Hentakkan pantatku yang semakin keras membuat payudara ibu naik turun, aku sampai tersenyum melihat ibu yang melahirkanku kini telah mengandung anakku. Sudah 15 menit aku belum juga keluar, ku cabut kontolku dan kulihat lobang memek ibu sampai menganga lebar.
Sebelum aku keluar, ku arahkan kontolku ke lobang anusnya, dan ketika ku tekan ternyata tidak terlalu sulit memasukkannya, meskipun rada seret tapi dengan hentakkanku amblas semuanya kontolku tenggelam didalam anus ibu.
Ku siksa terus ibuku sampai ibu orgasme lagi Aaahhh…Aaahhh.. ayyaaahhh.. Aaahhhh…Eeemmmmhhhh …!!! Serrrrr..Ssrrrr…!! Memek ibu terlihat berdenyut-denyut memuntahkan cairan kenikmatannya sampai mengenai batang kontolku, tentu membuat kontolku semakin lancar menghantam lobang anusnya.
Aku pun sepertinya akan keluar juga, ku cabut segera lalu ku masukan lagi ke lobang memeknya BLESSSS! OOoohhh licinnya memek ibu, Aahh…aaahhh..aaahhh.. Bu… Aakkuu mmmaauu kkelluaarrr.. Aaahh…Uuuggghhh!!! CROOOTT…CCRRROOOTTTT… CRROOOTTT… Menyemburkan spermaku berhamburan didalam memek ibu.
Ku diamkan sejenak sambil menatap wajah ibuku yang terlihat lemas tak berdaya. Keringat dari dahinya meleleh membasahi bantal, setelah puas barulah kucabut kontolku diikuti spermaku yang ikut keluar.
Sambil tiduran miring aku memandangi wajah ibu, tiba-tiba kami dikagetkan suara telepon yang berbunyi, siapa malam-malam begini yang nelpon? Kulihat ternyata ayah?
“Bu, ayah yang nelpon?” “Sini ibu angkat sayang tumben sekali tengah malam nelpon, sayang kamu diam ya?” Aku pun hanya mengangguk.
“Halloohhh pak.. ada apaa? Tumben nelpon malam-malam?” “Bapak tiba-tiba jadi ingat kamu Bu, ibu gpp kan? Perasaan ayah merasa gak enak..”
“gpp kok pak, mungkin perasaan bapak aja, ibu baik-baik aja..” “kok ibu kayak kecapean begitu kayak abis lari aja..?” “Ohh.. itu tadi ibu abis dari kamar mandi ngedenger telpon berdering jadinya ibu agak lari, makanya ngos-ngosan… Hihihi”
“yah udah kalo ibu baik-baik aja, ayah senang dengernya, bapak tutup telponnya ya Bu.. assalamualaikum..”. “Iya pak waalaikumsalam..”
Telpon pun ditutup, “Huuhh!! Untung bapak kamu gak curiga sayang, padahal kita abis ngentot”
“kalau ayah tahu kita lagi ngentot gimana Bu?”
“Hush! Kamu kalau ngomong, ya ibu bisa cerai dong..” “wahh!! Berarti ibu jadi milik Rizwan selamanya dong?!”
“Gak semudah itu sayang, coba kalau bapak kamu lapor polisi? Tetangga pada tahu? Bisa bahaya sayang..” “iyaa juga sih.. hehee”
Besoknya seperti biasanya aku membantu ibuku, hanya sekarang ada tambahan, karena ibuku sedang hamil, aku mencuci cucian yang kotor.
Kalaulah bukan karena dulu ingin ngentot ibu, sebenarnya aku males banget. Tapi berhubung sekarang ibuku sedang mengandung anak pertamaku, rasa tanggung jawab itu seakan mengalir saja pada diriku, bahwa aku sudah bukan anak-anak lagi.
Beberapa bulan berlalu ibuku pun akhirnya melahirkan anak pertamaku, berjenis kelamin perempuan yang cantik dan lucu. Perasaanku begitu senang dan bahagia sekali melihat anak pertamaku lahir dengan selamat.
Kami sekeluarga sangat senang, bahkan nenekku dari ayah dan ibu pun hadir dan sangat senang melihat cucunya.
Ayah sampai menangis karena saking senangnya, ibu melihatku ketika aku berada dipojokan pintu, dia tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.
Tentunya selama ibu sedang masa bersalin aku libur gak ngentot ibu dulu, apalagi sekarang ada ayah, tidak mungkin aku ngentot ibu jika ayah sedang dirumah, sama aja bunuh diri.
