Aku dan ibu sudah seperti suami istri, dirumah jika tak ada adikku Puput aku saling berpelukan dan berciuman. Keseharianku pergi sekolah dan membantu ibu dirumah tak pernah aku lewatkan.
Walaupun aku sudah ngentot ibuku, hal itu tak mempengaruhi nilai belajarku. Di rumah pun aku selalu membantu ibu mengerjakan tugas-tugas muridnya, namun sekarang kadang dibarengi dengan ngentot diruang kerja ibu didalam kamarnya.
Dikamar mandi pun aku sering mandi berdua dan dilanjutkan dengan ngentot ibu. Hingga akhirnya ibuku positif hamil akibat perbuatanku, aku dan ibu sangat senang sekali dan ayah pun gembira mendengarnya.
Hingga 3 bulan berlalu ayah pulang kerumah datang membawa oleh-oleh yang banyak. Melihat ibu sedang hamil, ayah begitu perhatian dan benar-benar sangat senang sekali.
Tentunya setiap malam mereka melanjutkan hasil kerja kerasku selama 3 bulan, ayah dan ibu sedang ngentot setiap malam dan akupun kalau lewat ke kamar mereka sering mendengar ayah melenguh.
Anehnya aku merasa cemburu tapi aku mengerti bahwa aku hanyalah anak kandung ibu, sedangkan ibu milik ayah. Ibu pernah berkata kepadaku walaupun bukan suami istri yang penting aku bisa ngentot dan menghamili ibu.
Dua Minggu telah berlalu ayah pun berangkat lagi ke sebrang, sekarang katanya akan semakin lama mungkin 5 bulanan.
“Rizwan, ayah titip ibumu ya?! Jaga ibu baik-baik jangan terlalu kamu tinggalkan ibu sendiri, Puput masih kecil tak mungkin bisa mengurus ibumu.
Nanti kalau kandungan ibumu sudah 5 bulanan ibumu akan mengambil cutinya sampai melahirkan. Nanti kalau kamu sudah lulus, sementara urus ibu kamu dulu ya? Biayanya nanti ayah kirimkan.. kalau masalah uang jajan ayah transfer ke rekening ibumu. Jaga ibu ya nak, ayah berangkat dulu..”
Ayahku pun akhirnya berangkat lagi, antara sedih dan senang bercampur aduk menjadi satu, juga rasa bersalahku pada ayah yang telah membuat ibu kini sedang mengandung anak pertamaku.
Ketika sedang merenung itu ibu memelukku dari belakang sambil berkata, “hey! Melamun aja.. kenapa sayang? Kok melamun sih..?” Kata ibuku kepadaku, pelukannya menyadarkanku bahwa aku tak salah, ibuku mencintaiku dan aku pun mencintainya juga, walaupun cinta kami berujung pada hubungan terlarang.
Aku membalikkan badan dan memeluk ibu dengan memegang kedua pinggulnya, sedangkan ibu memeluk leherku. Terpancar dari sorot matanya bahwa ibu sangat mencintaiku, “Bu, ibu gak menyesal kan telah Rizwan hamili?”
“Kenapa sayang? Nggak kok, malah ibu senang sekali ibu kini telah mengandung anakmu sayang..”
“Alhamdulillah kalau begitu, aku senang mendengarnya Bu. Aku hanya takut ibu menyesal dan membenci diri ibu juga Rizwan karena hubungan yang sudah kita lakukan dibelakang ayah Bu.”
“Sayang, sikapmu itu ibu menghargainya. Ibu senang diusiamu yang masih muda, tapi berpikiran dewasa.
Perasaan ibu sama kamu masih sama seperti yang pernah ibu ungkapkan dulu, ibu pun tidak hanya sekarang saja mengandung anak pertamamu tapi ibu berharap kamu menghamili ibu untuk yang kedua kalinya atau tiga, terserah kamu sayang ingin punya anak berapa dari ibu hihihi.. ihh kamu tuhh bikin ibu gemes tauu..!!” Kata ibu sambil mencium bibirku.
“Makasih bu, ibu telah meyakinkanku membuatku semangat bahwa aku tak salah menghamili ibu. Aku sudah tak sabar menunggu anak kita hadir kedunia menatap kita berdua..”
