Suasana justru semakin menunjukkan bahwa Vanesa memang bersalah. Itu terlihat dari hilangnya seluruh akun media official-nya. Seluruh akun-akun itu lenyap. Publik menyebut Vanesa memilih kabur dari serangan dan itu dikatakan sebagai tindakan pengecut.
Berbeda dengan publik, Mona menemukan bukti-bukti yang menyatakan hal yang mengejutkan. Apa yang tersampaikan oleh media tak seperti yang sebenarnya. Sebagai seorang yang hidup dalam lingkup media, Mona sudah belajar begitu banyak.
Gerry berhenti meminum kopinya di kafe itu. “Kau yakin?” tanyanya saat Mona memperlihatkan hal-hal yang dia temukan.
“Aku sangat yakin. Orang yang membayar Tiara adalah Aska dan Fiara. Ponsel yang digunakan untuk merekam video itu adalah Iphone 5s, melihat foto-foto lima tahun lalu, ponsel itu adalah milik Aska.
Vanesa tidak pernah memiliki ponsel itu,” terang Mona seraya menunjukkan foto ponsel di video pengakuan Tiara dan foto Aska lima tahun lalu yang memegang sebuah ponsel. “Ada retak yang sama di bagian atas.”
“Kau yakin Fiara juga ikut andil?” tanya Gerry.
“Wanita dalam foto transaksi Tiara yang tersebar bukanlah foto Vanesa melainkan foto Fiara,” jawab Mona. “Saat melihat acara talk show kemarin, aku menemukan bahwa Fiara sudah akrab dengan Tiara.
“Dia mengatakan seperti ini, ‘rencana kedua dilancarkan yaitu menyuruh Tiara untuk mengakui hal itu dengan bukti-bukti yang ia simpan.’ Fiara jarang langsung menyebut nama dengan begitu gamblangnya, tetapi dengan mudah ia menyebut nama Tiara.”
“Itu tidak menjadi bukti, kan?” tanya Gerry yang masih ragu.
“Kau amati lagi foto-foto ini. Kenapa orang yang memotret tidak menampilkan wajah Vanesa secara utuh. Seakan ada efek blur yang membuat wajah Vanesa tampak kabur. Itu karena ini bukanlah Vanesa, media saja yang mengatakan itu.
Upaya Fiara menyerang Vanesa tampak begitu jelas rasa dengki yang begitu besar di dirinya. Jika kau melihat video-videonya sebelum kasus ini muncul, Fiara memang tidak pernah menyukai Vanesa. Seakan Vanesa telah melakukan kesalahan yang besar padanya,” ungkap Mona.
Gerry masih bertanya-tanya. “Terus, apakah kesalahan itu hanya sebatas Vanesa sudah berhubungan badan dengan Aska? Rasanya aneh jika Fiara memaafkan Aska begitu saja, tetapi ia seakan bersumpah tak akan memaafkan Vanesa.”
“Ya, itu dia. Alasan dari ini semua sebenarnya apa? Tapi, aku menemukan sebuah jawaban yang benar-benar mengejutkan. Aku tidak yakin ini benar, tetapi aku memikirkan ini setiap saat. Aku harap kau jangan mempercayaiku,” terang Mona.
Gerry mengernyitkan dahinya. “Katakan saja,” ujarnya.
Mona pun mengatakan apa yang ada di pikirannya serta bukti-bukti yang menguatkan itu. Ia tahu jika ucapannya terasa sangat jahat dengan dan terkesan menuduh, tetapi ia hanya ingin berbagi dengan orang lain apa yang ia resahkan. Sedangkan Gerry, dia tak bisa mempercayai kata-kata Mona.
***
“Sekarang hanya kita berdua,” ujar Rendra pada Vanesa.
Ruangan itu tampak remang, bersusah payah Rendra membawa Vanesa ke apartemennya tanpa diketahui oleh orang lain. Akhirnya, waktu yang ia inginkan sudah di depan mata.
“Tidak apa-apa?” tanya Vanesa yang masih tampak ragu.
Rendra memegang kedua lengan Vanesa. “Yakinlah, tak ada yang tahu.”
“Baiklah,” jawab Vanesa yang akhirnya tersenyum.
Tangan kekar Rendra langsung mengangkat tubuh Vanesa untuk menuju ke ranjang. Vanesa tertawa kecil. Dengan perlahan, Rendra membaringkan Vanesa ke atas ranjangnya. Ia menatap tubuh wanita yang menjadi pujaan banyak orang itu.
“Aku akan bertanggung jawab atas segalanya, jangan khawatir,” ujar Rendra seraya membuka kausnya. Tubuhnya yang terpatri dengan baik terlihat oleh kedua mata Vanesa.
