudian tertawa kecil ke arah calon kakak iparnya.
Milan balik tertawa kecil. “Oh ya, jadi ingat beberapa hari lalu aku mabuk, aku hampir menabrak motor. Untung, aku masih punya sedikit kesadaran,” ujarnya.
“Hati-hati, Kak. Lain kali, jangan mengemudi saat mabuk,” Vanesa menyahut dengan nada bercanda.
Milan mengangguk. “Aku malah berpikir untuk sepertimu, berhenti mengonsumsi alkohol. Aku sebelumnya juga merokok, tapi sudah berhasil aku atasi. Alkohol juga harus kuatasi,” ungkap Milan dengan semangat.
“Bagus, Kak!” seru Vanesa seraya menyemangati Milan.
Mereka berhenti di sebuah swalayan. Keduanya turun dari mobil yang sudah diparkirkan dan segera masuk departement store itu untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari.
Sejak kasus itu, Vanesa memang tidak begitu peduli lagi dengan kebutuhan sehari-harinya. Sehingga Milan berinisiatif untuk mengajak peraih piala Puspa itu untuk berbelanja.
***
Identitas dari Tiara mulai ditelusuri, ia memang seorang penggemar garis keras dari Aska, ternyata dia juga merupakan mantan ketua fansclub Aska yang dinamai Askawan.
Bahkan, beberapa anggota Askawan yang mengenal Tiara sudah tidak kaget jika wanita dalam video itu memanglah Tiara.
Lambat laun, pemberitaan tentang skandal Aska dan Vanesa mulai kurang terdengar lagi. Walaupun Aska masih belum bisa ditemui oleh media, tetapi polisi sudah tidak mencarinya.
Itu sungguh berbeda dengan Mona dan Gerry yang masih ingin tahu cerita sebenarnya. Mereka masih sering bertemu untuk sesekali membicarakan kasus itu.
“Sudah dua minggu sejak video pengakuan Tiara, sepertinya semua sudah tampak normal kembali. Vanesa juga sudah aktif mengunggah foto selfie-nya di Instagram. Orang-orang sudah yakin kalau wanita itu adalah Tiara,” ungkap Mona yang kemudian meminum kopinya.
“Tiara berada di kamar hotel itu di malam yang berbeda dengan Vanesa, ya kan? Jika itu video Tiara, bukan tidak mungkin ada video Vanesa juga,” ujar Gerry.
Mona mengangguk. “Banyak orang yang menanyakan itu juga. Namun, kembali ke pengakuan Vanesa. Ia mabuk dan tak sadarkan diri saat itu, jadi jika Aska melakukan itu pada Vanesa.
Ini merupakan kasus pemerkosaan,” jawab Mona. “Tapi, karena Vanesa sudah tidak ada bukti–karena video itu sudah tidak bisa dijadikan bukti lagi jika wanita itu bukan Vanesa–maka Vanesa tidak bisa melakukan apa-apa, dan dia tidak bisa mengajukan perkara hukum kepada Aska karena dia tidak merasa dan hanya menduga, saja kan?”
Gerry menyipitkan matanya seakan mengerti. “Kau berpikiran sama sepertiku?”
“Apa?” tanya Mona.
“Pengakuan Vanesa membuat Aska takut! Sehingga ia menyuruh Tiara untuk mengaku bahwa wanita dalam video itu adalah Tiara. Dengan begitu, ia tidak akan terjerat kasus pelecehan seksual,” jawab Gerry.
Mona mengangguk dan tampak tertarik dengan teori Gerry. “Iya juga. Pengakuan Tiara bisa jadi hanya kamuflase untuk menutupi kebenaran!”
“Jadi, video itu memanglah Vanesa yang sedang dilecehkan oleh Aska,” tegas Gerry.
“Kita harus cari bukti,” kata Mona.
“Kau tahu caranya?” tanya Gerry.
“Kau jangan meremehkanku, kau akan lihat bagaimana caraku mencari kebenaran,” jawab Mona.
“Aku percaya padamu,” ucap Gerry seraya menaruh tangannya di atas pundah Mona.
“Enyahkan tanganmu,” suruh Mona.
“Maaf,” jawab Gerry sembari meringis.
Keduanya pun bertatapan sebelum akhirnya tertawa kecil.
***
Nolan harus datang dalam konferensi pers untuk perilisan trailer film terbarunya bersama Clara. Tentu saja, di depan media Nolan dituntut untuk bersikap menyenangkan saat bersama lawan mainnya.
Sesungguhnya, ia lelah berakting untuk selalu mesra dan akrab bersama Clara. Akhir-akhir ini, Clara memang sangat tidak menyenangkan.
