Vanesa duduk di depan meja makannya. Makanan yang ia pesan belum ia buka bungkusnya. Wajahnya tampak lelah dan ekspresinya seakan menggambarkan begitu banyak hal yang ia pikirkan. Vanesa sama sekali tidak menyentuh ponselnya lagi sejak kemarin menelepon Nolan–yang diangkat oleh Gerry.
Suara pintu dibuka membuat Vanesa langsung terkejut. Ia segera berdiri dan berjalan keluar dari dapur. Di depan pintu, ia melihat pria itu. Sosok yang pergi meninggalkannya selama tiga hari. Dengan cepat, Vanesa langsung berlari dan memeluk Nolan.
“Aku mengkhawatirkanmu,” kata Vanesa dengan suara yang hampir menangis. “Aku tidak tahu lagi siapa yang bisa kuhubungi selain kau di saat seperti ini.”
Nolan tertawa kecil. “Aku sudah ada denganmu. Sekarang kita harus pergi jauh dari sini. Aku punya uang untuk kita memulai hidup baru di tempat lain dengan profesi yang lebih menyenangkan,” kata Nolan yang membuat Vanesa segera melepaskan pelukannya.
Wajah Vanesa terlihat bingung. “Apa maksudmu?”
Nolan mengangkat kedua tangannya dan ia letakkan ke kedua pipi Vanesa. “Ayo kabur. Semua orang akan menyerangmu dari mana pun,” ujarnya seraya menatap wanita di depannya lekat-lekat.
Vanesa menggeleng. “Aku tidak mau kabur.”
“Kenapa?”
Vanesa mengenyahkan tangan-tangan Nolan. “Aku tidak ingin berhenti begitu saja,” jawab Vanesa tampak tegas seraya mundur dua langkah.
“Tapi video itu, lelaki dalam video itu. Tidak lama lagi karirmu akan hancur,” kata Nolan dengan nada getir.
“Itu bukan aku,” jawab Vanesa seraya mengalihkan pandangan.
“Aku sudah melihat seluruh bagian dari tubuhmu. Mataku tidak bisa dibohongi,” jawab Nolan yang mendekati Vanesa yang mulai menjauh.
Vanesa menggeleng saat melihat Nolan menatapnya dengan pandangan aneh. “Kau percaya mereka?” tanya Vanesa yang terus melangkahkan kakinya ke belakang.
Nolan terus mendekat. “Aku sangat pencemburu. Aku membenci semua pria yang menjadi lawan mainmu. Aku membenci semua penggemar priamu. Sekarang, aku benar-benar benci pada pria itu,” kata Nolan yang tampak marah sembari melangkah mendekati Vanesa. “Oh ya, dia bahkan tidak pantas disebut seorang pria.”
“Nolan, kau terlihat sedang tidak baik,” kata Vanesa dengan gemetar.
Dengan cepat, Nolan menangkap tangan Vanesa. Ia menarik wanita itu ke kamar tidur. Lalu, ia mengambil handycam yang ada di atas lemari. “Ayo kita membuatnya,” ujar Nolan.
“Apa yang sedang terjadi padamu?” tanya Vanesa yang sedang berusaha melepas tangannya dari cengkeraman Nolan.
Nolan melepaskan tangan Vanesa. “Lepaskan pakaianmu sekarang,” suruh Nolan dengan suaranya yang mulai serak.
Vanesa merebut handycam di tanan Nolan dan segera membantingnya dengan keras. “Tidak akan pernah.”
“Kenapa kau melakukan itu dengannya dan tidak mau melakukannya denganku!” bentak Nolan seraya menatap Vanesa dengan tajam.
Dengan keras, Vanesa mengangkat tangannya dan diarahkan telapak tangannya itu ke pipi Nolan. Suara tamparan itu cukup keras hingga membuat pipi Nolan tampak sangat memerah.
Nolan kemudian tersenyum. “Kau sudah mandi?”
Vanesa diam, dia menatap Nolan dengan wajah marah.
“Ini Sabtu malam, kita biasa berkencan ke tempat-tempat romantis pada Sabtu malam, bukan?” tanya Nolan yang tidak dijawab oleh Vanesa. “Kenapa kau diam? Kau juga tidak mau berkencan denganku?”
Vanesa tak bisa menahan dirinya untuk tidak menangis. Matanya langsung basah dan meneteskan air. Bibirnya tak bergerak, ia menangis tanpa isakan.
Melihat Nolan tampak sangat kacau membuatnya segera membalikkan tubuhnya. Ia menjatuhkan tubuhnya, terduduk di lantai sambil terisak.
