Hubungan ku dengan keluarga Karina semakin akrab. Aku tidak menduga, hasil menabrakan mobilk ke mobil Mercy Karina tempo hari menghasilkan hubungan yang demikian jauh.
Aku dengan bebasnya menyetubuhi Karina di kamarnya sendiri dan sepengetahuan mamanya. Aku kira papanya juga tahu, karena aku sering menginap di kamar Karina.
Aku masih tidak membuka informasi kepada Karina bahwa aku sering memuaskan keinginan sex mamanya. Aku kelak akan membuka juga rahasia ini, tetapi waktunya belum tepat.
Saat kami sarapan pagi bertiga, Mamanya buka suara yang berkata terus terang bahwa mama puas sekali bermain sex denganku. Kuperhatikan raut muka Karina, sepertinya dia biasa saja mendengar pernyataan mamanya.
Ternyata si Karina sudah lama tahu bahwa aku melayani mamanya juga, Aku agak bingung dengan keluarga ini, apa karena terlalu lama tinggal di Barat, sehingga mereka bebas saja berbicara masalah sex dan menerima hubungan seperti yang terjadi padaku.
Aku sempat salah tingkah dan malu, ketika papa Karina menyatakan terima kasihnya padaku, karena aku bisa memenuhi keinginan istrinya. Dia merasa agak tenang karena selama ini merasa kewalahan atas tutuntan ranjang dari Mama Margareth.
Menurut Papanya, lebih baik istrinya berhubungan sex dengan ku dari pada dengan orang lain yang tidak dia kenal. Dia pun mengatakan hubunganku dengan Karina sebaiknya dilanjutkan sampai ke jenjang perkawinan, karena keluarga ini tidak punya anak laki-laki, sehingga tidak ada yang bisa mewarisi usaha yang sudah berkembang besar.
Di awal cerita aku tidak mengungkapkan bahwa Karina sebetulnya punya dua adik. Karina adalah sulung sekarang berusia 23 tahun. Adiknya Stevani sekolah di Singapura berumur 18 tahun dan bungsu Melody tinggal di Singapura bersama kakaknya. Mereka berdua sekolah di sana. Mereka jarang pulang karena kedua orang tuanya sering menjenguk.
Ketika aku diajak Karina ke Singapura barulah aku mengenal mereka berdua. Mereka cantik-cantik dan bongsor. Melody lebih bule dibanding Stefani. Si bungsu yang berusia 13 tahun badannya seperti cewek 17 tahun.
Di Singapura ayah Karina memiliki apartemen yang cukup bagus. Namun ketika aku dan Karina ke Singapura dia memilih tinggal di Shangrila hotel bersama ku dari pada nginap di apartemen.
Sejak hubunganku sudah demikian terbuka sehingga papanya pun merestui, maka aku makin leluasa menyetubuhi mama Margareth dan Karina. Pernah suatu kali ketika ketika aku sedang bertarung dengan mama, dikala Karina tidak dirumah.
Tiba tiba Karina dengan santainya masuk ke kamar mama dan menonton pertandingan kami. Setelah itu, Karina minta jatah. Aku tidak tahu kapan dia pulang, karena mungkin sedang asyik dengan si Mama.
Nafsu sex Karina dan mamanya tergolong hiper. Hampir setiap hari aku melayani mereka berdua. Untung aku juga punya nafsu yang menggebu-gebu, jadi mampu saja menandingi mereka. Aku merasa pening jika sehari saja tidak ngentot.
Rasanya bekerja pun susah berkosentrasi, karena selangkanganku terganggu oleh tegangan. Setiap hari paling tidak aku bisa 3 kali ejakulasi, tanpa badan merasa lelah. Sering juga aku mencapai 5 kali. Itu terjadi jika aku nginap di hari libur.