“Ya, pokoknya di film ini. Aku jadi wanita yang tertindas dan butuh seorang pangeran tampan,” Clara melirik ke arah Nolan, “untuk menyelamatkanku dari dept collector. Ah, pokoknya pertemuan Gina dan Raynald di film ini pasti bikin gemas,” ungkap Clara yang begitu senang. “Iya, nggak Lan?”
Nolan mengangguk seraya tersenyum. “Aku menyukai karakter yang aku bawakan, sebagai pemuda yang tidak memiliki keluarga. Rayland termasuk karakter yang kuat dan bisa diandalkan,” ujar Nolan.
“Nolan juga bisa diandalkan, kok,” ujar Clara seraya tersenyum gembira ke arah Nolan.
“Clara juga,” sahut Nolan agar suasana lebih menyenangkan.
Tiba-tiba ada pertanyaan yang membuat Nolan dan Clara tampak terkejut.
“Adegan ranjang?” tanya Nolan memastikan. “Ah, kami menikmati prosesnya. Tidak ada yang berat,” lanjutnya seraya mengangguk dan mengharapkan pertanyaan itu tak melebar.
“Di sini cukup lucu, adegan itu adalah adegan yang berbeda dengan keseharian kami. Di film, Nolan harus lebih agresif, padahal aslinya aku yang lebih agresif,” jawab Clara seraya tertawa. “Iya, kan Nolan?”
“Aku tidak tahu,” jawab Nolan seraya tertawa.
“Kau lupa kita sudah pernah melakukannya?” tanya Clara.
Nolan tertawa dengan canggung. “Olahraga bareng di GBK, kan?”
Clara tertawa singkat.
Saat konferensi pers itu selesai. Nolan membawa Clara ke tempat yang sepi. Ia benar-benar kesal atas candaan Clara yang di luar batas.
“Kenapa kau bercanda seperti itu? Media sangat sensitif sekarang,” ujar Nolan yang menahan amarahnya.
“Nolan, aku hanya bercanda. Kita kan tidak perlu setegang itu,” jawab Clara seraya mengaluhkan tangannya ke leher Nolan.
Nolan segera mengenyahkan tangan Clara dari lehernya. “Ini adalah kerjasama terakhir kita. Aku tidak mau lagi bermain film denganmu!”
Clara memiringkan wajahnya, kemudian ia menampar dirinya sendiri. “Ah! Apa yang kau lakukan, Nolan!” serunya seraya memegangi pipinya.
Nolan tampak kaget.
Beberapa orang keluar dari ruangan mendengar suara Clara. “Apa yang terjadi?”
Clara yang memegangi pipinya langsung lari, membuat situasi canggung bagi Nolan yang tak bisa menjelaskan apa-apa pada tatapan sinis para staf itu.
***
“Clara melakukan itu padamu?” tanya Vanesa yang tampak heran.
Nolan yang sedang menyiapkan bahan masakan itu mengangguk. “Dia sangat menyebalkan.”
Vanesa tertawa kecil. “Dia fans-mu. Ada banyak penggemarmu yang tidak setuju dengan hubungan kita. Jadi, aku rasa itu wajar. Fans memang ada yang overprotective,” ujarnya yang kemudian memperhatikan apa yang akan dimasak Nolan.
Nolan ikut tertawa. “Kau benar. Kau tidak ingin cerita tentang orang-orang di lokasi syuting?” tanyanya yang tampak penasaran.
“Tidak ada yang perlu diceritakan, semuanya normal,” jawab Vanesa. “Bawangnya terlalu banyak, Sayang.”
“Kau jangan mengganggu. Duduklah, biar aku saja yang masak untukmu,” ujar Nolan yang mengusir pacarnya itu.
Tiba-tiba bel berbunyi.
“Mungkin Kak Milan, suruh saja dia masuk,” ujar Nolan.
Vanesa mengangguk dan langsung segera menuju ke arah pintu. Ia membuka pintu dan mendapati Milan dengan wajah marahnya. Ngocoks.com
“Di mana Nolan?” tanya Milan.
“Di dapur, Kak,” jawab Vanesa yang tampak heran dengan ekspresi Milan.
Milan segera menarik tangan Vanesa dan membawanya ke dapur.
“Pelan-pelan, Kak!”
“Jelaskan padaku, apa yang sebenarnya terjadi!” seru Milan saat sampai di dapur.
Nolan dan Vanesa tampak bingung dengan kata-kata Milan. Itu membuat Milan segera membuka tas tangannya dan mengeluarkan beberapa foto.
“Jelaskan!” serunya seraya menaruh foto itu ke meja.
Vanesa dan Nolan segera mengambil foto-foto itu. Kening mereka pun mengerut. Sembari menggeleng, keduanya tampak tak percaya.
Bersambung…