Aku pun seumur hidup baru ngalami sekali ini bisa langsung on dalam tempo hanya kurang 2 menit. Mungkin karena pemandangan dan rasa yang kudapatkan nilainya plus semua, maka rangsangan di otak jadi mudah bangkit kembali.
Ronde keduaku membuat Karina kewalahan. Dalam posisi MOT dia mendapat dua kali orgasme. Aku balikkan posisi menjadi WOT.
Karina hanya sanggup ketika dia mencapai orgasmenya lagi sekali setelah itu dia minta aku kembali di atas. Kugenjot dengan cepat dan kasar, dia menjerit nikmat dan dapat lagi satu O, sampai dia berteriak, mungkin sangking nikmatnya.
Mungkin teriakan itu terdengar sampai keluar kamar, karena tidak lama kemudian Mama Margareth muncul di pintu, yang kami lupa menguncinya.
Mama tidak sekedar melongok, dia malah masuk menonton aku yang sedang menindih anaknya. Aku tidak bisa berbuat apapun, karena posisi bugil berdua sedang tindih-menindihan dan penisku terbenam di memek Karina. Aku pasrah, apa pun yang akan terjadi aku harus terima.
Ternyata si Mama tidak marah, malah meminta Karina jangan teriak-teriak karena sudah malam. Tidak lama kemudian mama meninggalkan kami. Aku jadi agak kurang gairah setelah ke gap sedang ngentot.
Namun Karina masih saja mendesah-desah mengikuti irama gerakanku. Kayaknya dia gak terpengaruh karena kepergok mamanya.
Cukup lama ku embat si Karina sampai dia lempar handuk alias menyerah karena tidak mampu lagi melayani nafsuku. Padahal penisku masih tegap dan belum terasa ada tanda mau nyemprot.
Karena kasihan anak cantik kecapaian, jadi aku hentikan permainan yang kurasakan jadi nanggung. Apa boleh buat lah. Kalau diterusin badanku juga lelah. Karina berpesan sebelum tidur agar aku jangan pulang, tidur bersama dia sampai pagi.
Untuk menetralisir birahiku, aku masuk kamar mandi dan menyiram sekujur tubuhku dengan air dingin. Lepas mandi muncul pula tuntutan baru. Perutku lapar. Berbaju piyama yang sudah disediakan Karina aku turun ke bawah, menuju dapur besih.
Aku periksa satu persatu laci kitchen dan akhirnya kutemukan mi instan. Dua bungkus sekali masak, lumayan juga mengganjal perut. Tapi rasanya masih belum marem. Kucari sesuatu di dalam kulkas.
Di frezer ada beberapa hamburger siap saji bersama rotinya dalam keadaan beku. Ah gak masalah, ada microwave semuanya beres, tidak sampai 5 menit aku sudah menikmati hamburger panas.
Setelah tuntas melahap, sekarang aku jadi kekenyangan. Aku duduk sejenak di sofa ruang keluarga untuk menetralisir perut yang teramat kenyang. Remote tv di tangan, maka dunia ada di dalam genggamanku.
Aku berhenti di tayangan HBO. Bagus juga filmnya sehingga aku terpaku menontonnya. Jam di dinding berdentang 12 kali.
Handphoneku bergetar. Aku agak kesal, karena ada orang mengirim pesan tengah malam begini. Sambil agak malas-malasan kubaca layar HP. Astaga, ternyata mama Margareth yang mengirim pesan. Isinya “ Itu kamu yang di ruang tengah nonton TV ya,”, Kujawab “Benar ma”
Tidak lama kemudian si Mama muncul dari pintu kamar tidurnya. Dia menghampirku yang tengah duduk santai disofa. Mama pakai daster yang mungkin dari kain satin, karena terlihat berkilat dan halus.
Dia mendekatiku dan tanpa basa-basi langsung duduk dipangkuanku menindih tubuhku yang posisinya setengah berbaring. Belum sempat aku berpikir, kedua tanganku sudah diraihnya dan diajak untuk meremas kedua payudaranya yang tidak dibalut BH. Dikasih enak, mana mungkin nolak.
Kedua telapak tanganku langsung bekerja sesuai dengan permintaan. Tidak puas meremas dari luar pagar, tanganku masuk ke dalam daster melalui belahan depan daster. Dua payudara besar yang masih sangat kenyal aku remas dan aku pelintir putingnya hati-hati. Pemiliknya mendesah dan menindihku.
Mama bangkit lalu melepas celana boxerku sekaligus celana dalamku. Penisku yang dari tadi belum layu, mengeras sempurna kembali. Aku tidak sempat bertanya kenapa mama, sampai minta jatah dariku, karena mama langsung melahap penisku.
Tidak hanya dihisap dan dijilat. Bukan hanya batang penis, tetapi kedua kantong zakarku turut dikulum. Sudah itu lubang matahari ku tidak luput dari jilatannya. Nikmatnya luar biasa di service pemain U-45 berpengalaman.
Aku pasrah saja melayani keinginan Mama Margareth yang makin buas. Puas mengoral, mama bangkit dan mengangkat dasternya yang ternyata dia tidak mengenakan celana dalam. Dia berdiri diatasku.
Memeknya tepat di depan mulutku. Aku segera tahu apa yang diinginkan. Sambil mama berdiri di sofa aku meraih pinggulnya dan langsung menjilati belahan memeknya.