“Iya sayang, ibu juga udah gak sabar menimbang anak pertama kita, juga cucu pertama ibu”
Dipikir-pikir benar juga kata ibu anak pertamaku sekaligus cucu pertama ibu? Ku kecup kening ibu lalu aku jongkok mencium perut ibu, ku tempelkan telingaku diperut ibu, padahal tak mungkin anakku yang masih tiga bulan usia kandungannya nendang-nendang perut.
Ketika sedang menempelkan telingaku diperut ibu, Puput adikku datang habis bermain dengan anak tetangga, melihat aku menempelkan telinga diperut ibu Puput merasa heran, “kak, kok nempelin telinga diperut ibu sih?” “Ohh.. itu kakak ingin mendengar anak ibu didalam siapa tahu manggil ayah.. hehehe..”
“ahh! Kakak mah aneh masa manggil ayah? Ayah kan pergi merantau?! Kakak mah ada-ada aja..” “hahaha!” Aku dan ibu sampai ketawa mendengar jawaban polos adikku ini, aku dan ibu bahagia sekali anak pertama dari hubungan sedarah tumbuh dirahimnya sekarang.
Meskipun didalam rumah, kami selayaknya seperti hubungan suami-istri. Tapi diluar rumah aku bersikap seperti anak ke ibu begitu pula ibu kepadaku. Ibu berinteraksi ke para tetangga seperti biasa mengobrol dan bersenda gurau, aku pun kadang ikut nimbrung ikut mendengarkan mereka mengobrol.
Setiap pulang sekolah aku tak terlalu banyak bermain, aku sudah bukan anak kecil lagi menghabiskan waktu diluar. Membereskan rumah, membantu pekerjaan ibu bahkan ikut membantu tugas-tugas sekolah ibu sudah menjadi rutinitas sehari-hariku. Apalagi sebentar lagi aku akan menghadapi ujian nasional, meskipun sering ngentot ibu tak mengganggu belajarku untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Seiring dengan berjalannya waktu, ujian pun dilaksanakan di usia kandungan ibu 4 bulanan. Dengan serius aku mengerjakan setiap soal-soal ujian, tak begitu sulit, karena hasil belajarku memudahkan aku mengerjakan soal-soal itu. Ibu selalu mendukungku dan menyemangatiku, sifat keibuannya masih tetap ada, karena aku adalah anaknya yang dimata ibu aku masih perlu perhatian khususnya.
Akhirnya ujian pun selesai juga setelah seminggu aku berjuang keras, kini tinggal menunggu hasil akhirnya saja.
Semakin hari perut ibu semakin terlihat perubahannya, setiap hari ayah selalu menyempatkan diri untuk menelpon kerumah menanyai kabar kandungan ibu. Aku pun yang setiap hari dirumah juga sangat senang, proyekku bersama ibu akhirnya tumbuh berkembang.
Satu yang menjadi pikiranku ibu selalu meminta yang aneh-aneh, permintaannya memang sungguh menantang, seperti minta dibelikan es cendol durian padahal hari sudah malam, pengen pepes mujair goreng yang besar tapi malah aku yang disuruh memakannya sampai habis, ibu hanya ingin kepalanya saja.
Dalam pikiranku kenapa tadi tidak beli kepalanya saja? Gak perlu harus utuh? Bagiku ini resiko bagi saya yang telah membuat ibuku hamil, tentunya aku harus bertanggung jawab.
Melihat pengorbananku, ibuku semakin sayang kepadaku. Jika sedang menonton tv ibu selalu memeluk tanganku dan menyenderkan kepalanya di bahuku, untungnya ketika Puput sedang tak ada dirumah atau sudah tidur.
Mendengar ibuku yang sedang hamil, nenekku dari pihak ayah atau ibu suka datang menginap dirumah. Mereka sangat senang akan punya cucu lagi, tentu kalau ada mereka aku tak bisa tidur dengan ibuku.
Aku merasa senang membuat semua yang datang bahagia, walaupun kalau tahu yang sebenarnya bahwa ibu hamil gara-gara dientot olehku pastinya kiamat akan terjadi menimpa keluarga ibu, nasibku pun mungkin takkan seperti sekarang ini.
Rahasia tetaplah menjadi rahasia, biarlah hanya aku dan ibu yang tahu. Toh aku pun tidak meninggalkan tanggung jawabku sebagai anak, juga sebagai ayah dari bayi yang dikandungnya ibuku.