***
“Kau sudah mendengar berita tentang Vanesa?” tanya seorang wanita dengan rambut pendek sebahu pada Fiara yang tengah mengambil segelas air putih dari meja penuh makanan itu.
“Aku mendengarnya. Namun, aku tidak peduli. Sarah, orang-orang bisa dengan mudah membuat video, dan bisa jadi itu bukan Vanesa,” jawab Fiara santai.
“Semua orang bilang kalau itu benar-benar Vanesa. Kau mungkin belum melihat videonya, jadi tidak bisa mengiyakan,” ujar Sarah seraya mengambil ponsel dari sakunya.
“Aku tidak ingin melihatnya,” kata Fiara yang segera mendorong ponsel milik teman dekatnya itu.
“Apa makanannya kurang?” tanya seorang wanita yang muncul dari arah belakang sofa yang diduduki Fiara dan Sarah itu.
“Terima kasih, Anin. Kami berdua datang bukan untuk makan,” kata Fiara yang kemudian menepuk sofa, sebuah kode agar wanita berambut keriting yang dipanggil Anin itu segera duduk.
Anin mengambil remote di atas meja, ia segera menekan tombol power dan televisi pun menyala. Sebuah acara gosip langsung menghiasi layar kaca itu.
Media baru bernama RoomPhi, merilis gambar-gambar di Instagram mereka. Ada satu gambar yang menunjukkan dua buah foto. Sebuah tato di lengan pria dalam video panas mirip Vanesa, dan satu foto lagi adalah foto milik seorang aktor senior yang tengah menunjukkan tato di lengannya.
Benar atau tidak pria dalam video itu adalah Aska Kusuma Bestari, tetapi kebanyakan netizen yang berkomentar dalam foto di akun yang sudah diikuti ratusan ribu orang itu merasa yakin jika bukti dalam gambar itu adalah benar.
Layar televisi menampilkan hasil screenshoot dari kolom komentar di gambar unggahan itu.
“Aku menonton film Cinta Imitasi, di sana ada satu cuplikan, di mana lengan Aska yang bertato itu terlihat. Walaupun tidak jelas karena pengambilan gambar dari jauh, tetapi aku yakin tato itu serupa dengan gambar ini.”
“Dari awal sudah menduga. Aku termasuk fan berat Aska, sudah tahu kalau dia punya foto itu. Aku sih penasaran sama reaksi Nolan, dia kan pernah bilang kalau dia itu fan Aska. Sekarang tinggal tunggu respons dari pihak-pihak terkait saja sih.”
Fiara merebut remote dari tangan Anin dan segera mengganti saluran dalam televisi itu. “Kalian ini suka sekali menonton gosip. Bukannya banyak acara bagus,” ujar Fiara dengan suara yang sangat serak. “Ah, program kesukaanku masih iklan.
Aku ke kamar mandi sebentar,” tambah Fiara yang segera berdiri dan pergi meninggalkan Sarah dan Anin yang tampak membisu itu.
***
“Kau lihat Mona? Timku tidak akan mengecewakan,” ujar Milan sembari tertawa. “Kami akan mencari lebih banyak hal menyangkut kasus ini. Bulan depan, majalah RoomPhi pertama akan rilis dan memberikan informasi yang lebih lengkap mengenai skandal Vanesa dan Aska.”
“Kau harus mendapatkan konfirmasi dari keduanya. Selama empat hari ini, belum ada konfimasi dari mulut Vanesa sama sekali. Dan sekarang, Aska ikut kena,” kata Mona yang tampak kurang senang melihat sahabatnya yang kini berubah menjadi tukang bongkar aib orang lain. Ngocoks.com
“Tidak perlu Vanesa atau Aska. Aku akan membuat semuanya lebih menarik dengan mendatangkan Fiara. Sosok yang menjadi korban dalam kasus ini selain Nolan, adikku,” jawab Milan dengan pandangan berapi-api.
“Ingat! Vanesa dan Aska juga korban. Orang yang menyebarkan video itu sama sekali belum terungkap, atau bahkan tidak ada yang peduli. Semua orang mengarahkan pandangannya pada kontennya, bukan prosesnya,” ungkap Mona yang mencoba berpikir logis.
“Vanesa dan Aska bukan korban. Mereka sedang menerima karma,” kata Milan. “Dan aku akan membuat karma yang mereka terima semakin besar!”
Mona diam saja saat melihat Milan mengepalkan tangannya kuat-kuat sambil menatap tajam ke arah yang tidak fokus. Sahabatnya sudah begitu berubah dalam waktu singkat.
Bersambung…