Kelihatannya si Mama mencukur jembutnya sehingga tinggal sedikit di ujung lipatan , seperti jambul komedian “Gogon”. Belahan memeknya menjepit daging yang agak menggelambir keluar.
Bentuk memeknya seperti Karina, dengan labia minoranya yang agak panjang. Aku sibak dengan menariknya melebar. Itil si Mama kelihatan lebih menonjol seperti penis kecil. Oleh karenanya aku lebih mudah mencucupnya dan menjilati itil.
Mungkin karena geli nikmat si Mama melonjak-lonjak sehingga membingungkan ku mengikuti gerakannya. Lama-lama posisi kami jadi rubuh. Aku telentang di sofa dan si Mama menduduki mulutku.
Mulanya posisi itu membuat aku gelagapan, karena tidak ada ruang untuk bernafas. Setelah kuatur posisi yang melegakan, aku meneruskan serbuan keujung itil yang bentuknya seperti kepala penis kecil.
Mungkin karena posisi mama diatas, sehingga dia lebih leluasa bergerak, dan itu membuatku sulit mengikuti gerakannya. Berkali-kali itilnya lepas dari lidahku.
Mama aku bimbing telentang di sofa lalu aku berada di atasnya dan menjilati itilnya. Posisi ini bagiku lebih pas, karena mama jadi agak sulit bergerak dan jilatanku konstan di ujung itilnya.
Mama mengerang nikmat, jari tengah kutusukkan ke dalam lubang vaginanya dan meraih gspotnya. Mama makin merintih seperti orang nangis, tetapi nadanya nikmat.
Tidak lama kemudian mama meraung tertahan dan bersamaan dengan itu muncratlah cairan dari memeknya membasahi mukaku. Rambutku dijambaknya sampai terasa sakit, tapi terpaksa aku tahan, karena mama tidak sadar meremasnya terlalu kuat.
“Kamu luar biasa sampai aku bisa benar-benar lemes,” kata Mama. Aku ambil ancang-ancang menancapkan senjataku ke dalam lubang nikmatnya. Mama mencegah lalu bangkit dan menarikku masuk ke kamar tidur khusus tamu.
Di kamar ini memang lebih leluasa. Mama pasang posisi ngangkang dan aku juga merangkak diantara kedua kakinya. Tanpa dituntun kuarahkan penisku memasuki lubang vaginanya.
Penisku menemukan jalannya dan aku tinggal menekan perlahan-lahan. Meski sudah berumur, tetapi jepitan memek si mama, lumayan enak juga. Aku memompa perlahan-lahan terus menerus.
Mama mendesis, ini menandakan posisiku tepat merangsang g spotnya. Makin lama suara mama makin keras dan akhirnya terdiam lalu melenguh panjang sambil mendekapku kencang sekali. Batang penisku terasa dipijat oleh otot-otot vagina mama.
Selepas orgasme aku merasa memek mama makin ketat, sehingga menimbulkan kenikmatan bagi penisku. Aku menggenjot lagi sampai sekitar 10 menit yang akhirnya kami bersamaan mencapai kepuasan. Aku melepas spermaku di dalam lubuk memek mama. Badanku berkeringat meskipun ruangan ber AC.
Aku memperhatikan body mama, meski sudah tua tetapi masih bagus. Mungkin karena orang bule atau karena dia rajin merawat dan melakukan senam. Kisah ini dipublish situs Ngocoks.com
Kesadaranku pulih, sehingga berfikir situasi keluarga Karina. Bagaimana seorang ibu memergoki anaknya di entot orang, tapi diam saja dan bagaimana pula sang ibu minta dientot pacar anaknya, padahal suaminya sedang ngorok dikamar. Mungkin saatnya nanti aku akan tahu bagaimana relasi keluarga mereka.
Setelah istirahat sejenak, mama bangun dan mengajakku ke kamar mandi yang ada di kamar itu. Kami saling membersihkan diri dari cairan kenikmatan kami tadi.
Di kamar mandi yang terang inilah aku baru cermat mengamati keindahan tubuh mama. Susunya toge banget meski agak menggantung tetapi masih padat, alias belum kempot. Warna putingnya merah jambu dan putingnya menonjol sebesar ujung jari kelingking.
Pantatnya bahenol banget, seperti pada umumnya wanita latin. Matanya tajam dan hidungnya mancung. Tingginya hampir setinggi aku. Lemak tubuhnya tidak terlalu tebal, tetapi menggumpal di beberapa tempat. Meski begitu pinggangnya masih langsing.
“Mama ada masalah sama papa” tanyaku.
“Ya gitulah, mungkin papa sudah terlalu tua sehingga agak jarang melayani mama. Kalaupun main, mama tidak sampai puas dia sudah lemes dan langsung ngorok.” kata Mama.
Tidak banyak ngomong karena kami saling meraba dalam membersihkan diri, Mama mencoba mengocok penisku yang kuyu dan aku meremas tetek mama yang menggemaskan. Setelah mengeringkan diri dengan handuk, mama menyarankan aku kembali ke kamar Karina karena dia akan kembali ke kamarnya.
Karina masih lelap tidur, dan posisinya masih belum berubah. Dia terlalu lelah bermain denganku tadi, karena berkali-kali mendapatkan orgasme. Aku belum tahu apa reaksinya jika dia tahu aku “bermain” dengan mamanya. Apakah dia akan bisa menerima, seperti mamanya mengetahui anaknya aku embat.
Bersambung…