Kulitnya terpapar cahaya matahari dari jendela yang ia buka. Bening dan lembut, itu gambaran paling pantas untuk indera peraba dari wanita muda yang memiliki rambut hitam yang berkilau itu.
Bibirnya berwarna merah muda dan tampak sangat manis, hidungnya yang proporsional, dan mata kecokelatannya yang sangat indah membuat Vanesa tampak sangat cantik meski belum mandi. Tak tun tuang!
Melihat panorama kota Jakarta dari ketinggian apartemen mewahnya, ia membalikkan badan. Tubuhnya yang hanya memakai pakaian tipis memancarkan keindahan lekukan dari ujung rambut hingga ujung kaki.
Foto dirinya dalam pigura yang tampil seksi dengan pakaian merah menjadi bukti bahwa Vanesa adalah seorang yang menjaga bentuk tubuhnya. Sebagai tuntutan, atau ia sendiri yang menyukai keindahan dalam dirinya.
Suara pancuran air terdengar dari arah kamar mandi. Vanesa tahu kalau Nolan yang berada di sana. Ia memilih duduk di ranjang dan mengambil ponselnya yang berada di meja kecil samping kasurnya itu.
Jari lentiknya menyentuh layar hingga menemukan aplikasi Instagram, ada sangat banyak notifikasi. Ia tampak kaget saat membaca deretan komentar yang yang terpampang di sana. Wajahnya tampak memucat saat ia menemukan sebuah berita dari media ternama.
“Kamu kenapa, Sayang?” tanya Nolan yang muncul dengan hanya memakai handuk yang menutupi bagian bawah tubuhnya.
Vanesa menoleh pada Nolan, pria tampan yang tengah memandanginya dengan bingung. Tubuh segar Nolan tak membuat Vanesa luluh seperti biasanya, ia tengah panik. Ada gemetar di tangannya yang tertangkap mata Nolan dengan cepat.
“Ada sesuatu yang buruk?” tanya Nolan seraya mengambil kaus dari lemari–ia menyimpan beberapa pakaian di lemari Vanesa.
“Aku harus mandi,” ucap Vanesa yang segera berdiri dan menaruh ponselnya.
“Boleh aku merekamnya?” tanya Nolan seusai memakai kausnya.
“Tidak,” jawab Vanesa yang segera pergi ke kamar mandi.
“Atau aku temani?” tanya Nolan lagi. “Aku rela mandi lagi.”
Vanesa tidak menjawab.
“Seharusnya aku tidak mandi dulu,” ujar Nolan seraya menggeleng sebelum memakai celana panjangnya.
Pria itu kemudian mencari-cari di mana ponselnya. Ia lupa menaruhnya di mana. Saat melihat ponsel Vanesa, ia segera mengambilnya untuk menelepon ponselnya. Akan tetapi, saat membuka ponsel milik pacarnya itu, ia melihat sebuah berita yang sepertinya sedang dibaca Vanesa sebelum wanita itu menuju kamar mandi.
Video syur mirip artis Vanesa Fransisca tersebar di dunia maya.
Nolan menggeleng tidak percaya. Ia sekalipun tak pernah merekam kegiatan malamnya dengan Vanesa. Pacarnya itu selalu melarangnya. Jadi, ketika ada berita video Vanesa yang tersebar. Nolan merasa begitu panik.
Setelah menemukan ponselnya, Nolan segera mencari sumber berita itu dan ia segera menemukannya di sebuah situs dewasa.
Video itu tampak tidak jelas, wajah pelakon wanita tidak bisa dikenali dengan pasti, walau Nolan mengakui bahwa itu mirip Vanesa. Pelakon pria pun tak terlihat wajahnya.
Media perekam sepertinya diletakkan di atas bantal yang bergerak-gerak sehingga video tampak tidak jelas. Akan tetapi, Nolan berhasil menemukan sebuah petunjuk. Sebuah tato di lengan sang pria, tato dua cincin yang terikat.
Nolan menggeleng, karena sepertinya ia tahu siapa pria itu. Akan tetapi, jika video itu benar. Vanesa dalam musibah besar.
***
Seorang wanita yang umurnya sekitar pertengahan tiga puluhan berdiri dengan memandangi jendela. Rambut pirang bergelombang sepanjang pundak dan wajahnya yang sangat mencerminkan keanggunan dari wanita dewasa terasa tengah merenungi sesuatu yang berat.
