Vanesa menjalani kegiatan syutingnya seperti biasa. Ia tampak tampil maksimal membawakan karakternya. Saat tiba waktu istirahat, Vanesa makan bersama rekan mainnya, Rendra. Seorang aktor yang dianggap sangat berbakat dan mampu menguasai berbagai jenis peran.
“Kau sudah terlihat lebih rileks,” ujar Rendra sembari mengelap sendoknya dengan tisu.
“Terima kasih,” jawab Vanesa tampak ragu.
“Lupakan saja masalah-masalah itu. Saat take dimulai, kau adalah Vanesa yang beda, bukan Vanesa yang sekarang,” kata Rendra seraya tertawa kecil.
“Aku akan berusaha tidak terpengaruh dengan hal-hal itu,” kata Vanesa yang mencoba membalas senyum Rendra.
“Ayo makan,” ajaknya yang kemudian mulai menggoyangkan sendok dan garpunya.
Vanesa memperhatikan Rendra. Ia merasa bahwa Rendra adalah sosok yang bisa tetap tenang dan santai pada kondisi apa pun. Itu yang Vanesa rasa harus dicontoh.
***
Rekaman pertengkaran Fiara dan Aska tersebar! Publik mendesak Vanesa dan Aska untuk memberikan klarifikasi.
Akun media sosial RoomPhi kembali menghebohkan jagat maya dengan pengunggahan rekaman suara Fiara dan Aska yang tengah bertengkar. Banyak pihak yang mengatakan bahwa rekaman itu adalah rekaman asli. Baik dari Fiara maupun Aska belum ada yang menanggapi masalah tersebarnya rekaman itu.
Milan tertawa cukup keras saat melihat desakan demi desakan publik pada Vanesa. Ia yakin orang yang sedang dibela oleh adiknya itu tengah tertekan dengan sangat berat. “Ini semua baru dimulai,” ujarnya yang kemudian kembali tertawa.
“Milan, aku mulai khawatir denganmu,” ujar Mona yang masuk ke ruangan Milan tanpa permisi.
“Kenapa perlu khawatir? Majalah perdana RoomPhi akan segera rilis. Tinggal wawancara eksklusif dengan Fiara saja, semua akan segera beres. Publik akan membenci Vanesa mati-matian,” kata Milan yang tampak sangat puas dengan rencananya.
“Majalah Generasi dengan sampul Vanesa juga akan terbit minggu depan,” kata Mona.
“Aku sudah bilang padamu untuk mengganti sampulnya, membuang beritanya dari majalah generasi edisi kali ini. Kau tidak mendengarkanku?” bentak Milan tampak tidak senang.
“Milan, kau tidak ingat sudah memberikan kewenangan tertinggi padaku untuk Generasi? Aku yang mengatur itu sekarang,” jawab Mona. “Lagi pula dana yang kita keluarkan untuk pemotretan Vanesa lumayan besar.”
Milan menyipitkan matanya dan memandang Mona dengan tatapan tajam. “Terserah padamu, tapi yang jelas Vanesa akan tetap hancur. Seribu berita baik akan tetap ternoda dengan satu berita kotor.
Selayaknya sebuah kain putih yang terkena tumpahan tinta,” ujar Milan yang kemudian kembali fokus pada layar laptopnya.
***
Nolan mengajak Vanesa untuk masuk ke sebuah ruangan di sebuah kafe. Ia sudah memesan ruangan private itu hanya untuk mereka berdua. Cukup banyak perjuangan sebelum sampai ke ruangan itu.
Sekarang, Vanesa harus lebih dijaga. Nolan sudah menyewa empat bodyguard untuk menjamin keamanan Vanesa saat keluar dari tempat tinggal.
Biasanya, mereka berdua selalu merasa aman di mana pun mereka berada. Mereka tidak pernah keberatan jika ada banyak orang yang menangkap keberadaan mereka dan meminta berfoto bersama atau pun meminta tanda tangan.
Selalu menjadi kesenangan saat bertemu dengan penggemar. Akan tetapi, sekarang hal itu sudah berbeda. Selama kasus video itu terus berlanjut, keduanya harus lebih hati-hati.
“Kenapa kau harus repot-repot membawaku ke tempat ini. Kita kan bisa makan di apartemen,” ujar Vanesa yang tampak kelelahan.
“Kau lupa ini hari apa?” tanya Nolan dengan antusias.
“Hari Senin biasa, kan?” jawab Vanesa.
“Bukan. Ini adalah hari jadi kita yang ketiga, kau lupa?” tanya Nolan yang kini menyipitkan matanya. “Padahal kau yang selalu ingat lebih dulu.”
Vanesa balik menyipitkan matanya ke arah Nolan. “Ya, kau benar mengenai tanggalnya. Tapi hari jadi kita itu bulan Juli. Ini masih Juni, Sayang,” ujar Vanesa dengan malas.
Nolan melototkan matanya. “Benarkah? Salah dong. Ya, sudah anggap saja ini perayaan hari jadi ketiga minus satu bulan ya,” tanggap Nolan seraya tertawa kecil.
“Ya terserah kau saja,” Vanesa mendorong dahi Nolan dan kemudian tertawa.