Suatu hari, aku diajak paksa Karina ke Singapura. Keperluannya adalah menemani Stefani yang sendirian tinggal di apartemen. Si kecil Melody ikut tour sekolahnya ke China selama 5 hari. Satu sampai hari kedua aku tidak mengalami kejadian aneh.
Aku tidur sendirian dan Karina tidur menemani Stefani. Itu pun sebelumnya Karina minta jatah untuk mendapat “obat tidur”. Dia menyebut orgasme dengan ku sebagai obat tidur.
Tidak mungkin Stefani tidak tahu kalau aku “bermain” dengan kakaknya. Lha wong teriakan Karina dan erangannya bisa menembus sampai keluar unit apartemen. Biasanya setelah dia mendapat kepuasan dia langsung menemani adiknya dan katanya langsung tidur.
Hari ketiga, yang kebetulan jatuh pada hari Senin, Karina memaksa pulang, karena dia mendapat telepon dari kantornya bahwa ada masalah yang harus ditangani. Anehnya aku tidak boleh pulang, menunggu sampai si Melody pulang. Padahal aku juga ingin menyelesaikan pekerjaan juga. Namun Karina marah beneran ketika aku memaksa juga ingin pulang.
Aku berkilah, kenapa bukan mama yang datang menemani Stefani, kan mama tidak kerja, begitu desakku. Mama kata Karina sedang ke Paris bersama rombongan teman-temannya. Aku agak bingung, karena dipaksa tinggal bersama Stefani.
Maksudku apa Karina tidak khawatir jika nanti adiknya aku “garap”. Atau apakah dia sengaja mengumpan adiknya untuk aku “ makan”. Dua pertanyaan itu tidak bisa kutanyakan terang-terangan ke Karina. Apalagi dia sudah cemberut saja dan begitu taksi datang, tanpa banyak basa-basi dia terus bablas ke airport
Di tinggal Karina, aku jadi tidak tahu harus bagaimana. Pagi itu aku buru-buru mandi dan langsung membuat sarapanku sendiri, roti berlapis selai. Sementara itu Stefani yang tadinya agak cuek, kok jadi berbalik bermuka manis. Aku membatin dalam hati,” apa aku kuat menahan diri berdua dengan remaja cantik di apartemen ini”
Stefani kuliah di Singapura. Aku lupa dia ambil jurusan apa. Yang kuingat, pagi itu dia mengenakan rok mini, yang sangat mini sehingga paha putih yang gempal jadi kelihatan sangat memikat lelaki. Andai saja dia membungkuk sedikit, maka celana dalamnya akan kelihatan.
Ah aku jadi alay, Di Singapura remaja umumnya berpakaian seperti itu. Jadi pakaian Stefani ya normal saja sebetulnya. Stefani minta aku antar ke kampusnya. Aku tidak bertanya kenapa mesti diantar segala, emang biasanya kan jalan sendiri.
Aku turuti saja kemauannya. Kami berjalan berdua menuju stasiun MRT. Sepanjang jalan Stefani menggandengku. Sebetulnya dia tidak menggandeng tapi nglendot. Jadinya susunya yang kenyal berkali-kali menekan lenganku.
Dari pengalamanku di dunia persilatan lendir, cewek yang besikap seperti ini biasanya sudah tunduk dan mau diapakan saja. “Ah masak Stefani begitu sih, kan aku baru akrab dan belum banyak berbicara dengan dia,” kata ku dalam hati.
Kalau bisa aku nikmati dan memang sedap kenapa harus banyak pertanyaan, ya sudahlah rasakan saja. Begitulah akhirnya aku bersikap. Sampai di kampusnya, eh Stefani malah mengenalkan aku dengan teman-temannya. Berkali-kali aku bersalaman. Setelah itu aku dilepasnya, dan dia masuk kelas.