Selama ada ayah dirumah, aku pergi keliling kecamatan mencari angin. Sejenak aku berhentikan motorku lalu duduk menyamping melihat jalan yang ramai dengan orang-orang yang berlalu lalang.
Tiba-tiba aku mempunyai ide, bagaimana kalau aku berjualan saja? Tapi jualan apa? Tentu selain modal, apa yang akan dijual, juga tempatnya harus strategis menarik pengunjung.
Aku ingat seorang kakek tua ahli hikmah yang selalu dikunjungi banyak orang karena ketajaman firasatnya juga ahli mengobati yang berhubungan dengan spiritual, itu pun bagi mereka saja yang tahu keberadaannya.
Sehabis Maghrib aku pergi ke kakek teesebut untuk berkunjung dan bersilaturahmi kepadanya, dulu ketika aku masih SMP pernah mondok di pesantren sebagai santri kalong (ngajinya malam saja tidak full day) hanya bertahan 6 bulan.
Dan kebetulan saya dulu pernah ijazahan beberapa ilmu kepadanya, termasuk pelet.
Tok!tok!tok! “Assalamualaikum Mbah..” “waalaikumsalam, iyaa sebentar den..” dibukalan pintu rumahnya. Si kakek melihatku tajam lalu tersenyum dan dipersilahkannya aku masuk.
“Maaf Mbah mengganggu istirahatnya, Abah sehat?”
“Alhamdulillah den Abah sehat, sepertinya Aden sedang ada keperluan. Dan Abah lihat Aden begitu gelap, jangan Aden keterusan melakukannya sama ibu Aden, dosa den..” kata si Mbah.
Aku kaget firasat si kakek begitu tajam mengetahui rahasiaku sampai kesitu. Lalu si Mbah lanjut mengatakan, “Mbah gak akan ikut campur masalah Aden, Mbah hanya mengingatkan saja.
Ngomong-ngomong ada perlu apa den?” Si Mbah sebenarnya sudah tahu, tapi memberikanku kesempatan untuk berbicara.
“Anu Mbah, Mbah masih ingat saya? Dulu saya pernah kesini berguru sama Mbah..”
“Tentu den Mbah ingat, dek Rizwan kan?”
Aku tak menyangka si Mbah ingat, padahal usianya sudah uzur sekitar 90 tahunan.
“Iyaa Mbah, sebenarnya saya minta petunjuk dari Mbah. Saya ingin berjualan tapi bingung harus jualan apa, mungkin Mbah bisa kasih tahu sama saya harus jualan usaha apa?”
Si Mbah diam sejenak setelah aku kasih tahu hari lahir, tanggal dan nama ibu kandung.
“Hmmm.. menurut firasat Mbah kamu harus jualan yang berbentuk air, seperti minuman, jualan bensin atau apapun yang berbentuk air, pokoknya jualan yang lebih banyak airnya, insyaallah Abah jamin kamu bakalan berhasil den”
Setelah mendapat petunjuk dari si kakek, akupun pamit dan ngasih sebungkus rokok kesukaannya. Si kakek dari dulu memang seperti itu, sebungkus rokok pun jadi.
Tiga hari berlalu setelah dari si kakek, aku mengutarakan keinginanku pada ayah dan meminjam uang untuk modal dagangnya.
Aku sudah tahu apa yang akan aku lakukan dengan uang itu, ayah sangat senang aku punya jiwa usaha dan 5 juta ayah mengasih modal pinjaman kepadaku, walaupun ayah hanya mengasih dan tak usah dikembalikan tapi aku tetap akan mengembalikannya.
Uang itu aku belanjakan buah-buahan, meja panjang dan tempat minumannya. Dengan belajar secara otodidak dari YouTube, aku mempelajari cara jualan es buah yang lagi ngetrend.
Setelah tempatnya aku sewa dipinggiran jalan, akhirnya aku pun mulai berjualan es buah dengan harga Rp.5000/kantong.
Setelah mendapat petunjuk dari si kakek, dihari pertama jualan aku sampai kewalahan melayani customer yang rela ngantri untuk membeli es buahku.
Hari pertama aku untung dengan laba bersih 700ribu, setelah dibelikan kembali bahan baku untuk jualan lagi. Pendapatan pertamaku dari hasil penjualan sesuai janjiku dulu, aku berikan kepada ibu.
Ayah ibu sangat senang melihatku semangat dan berhasil dihari pertama, hari demi hari pun berlalu daganganku semakin laris.
Ayahku sekarang tak lagi pergi merantau kesebrang, jika tak kekebun atau ke sawah, ayah pergi memancing sebentar lalu pulang menjaga ibu.
Meskipun ayah tidak merantau lagi, tapi ayah masih bisa menghasilkan uang dari hasil kebunnya kepasar.