Mungkin itu adalah tawa pertamanya sejak kemunculan video skandalnya. Ia masih tidak bisa mengalihkan satu momen pun tanpa memikirkan hal itu. Beruntungnya, Vanesa masih punya Nolan. Prianya yang masih bisa membuatnya tersenyum.
“Aku sudah memesankan menu spesial untuk kita. Aku yakin kau akan suka,” kata Nolan.
“Kalau aku yang mengajakmu ke sini, aku tidak perlu memesan menu spesial,” ujar Vanesa.
“Kenapa bisa begitu?” tanya Nolan yang tampak bingung.
Vanesa menahan tawanya. “Kau kan makan apa aja suka, aku pesen sambil merem juga entar kau makan,” jawabnya yang kemudian tertawa.
“Oh gitu!” Nolan memencet hidung Vanesa dengan pelan. “Aku kira kau akan mengatakan karena aku spesial jadi tidak perlu ada lagi menu spesial!”
Setelah Vanesa berhenti tertawa, ia seperti ingin masuk ke pembicaraan lebih serius. “Bagaimana kabar Kak Milan setelah kau menemuinya kemarin?” tanya Vanesa.
“Dia tidak ada apa-apa,” jawab Nolan seraya melunturkan senyumnya.
“Dia pasti menyuruhmu untuk meninggalkanku,” kata Vanesa yang sudah mampu menebak.
“Lihat pesanan kita datang,” ujar Nolan seakan mengalihkan pembicaraan.
Vanesa tahu kalau Nolan tidak ingin membicarakan kakaknya. Ia ingat saat Nolan mau untuk berhenti menanyakan segalanya tentang skandalnya. Dia memilih untuk menunggu Vanesa bicara sendiri.
Ini yang membuat Vanesa ikut tidak bertanya lebih lanjut tentang Milan. Vanesa menarik kesimpulan kalau bisa jadi, sudah terjadi pertengkaran antara Nolan dan kakaknya itu.
***
Saar Vanesa dan Nolan keluar dari kafe, ternyata di depan kafe sudah ada banyak orang. Di antara mereka ada juga para kru awak media. Ternyata, ada yang mengikuti mereka berdua hingga ke kafe itu. Nolan melihat jelas wajah Vanesa yang berubah pucat.
“Vanesa biadab! Beritahu kami!” teriak salah seorang dari kerumunan di luar pintu kafe. “Wanita jalang! Apa yang kau lakukan pada Fiara dan keluarganya. Dasar perebut suami orang!” teriak yang lain. “Vanesa, keluar! Kami ingin melihat wajah tidak tahu malu milikmu!”
Kata-kata kasar sudah terdengar walau Nolan dan Vanesa masih berada di dalam kafe itu. Empat bodyguard sudah siap untuk melindungi Vanesa. Nolan membuka jaketnya dan menutupi kepala Vanesa dengan jaket itu. Ia segera memeluk Vanesa dan menuntunnya berjalan.
Teriakan kembali terdengar di luar. Nolan dilempari banyak sekali pertanyaan. Terjadi adu dorong. Untung saja, empat bodyguard berbadan kekar itu mampu menjaga Vanesa agar tidak terkena dorongan masa yang sepertinya sangat resah dengan kasus Vanesa.
“Nolan! Kenapa kau masih mau bersama si jalang sialan itu! Pergi saja!” teriak seorang wanita dengan begitu keras. “Nolan, jangan lindungi dia!” teriak yang lain.
Nolan tidak peduli dengan kata-kata orang-orang itu. Ia hanya ingin membawa Vanesa pergi. Ia tidak akan pernah membiarkan Vanesa terluka oleh orang-orang yang hanya termakan pemberitaan media yang sama sekali belum dikonfirmasi pihak terkait tentang kebenarannya.
***
Aksi heroik Nolan membawa Vanesa pergi dari kerumunan tuai reaksi beragam dari publik.
Nolan tentu saja diberitakan positif, tentang kesetiaannya dan perjuangannya. Walau banyak dari mereka yang juga menganggap Nolan melakukan pencitraan dengan terus bersama Vanesa.
Komentar lain juga menuduh Nolan seakan mengambil keuntungan dari skandal pacarnya, Nolan dianggap panen popularitas dengan terus berada di dekat Vanesa. Ngocoks.com
Walau mayoritas publik sudah geram dengan Vanesa yang belum saja mengatakan apa pun pada media. Namun, sebenarnya masih banyak orang yang mendukung Vanesa.
Orang-orang itu tidak hanya para penggemar Vanesa, tetapi juga orang-orang yang merasa bahwa tidak seharusnya publik bereaksi begitu keras pada Vanesa.
Meskipun begitu, para pendukung Vanesa itu malah mendapat banyak kecaman dan cyberbully dari para netizen lain yang sudah sangat membenci Vanesa. Alhasil, perdebatan pun sering berlangsung di kolom komentar dalam segala konten yang berkaitan dengan kasus itu.
“Fiara, kau sudah siap?” tanya Milan pada orang yang akan menjadi senjata terbesarnya untuk menghancurkan Vanesa.
Namun, di mata Fiara yang tertuju pada Milan. Ada sekelebat harapan. Fiara merasa, Milan akan menjadi tangga baginya.
Bersambung…