Belum sehari aku sudah bingung melihat sikap adik si Karina. Dari kampusnya aku jalan-jalan dan nongkrong di sekitar Orchad road sambil cuci mata. Pemandangan memang indah, karena banyak yang bening-bening melintas. Namun lama-lama bosan juga. Mau masuk mall juga bosan. Akhirnya aku putuskan menuju stasiun MRT terdekat untuk kembali ke apartemen. Paling tidak aku bisa tidur bermalas-malasan.
Belum sampai stasiun MRT, HP bergetar. Karina mengabarkan bahwa dia sudah sampai kantor. Dia berpesan, agar aku jangan pulang ke Jakarta sampai si Melody kembali dari Cina. Kenapa ya Karina khawatir sekali jika aku meninggalkan Stefani sendirian.
Rasanya ingin sekali menghisap sebatang rokok. Kulihat di taman ada bapak-bapak sedang asik mengisap rokok sambil membawa asbak kecil. Aku bergabung dan karena aku tidak punya asbak, aku numpang asbaknya. Untung dia berbaik hati dan mempersilakan aku menggunakan asbaknya.
Rasanya lebih nikmat merokok di Singapura dari pada di Jakarta. HP ku bergetar lagi. Di layar muncul nama Stefani. Mau apa lagi anak ini, batinku. Dia mengabarkan sudah selesai kuliah karena beberapa mata kuliah pindah waktunya. Stefani ingin menyusulku. Aku dimintanya menunggu saja di tempatku merokok. Dia kenal benar sudur-sudut Orchad.
Sekitar setengah jam kemudian Stefani muncul dari arah stasiun. Begitu melihatku dia berlari-lari kecil lalu menubrukku dan mencium pipiku. Dia bersikap seolah-olah kami sudah lama tidak bertemu. Padahal belum ada 4 jam berpisah.
Kami mencari makan siang. Aku mengusulkan makan makan noddle duck, dia setuju. Habis makan kami kembali ke apartemen. Mataku agak ngantuk sehingga yang paling kuinginkan adalah tidur.
Berkaus oblong, celana pendek, aku melesat ke dalam selimut di kamarku. Udara AC di apartemen ini sangat dingin. Mungkin tidak sampai 5 menit aku sudah tertidur. Entah berapa lama tertidur aku terbangun karena merasa ada gangguan. Stefani sudah berada disisiku. Dia memelukku dan menciumi wajahku.
“Wah anak ini cari perkara,” kata ku dalam hati.
“ Kak aku suka ama kakak,” katanya.
“Aku kan pacar kakakmu,” kataku.
“Biarin aja, pokoknya aku suka ama kakak,” dia mendesak.
Semula aku pasif saat dia menciumi pipiku. Hembusan nafasnya terasa memburu. Ini pertanda dia sedang naik nafsunya. Puas menciumi pipiku dia merambah mulutku dan langsung menangkupkan mulut kecilnya ke mulutku. Lidahnya dia permainkan masuk ke dalam mulutku.
Aku tidak bisa berdiam diri maka kutarik dia menindih tubuhku dan kami berciuman hangat. Aku merasa ciuman Stefani ganas sekali. Dia menarik tubuhku sehingga aku berada diatasnya. Aku melepas ciuman di mulut dan aku jilati telinganya lalu leher dan terus ke bawah. Tanganku serta merta mencari sasaran gundukan kenyal di dadanya.
Dia tidak menghindar ketika tanganku meremas gundukan itu dari luar kaus oblongnya. Terasa di tanganku bahwa gundukan empuk itu tidak mengenakan BH.
Tanganku menelusup dari bawah kausnya menjangkau gundukan kenyal. Stefani malah membantu dengan mengangkat kausnya sehingga terpampang kedua susunya yang lumayan menggunung. Putingnya belum sempurna berkembang, tetapi teteknya telah membengkak cukup besar.
Aku jilati kedua putting kecil itu sampai Stefani mendesah-desah. Tugas tanganku sudah diambil alih oleh lidah, sehingga tangan mencari sasaran lain yang lebih penting. Celana pendeknya aku dorong kebawah sekaligus dengan celana dalamnya. Terasa jembutnya yang cukup lebat menutupi belahan memeknya.