Malam ini hujan begitu derasnya, apalagi melihat ibu memakai dress diatas lutut membuatku jadi sange. Ibu tersenyum melihatku dengan tatapan mesumnya, dia sengaja merapatkan kedua pahanya seakan tidak boleh, ibu pura-pura jual mahal padahal dia juga ingin sekali di entot.
Tapi melihat Puput yang masih belum tidur lagi nonton tv aku hanya duduk disamping ibu, sedangkan Puput tengkurap diatas karpet tebal sambil memegang dagunya dengan kedua tangannya melihat tv.
Sambil menunggu Puput ke kamarnya, aku menghadap ke arah ibu memijiti pahanya, tentunya ibuku malah senang pahanya dipijitin olehku. 30 menit memijiti ibu, akhirnya Puput pun pergi ke kamarnya.
Hujan diluar yang bergemuruh juga udara yang dingin sangat pas untuk ngentot ibuku, tanganku mulai meraba memek ibu dari luar celananya.
“Jangan sayang…” Tangan ibu memegang tanganku, tentu aku kaget kenapa ibu melarangku?.
“Gak boleh Bu?”
“Maksudnya ibu jangan disini sayang, nanti kalau Puput keluar terus ibu lagi dientot kamu gimana hayoo? Ke dikamar aja yaa sayang biar aman…” Kata ibuku tersenyum.
“Kirain gak boleh lagi ngentot ibu setelah di entot ayah..” kataku lega.
“Kan biar aman sayang.. soalnya kalau diruang tengah ngeri..”
“Ya sudah, ke kamar Rizwan aja ya Bu?”
“Gak dikamar ibu lagi?”
“Pengen suasana yang berbeda aja sayang..”
“Iya atuhh ayokk..”
Ku pegang tangan ibu yang lembut menuju ke kamarku, ibu menurut saja karena kami berdua sangat merindukan hubungan sedarah ini terus berlanjut.
Ku kunci pintu rapat juga kupastikan gorden jendela tak terbuka walau hanya sedikit. Hujan diluar begitu deras disertai angin yang kencang, aku membalikkan badan ternyata ibu masih berdiri disamping ranjangku.
“Ibu gak naik kasur? Kirain udah duduk Bu..”
“Ibu nungguin kamu, pengen bareng naik ke kasurnya…”
“Maafkan Rizwan yaa Bu, kirain ibu sudah duduk..”
Ku peluk ibuku tidak terlalu merapat karena perutnya sudah menonjol, kasihan anakku nanti ke gencet.
“Gara-gara aku perut ibu jadi besar begini, maaf ya Bu?”
“Yang penting kamu mau bertanggung jawab bagi ibu bukan masalah sayang, lagian kita ngelakuinnya pas lagi sadar kok bukan lagi mabuk hihihi”
“Saat ini Rizwan belum bisa memberi nafkah materi untuk ibu juga anak kita, untuk saat ini mungkin hanya bisa bantu-bantu ibu saja. Rizwan malu, ayah yang ngasih materi tapi aku malah ngentotin ibu sampai hamil begini, padahal ayah nitipin ibu agar aku menjaga ibu..”
“Sayang, ibu senang kamu masih berpikir positif tentang masa depan ibu juga anak kita. Ibu mengerti keadaan kamu sayang, ibu takkan terlalu memaksa kamu untuk ini itu, yang penting kamu memiliki tanggung jawab juga selalu memandang kedepan, jangan melihat kebelakang atau kebawah,
Tapi.. lihatlah keatas karena orang yang bersedih pasti menunduk kebawah bukan keatas, sekarang ayo cepet entot ibu, jangan pikirkan yang lain kontol kamu lebih ibu rindukan daripada ayah kamu sayang, meskipun kontol kamu sudah muntah, ibu jilat pasti bangun lagi hihihi..”
“Ohh.. Maemunah, kamu memang istriku yang sangat baik. Beruntungnya aku memilikimu sayang.. makasih nasihatnya ya sayang..”
Ku kecup bibir ibuku lalu ku pegang pinggulnya, dipeluknya leherku oleh ibu seperti sepasang kekasih yang akan berdansa.
Hawa panas sudah menjalar keseluruh tubuhku, birahi ibu sudah mulai naik dan sekujur tubuhnya terasa sangat sensitif ketika ku pegang. Telapak tanganku yang hangat dan basah menjadi sensasi tersendiri bagi tubuh ibuku.