Sudah tiga bulan aku tidak ngentot lagi dengan ibu, paling hanya pelukan sambil ciuman, dan meraba memek saja, itu pun aku curi-curi kesempatan.
Anakku yang pertama namanya Afika, itu pun ayah yang memberinya nama itu. Setiap jam 8 pagi buka pulangnya jam 3 sore aku berjualan.
Meskipun aku belum ada kesempatan untuk ngentot ibu lagi, jangan sampai mempengaruhi usahaku yang baru saja berdiri. Perjalananku masih panjang tak melulu harus ngentot, biarlah aku simpan spermaku dulu kusimpan untuk ibu.
Sebenarnya ibuku kalau ada aku didekatnya suka meraba memeknya, dengan ekspresinya menampakkan kesedihan bercampur birahi sambil menggigit bibir bawahnya, itu ibu lakukan jika ayah dan Puput sedang keluar.
Pucuk dicinta ulam pun tiba, kabar bagus datang dari ayah. Besok hari Rabu pagi ayah katanya mau pergi kondangan ke saudaranya sekitar setengah hari dan sore katanya pulangnya, karena ibu tak mau ikut akhirnya Puput yang malah ingin ikut dengan ayah pergi kondangan.
Ibu sengaja tidak ikut karena ini kesempatan emas untuk di entot aku lagi, meskipun di entot ayah setiap malam tetap ibu tak mendapat kepuasan.
Momen inilah yang ibu dan aku tunggu-tunggu, tepat dihari Minggu pagi ayah berangkat dan menyuruh aku untuk libur berjualan agar menjaga ibu dulu takut kenapa-napa katanya. Aku malah senang malah dalam hati berkata, ‘perginya agak lamaan yaa ayah…!’
Ketika ayah dan Puput sudah berangkat naik motor yang selalu aku pakai, aku menoleh ke ibuku dan ternyata ibu sudah melirikku duluan dengan wajahnya yang putih terlihat memerah menahan gejolak nafsu yang sudah tak tertahankan.
Dipastikan ayah akan pulang sore hari, aku langsung menutup pintu dan menguncinya. Anakku afika sedang tidur nyenyak, kulihat ibu sudah berdandan cantik dengan baju dasternya yang sebatas lutut.
“Sayang lihat ibu..?!” Ibu menyingkapkan dasternya beberapa detik lalu menurunkan kembali.
OMG! Ibu tidak memakai kancutnya!! Ibu juga memperlihatkan susunya yang montok, terpancar dari raut wajah ibu ekspresi kebahagiaan seakan baru terlepas dari belenggu yang merantai birahinya.
Tak menunggu lama, diruang tengah ini aku langsung memeluk ibuku erat sekali, ku pegang kuremas bongkahan pantat ibu yang semakin besar bulat dan lebar, ku tekan agar merapat dengan kontolku. Aku dan ibu benar-benar liar saat ini, seperti dua binatang buas yang kelaparan.
Aku dan ibu saling berciuman, beradu lidah sampai ludah yang bercampur dihisap dan ditelan oleh kami berdua. Semakin ku telan semakin kami lupa diri bahwa kami ibu dan anak, tapi ku singkirkan pikiran yang mengganggu itu, aku dan ibu sudah tidak peduli!
Ku dekap erat tubuhnya, kuciumi kujilati pipinya, hidungnya, matanya seluruh wajahnya lalu ku ciumi lagi mulutnya. Ibu suka dengan perlakuanku kepadanya, dia juga memegang pantatku sambil berdiri agar merapat dengan memeknya, seakan ibu ingin sekali tubuhnya melebur denganku menjadi satu karena saking tak tahannya menahan kerinduan.
Kuciumi juga lehernya dengan membabi buta, kasar dan liar. “Ohh Maemunah! Akan ku entot kau. Pelacur sialan! Mau ku perkosa kamu Maemunah!” “I..iiyyaa perkosa.. ibu sayyaaannngg aaahh..aahhh..aahhhhh..!!” Aku tak tahu jadi punya fantasi seperti ini, ngentot ibu seperti memperkosanya. Ibu sangat menyukai perlakuanku yang kasar kepadanya, malah membuat dia semakin bergairah dan mendapat pengalaman bercinta yang berbeda.
Payudaranya yang montok berisi penuh cairan susunya kuremas, “gimana enak Maemunah?! Lagi?” “Aaahhh enak ayahh..” Aku sudah tidak kuat, baju daster ibu yang berkancing tiga didadanya ku robek sampai pusar hingga berjatuhan kancing dasternya ke lantai.