Posisi celananya belum terbuka penuh masih berada di pahanya, jariku sudah masuk kecelah-celah belahan memeknya. Belahan memeknya masih rapat tetapi sudah terasa licin karena lendir yang meleleh keluar dari lubang vagina.
Dengan jariku, aku memainkan itilnya. Stefani makin seru merintih.Celananya dia buka sendiri juga kausnya sehingga bugil sepenuhnya. Aku menjilati perutnya dan perlahan-lahan turun ke bawah sampai ke selangkangannya. Tanpa merasa risih dan malu Stefani sudah mengangkang selebar mungkin. Dia mengerti aku bertujuan menjilati memeknya.
Jembut yang lebat memuat sebagian masuk ke dalam mulutku. Setelah aku sibak kedua sisi memeknya tampak belahan merah muda dengan tonjolan diatas yang sudah mencuat. sumber Ngocoks.com
Itilnya sudah keluar dari sarang. Aku melumat itilnya sampai dia melonjak-lonjak. Aku tidak tahu apakah karena dia merasa geli atau kenikmatan yang sangat, sehingga dia mengangkat-angkat pinggulnya.
Aku jilati terus sampai akhirnya dia minta aku berhenti dan kepalaku ditekan sekuat-kuatnya ke memeknya yang sedang berdenyut-denyut. Lepas itu aku ditarik keatas. Kausku dibukanya dan celanaku dia tarik sampai akhirnya aku juga bugil. Aku didorong sehingga telentang. Penisku mengacung tegak, karena sudah full ereksi.
Di genggamnya sejenak, dikocok lalu dia melumat penisku. Permainan oralnya sudah cukup mahir. Dari situ aku menduga dia sudah jebol perawannya.
Tidak terlalu lama dia mengoralku lalu bangkit dan mengarahkan batang penisku memasuki lubang kemaluannya yang sudah licin. Tanpa halangan berarti, penisku masuk sepenuhnya. Stefani berinisiatif bergerak sendiri mengejar puncak kenikmatan.
Cengkraman memeknya lumayan nikmat. Dia melakukan gerakan seperti sudah terbiasa berhubungan sex. Aku bisa bertahan karena aku pasif di bawah. Sementara itu Stefani terus memacu dengan mendesah-desah.
Dia ambruk ke dadaku dan nafasnya memburu seperti habis marathon. Dibawah sana memeknya seolah-olah sedang memijat-mijat penisku karena denyutan orgasmenya.
Dia memuji bahwa kontolku rasanya nikmat sekali. Aku tidak bertanya emang biasanya pakai kontol siapa. Buat apa aku bertanya hal-hal konyol begitu. Yang penting enjoy aja. Udah dapat makan yang enak kok tanya resepnya apa, bahannya beli di mana dan sebagainya. Bisa-bisa jawabannya membuat kecewa.
Aku melanjutkan permainan dengan berada di atasnya. Akulah yang menggenjotnya sekarang. Memeknya makin terasa mencengkeram. Desahan dan reaksi tubuhnya membuatku jadi sangat terangsang sehingga akhirnya aku tidak mampu bertahan dan lupa daratan pula sehingga melepas jutaan benihku di dalam memeknya.
Pada saat itu rupanya dia belum sampai, sehingga dia menggerakkan pinggulnya menggeser-geser penisku yang baru saja melepas sperma. Rupanya dia tidak terima aku mencapai finish duluan. Stefani berusaha bergerak terus sampai akhirnya dia finish juga dengan teriakan panjang sebagai tanda puncak kepuasan.
Kami berdua kelelahan dan tergeletak tidur begitu saja. Dengan tetap bugil kami berdua berselimut bersama. Stefani memelukku sampai dia tertidur dan akupun sudah tidak mampu lagi menahan kantuk.
Bersambung…