“Sayang.. ibu rindu saat-saat seperti ini Aahhh… Eemmmhh…” Ciumanku turun ke lehernya, kujilat, kuhisap dan kugigit gemas sampai ibuku meremas punggungku.
Untungnya sebelum ayah pulang aku tidak menghisap tubuh ibu, apalagi disaat usia kandungan ibu nanti berumur 8 bulanan ayah baru bisa pulang. Bahagianya aku bisa ngentotin ibu disaat hamil muda dan hamil tua.
Masih dalam posisi ibu berdiri ku buka bajunya, tangannya mengangkat keatas lalu ibu melepaskan sendiri pengait bh-nya. Terlihatlah olehku payudara ibuku yang montok Uggh! Sungguh ini anugerah Tuhan kepadaku, tak bosan ku memandanginya, kelembutan juga teksturnya yang kenyal membuat tanganku refleks meremasnya.
Ibu merasakan sensasi yang luar biasa, ketika telapak tanganku menyentuh salah satu daerah sensitifnya. Memang payudaranya sering dihisap dan diremas sang suami, tapi disentuh anak kandungnya sendiri menimbulkan perasaan geli dan nikmat yang seakan dirinya ingin melebur menjadi satu dengan anaknya.
Tatkala puting susu ibu dimainkan olehku dengan hisapanku, juga lidahku yang menari-nari diujung putingnya membuat ibuku melayang-layang memejamkan mata, sesekali melihatku yang sedang memainkan daerah sensitifnya.
Dalam hati ibu berkata, ‘seandainya pernikahan sedarah diperbolehkan, tentu aku akan memilih kamu anakku. Uuhg! Perasaan apa ini? Sekujur tubuhku merespon rangsangan anakku, memekku terasa geli, tubuhku terasa panas!’
Ibu mengusap kepalaku seperti mengusap kepala bayi yang menyusui , naluri keibuannya masih tetap ada meskipun telah bercampur dengan nafsu birahinya yang liar.
Kubuka bajuku kulepaskan celanaku, melihat kontolku yang ngaceng membuat ibu menarik nafas sampai ternganga mulutnya.
“Jangan khawatir Bu, kontolku untuk ibu, pegang saja Bu..” kataku kepada ibuku.
Ibuku jongkok lalu memegang kontolku, ibu melihat kontolku seperti melihat barang antik, di usapnya di ciuminya tentunya direspon oleh kontolku jadi semakin tegang.
“Sayang, aroma kontolmu membuat ibu bergairah sayang..(ibu menghirupnya dari pangkal ke ujung) Oohhh.. kontolmu sayang ibu suka sekali..” dipegangnya pelerku yang sudah merapat ke atas lalu dijilatinya kadang diemutnya kedua telurku masuk kedalam mulutnya, Aahhh!! Hangatnya mulut ibu membuatku memejamkan mata, lalu batang kontolku dijilatinya dan di oralnya oleh ibu.
Aku tidak mau memaksa ibuku untuk mengoral kontolku, biar ibu sendiri yang memutuskan mengoral kontolku atau tidak. Tapi ternyata ibuku mulai terbiasa dengan kontolku, ibuku menyukainya dan aku pun tambah mencintainya.
Sepuluh menitan di oral ibu, ku lepaskan kontolku dari mulutnya, mulut ibu sampai belepotan oleh air ludahnya. Sebelum aku melepaskan celananya ibu, aku ikut berjongkok setengah berdiri dengan kedua lututku dilantai. Kucium bibir ibuku sambil menjilati bibirnya, kami saling memegang kepala dan bertukar ludah. Hubungan incest benar-benar telah membuat kami gila, ya..! Gila ngentot, sampai-sampai perbuatan kami sangat tabu dan aneh dilakukan.
Dalam pikiran ibu, ‘tak pernah aku seliar ini, mengulum peler menjilati kontol, menelan sperma, bertukar ludah sampai dientot dilobang anusku belum pernah aku lakukan pada suamiku sendiri. Tapi aku malah menikmati apa yang ada pada diri anakku, begitu nikmat, bergairah dan penuh sensasi.’
Aku menciumi ibuku sebagai tanda terima kasihku atas pelayanannya, sedangkan ibuku melakukannya karena nafsunya yang sangat besar ditambah perasaannya sebagai ibu.