Tubuh putih mulusnya semakin bahenol, payudaranya yang besar dengan urat-uratnya yang terlihat jelas dikulitnya yang putih, menambah gairah juga sensasiku yang semakin merambat keseluruh tubuhku.
Kontolku sampai dibuat ngaceng hebat dan terasa panas, jantungku berdebar kencang tatkala aku menjilati payudara ibu. Sesekali mulut ibu menganga dan menengadah keatas lalu melihatku lagi “Aahhh ayaahhh… Enak yaahhhh… Uuhhgg!!” Aku menyedot air susu ibuku, terasa menyemprot dimulutku, rasanya terasa hambar seperti susu cap beruang yang di iklan tv itu, tapi aku menyukai rasanya, malah seakan air susunya seperti menambah gairah seksualku.
“Jangann dihabiskan ayahhh… Buat bayi kita…” Kata ibu sambil mengusap kepalaku. “Hemmmm..” aku hanya mengeluarkan suara itu sebagai tanda setuju.
Setelah puas menikmati keindahan juga rasa air susunya, aku turunkan dasternya yang sudah terkoyak robek itu kebawah, hingga ibuku sekarang telanjang bulat didepanku.
Aku pun membuka kaosku juga celana trainingku, hingga aku dan ibu telanjang bulat. Aku jongkok lalu ku cium memeknya menghirup aromanya, ohh..wangi sabun sirih disekitar memek ibu membuatku lahap menjilatinya. Ibu merenggangkan kedua kakinya sekitar dua keramik putih renggangnya, tentu belahan memeknya sedikit merenggang dengan clitorisnya yang tadinya bersembunyi malu kini mencuat menampakkan dirinya.
Ku emut dan ku gigit gemas clitorisnya, “Aaahhh… Eeemmmhhh… Aayyaaahhhh iiihhhh… Enaaakkk… Lagggiiiihhhh…” Kulakukan sekali lagi dijambaknya rambutku, diremas-remas dan ditekan ke memeknya, aku sampai sulit bernafas karena kepalaku ditekan oleh ibu ke memeknya.
Kini giliran ibu mengoral kontolku, sambil ku rapikan rambut panjangnya yang terurai kedepan, ibu dengan semangat menyedot kontolku tanpa dijilat seperti dulu. Bagai anak kecil yang diberi mainan, ibu begitu antusias mengoral kontolku.
Aku tak mau berlama-lama dioral ibuku, bisa-bisa sperma yang aku kumpulkan muncrat dimulutnya. “Sudah yaa sayang aku cabut kontolnya..” ketika ku mau mencabut ibu gak mau melepaskannya, “EeeEeemmmhh” kata ibu sambil menggelengkan kepala.
“Sayang.. lepas ya kntolnya, nanti aku kasih kalo ayah lagi keluar. Aku janji nanti mulut ibu aku entot yahh? Nanti aku keluarkan didalam mulut ibu yaa sayang..” akhirnya bujukanku membuat ibu melepaskan sedotan kontolku didalam mulutnya.
Lalu ibu berkata, “janji yaa ayahhh, nanti ngentot mulut ibu?” “Iyaa ibuku sayang, nanti mulut ibu aku entot yaa? Nanti spermanya ditelan kan?” “Pasti ibu telan ayah, makanya ibu gak mau lepasin kontol kamu, ibu haus pengen sperma kamu ayah..”
“Rizwan janji nanti kalo waktunya mepet ayah lagi keluar sebentar, aku usahakan ngentot mulut ibu yaa sayang..” “janji ya ayah?” “Iyaa ayah janji, emang ayah pernah bohongin ibu kalo lagi ngentot? Nggak kan? Hehee!”
“Awas yaa kalo gak ngentot mulut ibu, gak bakalan ibu kasih memek ibu buat kamu…hihihi” “ihh ibu jahat banget.. emang ibu bakalan kuat gak di entot Rizwan..? Hehee”
“ahh..! Kalo gak kuat mah ibu akan nekat masuk ke kamar kamu, lalu ibu akan perkosa kamu meskipun lagi ada ayah tidur dikamar..” “iyaa iyaaa nanti Rizwan entot mulut ibu, sekarang ibu nungging ya pegangan ke kursi..”
“mau ngentot ibu dari belakang ayah?” “Iyaa kayaknya anus ibu enak banget..” “demi ayah ibu rela, pelan-pelan ya ayahh lewat anus mah sakit, sini ibu ludahin dulu kontolnya..”
Ibu mengoral kontolku sebentar lalu diludahinnya batang kontolku sampai belepotan, kasihan otongku sampai basah kuyup begini.
Bersambung…