Ia memakai pakaian yang terlihat formal untuk bekerja, tetapi sangat fashionable. Rok pendek, dan kemeja biru muda yang ketat, ada kesan dewasa yang begitu melekat.
“Kita harus mencari berita apa pun yang menyangkut Vanesa, sebentar lagi dia akan menjadi sorotan semua media,” ujar Milan pada seseorang di belakangnya.
“Aku tahu berita ini juga berdampak besar padamu, Milan. Aku harap skandal besar ini tidak mempengaruhi profesionalitasmu,” wanita di belakang Milan itu mendekat dan berdiri di samping Milan.
“Majalah Generasi hanya menerbitkan berita positif yang membangun generasi. Jadi, aku tidak setuju jika kau mencampurkannya dengan berita gosip tidak mendidik.”
“Aku sudah tidak peduli dengan hal itu, Mona! Kita harus menjadi media terdepan yang mengetahui kabar-kabar lain tentang kasus ini,” ujar Milan menoleh ke arah Mona dengan mata yang menatap dengan tajam.
Mona dengan rambut pendek dan wajah yang terlihat jauh lebih muda dari usianya tampak peduli dengan perasaan sang Kepala Redaksi itu. Sebagai bawahan langsung dan sahabat Milan, Mona tahu bagaimana perasaan seorang kakak yang adiknya disakiti seperti itu.
“Aku akan membuat Vanesa dibenci semua orang di negeri ini,” ujar Milan penuh ambisi.
***
Vanesa kini terlihat gugup, ia duduk sembari memperhatikan orang-orang yang tengah mondar-mandir di lokasi syuting. Ada lampu-lampu, orang yang membawa kamera, payung, dan berbagai macam alat.
“Kau bagus, Nes. Jangan terlalu pedulikan kesalahan tadi,” ujar seorang wanita berbadan gempal sembari memberikan minuman untuk Vanesa.
Vanesa tak menjawab, ia memandang wanita yang telah menemaninya cukup lama dalam karirnya sebagai aktris. Bagi Vanesa, Della lebih dari sekadar manajer, tetapi juga saudara.
“Aku hanya gugup karena Rendra adalah lawan mainku,” ujar Vanesa seraya meminum air putih dari gelas di tangannya.
“Dia sangat tampan,” sahut Della setengah berbisik.
Vanesa tertawa kecil sebelum kembali diam dan merenung. Ia seakan tertekan oleh banyak pikiran.
***
Berita di Internet membuat pria berusia dua puluh delapan itu semakin geram. Nolan meremas tangannya sembari menahan amarahnya yang ingin memuncak.
Ia menghindar dari banyak pertanyaan yang dilontarkan orang-orang padanya. Ia sama sekali tidak ingin membahas video itu. Video yang membuktikan jika Vanesa tidur dengan pria lain selain dirinya.
“Kau ingin makan sesuatu? Aku akan pesankan,” ujar seorang pria berambut keriting yang duduk di samping Nolan di sebuah sofa panjang di apartemen itu. Ngocoks.com
Nolan tidak menjawab pertanyaan Gerry, ia masih diam semenjak datang ke apartemen milik teman kuliahnya itu. Gerry seakan tahu apa yang terjadi, tentu dia sudah mendengar kabar yang sangat tidak mengenakan itu.
“Kau yakin itu Vanesa?” tanya Gerry sedikit berhati-hati. “Aku melihat banyak komentar yang mungkin dari penggemar Vanesa, kalau itu bukan Vanesa. Itu hanya wanita yang kebetulan mirip. Seharusnya kau bicara pada Vanesa dulu sebelum pergi dari apartemennya.”
“Tengah malam, kita pergi,” ujar Nolan seraya memperhatikan arlojinya.
“Satu jam lagi,” sahut Gerry menoleh ke arah jam dinding di atas televisi. “Pergi ke mana?” tanyanya ke arah Nolan.
“Kelab. Aku ingin minum sebanyak-banyaknya,” jawab Nolan yang menoleh ke arah Gerry.
Gerry melihat bagaimana wajah Nolan. Mata dari seorang aktor terkenal itu memerah dan wajahnya terlihat sangat kacau. Nolan yang biasanya merapikan rambutnya, kini dibiarkan acak-acakan. Mau tidak mau, Gerry harus mengiyakan ajakan sahabatnya itu.
“Cukup minum. Aku tidak akan membiarkanmu bermain dengan wanita malam ini,” kata Gerry yang terlihat sangat peduli dengan Nolan itu.
Bersambung…