Rendra mulai menaiki ranjang dan kemudian menghadapkan wajahnya ke wajah wanita yang pipinya memerah itu. “Jangan menyalahkan dirimu,” kata Rendra seraya tersenyum.
Vanesa mengangguk dan memberikan kode bahwa ia telah siap. Rendra pun menurunkan wajahnya, mencium leher wanita itu.
“Nolan,” panggil Vanesa.
Rendra menghentikan aktivitasnya dan tertawa kecil. “Kau memanggilku dengan nama itu?”
“Boleh, kan?” tanya Vanesa seraya ikut tertawa.
“Terserah padamu,” jawab Rendra yang kemudian melanjutkan kegiatan yang tertunda.
***
Sebuah undangan makan malam diterima oleh Vanesa. Ia membaca undangan itu. Melihat siapa yang turut diundang membuatnya tampak ingin menangis. Namun, kali ini ia tidak boleh kabur. Makan malam itu bisa jadi akan menjadi titik terang untuk dirinya.
Ia pun segera mandi dan berdandan untuk hadir dalam makan malam itu. Penampilannya sudah sangat cantik. Walau perasaannya begitu tak menentu, tetapi ia harus tampil dengan baik di hadapan orang-orang itu.
Vanesa memesan taksi dan segera naik setelah taksi itu sampai di depan gedung apartemen yang ia tinggali. Dengan mamakai kacamata dan jaket, ia rasa tak ada orang yang mengenalinya.
Di dalam taksi itu, ia mengingat kembali kejadian yang berlangsung lebih dari lima tahun lalu. Saat ia masih berani mengendarai mobil sendiri. Begitu bodohnya, ia mabuk dan mengendarai mobil di tengah malam. Jika saja ia tak mabuk, segala hal akan berlangsung dengan baik.
Namun, selalu ada karma di setiap apa yang dilakukannya. Ia tersenyum karena sudah menerima karma itu. Banyak kontrak pekerjaan yang dicabut, ia hampir tak punya pekerjaan lagi.
Mungkin inilah saatnya berhenti menjadi seorang aktris. Saatnya hidup sebagai orang yang tak ingin dilihat sebagai apa yang diinginkan publik, tetapi hidup sebagai apa yang ia inginkan sebagai dirinya sendiri.
***
Fiara merapikan pakaian Aska seperti biasa. Ia memang selalu merapikan pakaian suaminya kala akan menghadiri acara yang dinanti-nanti. Untuk makan malam ini, semua orang akan datang. Ia sudah tak sabar untuk menyantap ‘hidangan’ yang ada di sana.
“Kehilangan adalah hal paling menyakitkan,” ujar Fiara.
“Sebenarnya tidak jika kita ikhlas,” jawab Aska.
“Tetapi, tidak ada yang ikhlas untuk hal yang satu ini,” sahut Fiara yang tampak kesal.
“Semua akan berakhir,” kata Aska seraya tersenyum dan kemudian mendekatkan wajahnya ke arah istrinya.
“Jangan menciumku, aku sudah memakai lipstick,” kata Fiara yang mencoba menghindar kala Aska ingin menciumnya,
Aska tertawa kecil. “Baiklah, ayo kita berangkat,” ajak Aska yang diangguki oleh Fiara.
***
Ruangan itu sudah disewa dan disulap menjadi ruang makan yang tampak mewah. Clara telah menyiapkan ini untuk semua orang. Candle light dinner kali ini akan menjadi yang terbaik. Penyelesaian atas segala yang yang terjadi. Ngocoks.com
“Selamat datang, Kak Milan,” ujar Clara yang kedatangan tamu pertamanya.
“Yang lain belum datang?” tanya Milan seraya melihat meja yang masih kosong.
“Mereka dalam perjalanan, silakan duduk,” kata Clara mempersilakan.
Milan pun duduk di hadapan Clara. Sebenarnya ia malas untuk datang karena ia sudah mulai muak dengan segalanya, tetapi momen berkumpulnya orang-orang yang terlibat skandal itu diundang semua. Ini akan menjadi momen menarik.
“Tiara, selamat datang,” sapa Clara yang melihat sosok yang akhir-akhir ini lebih mendapat sorotan dari pada dirinya itu.
“Aku harap kalian membayarku lebih banyak karena aku sudah tak ingin terlibat,” ujar Tiara yang memakai pakaian hitam itu.
“Ini yang terakhir,” jawab Clara.
“Jadi, kau yang membayar Tiara?” tanya Milan seraya menyipitkan matanya.
“Tenang, Kak Milan. Sebentar lagi, kakak akan tahu apa yang sebenarnya terjadi,” kata Clara seraya tersenyum.
Bersambung…