Puas kami berciuman sambil jongkok, ku minta ibu berdiri dan aku menurunkan celananya sampai terpampang memek ibuku yang tembem berada tepat didepan mukaku, sampai celana ibuku lepas ku pegang pinggul ibu ku kecup-kecup perut ibu yang buncit karena perasaan kasih sayangku pada ibu yang rela mengandung anakku.
Tentunya perlakuanku yang sangat istimewa membuat ibu terharu dan terkagum-kagum, ibuku sudah memasrahkan dirinya untuk aku kuasai mau dibagaimana pun ibu rela.
“Bu naik ke kasur ya..?”
“Iyaa sayang..”
Kini ibu berada ditengah kasur ku lebarkan kedua paha ibu lalu kujilati memeknya, mulai dari menggigit gemas bibir memeknya, menyedot clitorisnya, sampai belahan memeknya ku korek-korek hingga ujung lidahku memasuki lobang memeknya.
Nikmat sekali memeknya sampai aku seperti orang lapar menjilati gulai dipiring, begitu lahap menikmatinya. Sampai tiba-tiba ibuku mengejang tubuhnya menggelinjang “Aahhh… Aaahh… Sayyaaannngg… Ibu kkeeellluuaaarrrrr AaaaAaahhhh..!!” Slurrr!
Memek ibu mengeluarkan cairan putih, lobang memeknya berkedut-kedut seperti mulut ikan yang sedang muntah. Aku pun dengan sigap terus menjilati memek ibuku sambil menelan lendirnya, tentu membuat ibu semakin geli-geli nikmat dirasakannya.
Hingga akhirnya ibuku lemas tak berdaya, nafasnya sampai ngos-ngosan, dia tersenyum sampai terlihat giginya.
“Kesini sebentar sayang, cium ibu..” aku pun mendekati ibu lalu menindihnya, tentu aku menopangnya dengan kedua siku saya dikasur. Ku biarkan ibu menciumku, lalu dia berkata dengan meskipun masih ngos-ngosan, “sayanng.. ngentot sama kamu.. membuat ibu.. bahagia.. padahal kontol.. kamu… Bellum masuk… Tapi ibu.. sampai.. seperti ini… Lemasss.. aahhh…”
“Bu, kontolnya aku masukin yaa..”
“Iyaa sayang… Ibu masih kuat kok..”
Ku posisikan aku duduk tepat diantara kedua paha ibu yang mengangkang, ku oles-oleskan kontolku dibelahan memeknya, ughh! Sungguh hangatnya seakan menyelimuti seluruh tubuhku.
Setelah puas mulai ku arahkan kontolku kedalam lobang memeknya, lalu aku tekan JLEBBBBB…!!! “UUUuuuggghhhh!!! Maemunah! hangat sekali memekmu sayangg!… Aaahhh… Aaahhhh…!!!”
Aku langsung menggenjotnya sambil ku rasakan setiap gesekan kontolku didalam memek ibuku, denyutannya begitu meremas kontolku, sampai aku sendiri merasa ngilu tapi nikmat.
Setiap kali aku menggenjotnya memaju mundurkan pantatku, semakin aku merasakan sensasi yang begitu nikmat, perasaan geli, lembut dan hangat terasa menyelimuti seluruh batang kontolku.
Ku lihat mata ibu sampai melihat keatas dan yang terlihat hanya warna putihnya saja, ternyata ibu pun merasakan hal yang sama denganku, sensasi hubungan sedarah benar-benar kenikmatannya yang luar biasa.
Padahal sudah 18 tahun tentunya ibu di entot ayahku, tapi ibu lebih senang ngentot denganku. Ibu bilang ketika ngentot dengan ayah itu hanya kewajiban sebagai istri yang harus taat kepada suami.
Tapi denganku, ibu pernah berkata bahwa selain perasaan cinta sebagai ibu juga istriku, alasan ngentot denganku adalah kebutuhan biologisnya yang ingin meraih sensasi yang berbeda, dan selama hampir 5 bulanan aku ngentot ibu, ibuku tak pernah tidak orgasme.
Aku dan ibu seakan tenggelam dalam jurang kenikmatan yang begitu dalam, tak mungkin aku melepaskan diri dari ritual tabu ini. Sedangkan aku dan ibu sudah sangat menikmatinya, meskipun demikian kami tahu bahwa perbuatan kami adalah sebuah dosa.
Bersambung…