Aku bangun dengan perasaan lega. Mani dan cairan sudah mengering di tubuhku, rasanya lengket. Aku bangunkan Stefani yang masih agak malas bangun. Karena terasa kebelet kencing aku tinggal dia yang tetap tergolek di ranjang.
Aku masuk kamar mandi dan melepas hajat kecilku di toilet. Aku melanjutkan dengan mandi dengan shower air hangat. Tidak lama kemudian muncul Stefani sambil mengucek-ucek matanya. Dia pun kebelet pipis. Suara desiran pipisnya nyaring sekali mengalahkan suara shower.
Dari kamar masuk ke kamar mandi Stefani santai sambil tetap bugil. Selepas hajat kecilnya terlampiaskan dia bergabung denganku mandi sambil membasahi rambutnya. Kami berangkulan sambil menikmati guyuran air hangat.
Stefani mempermainkan penisku yang sedang loyo dan aku meremas-remas buah dadanya yang tegak menantang. Stefani mewarisi tetek ibunya yang besar, Karina sebetulnya juga besar. Jembutnya lebat tetapi belahan memeknya ada gelambir kecil, seperti kakaknya dan juga ibunya.
Stefani manja sekali, sampai mengeringkan badannya pun dia minta aku yang melakukan. Aku dan Stefani mengenakan kimono dan tidak mengenakan apa pun di dalamnya. Dari jendela apartemen aku menikmati pemandangan kota yang mulai redup dan lampu-lampu mulai menyala.
Malam ini kami malas keluar cari makan. Stefani minta pizza yang bisa di antar. Semua AC kami matikan sehingga dinginnya ruangan agak berkurang. Dua potong pizza cukup mengganjal. Sehabis pizza, hidangan berikutnya adalah melumat mulut. Itu gara-gara Stefani yang duduk di pangkuanku lalu memancing-mancing menciumiku.
Permainan itu berlanjut sampai akhirnya kami kembali telanjang bulat. Stefani minta “main” di sofa. Dia katanyanya ketagihan rasa kontolku. Ada-ada saja komentarnya. Entah berapa kali dia mencapai kepuasan sementara aku baru mencapai ejakulasi ketika permainan berlanjut dikamar Stefani.
Malam itu aku bertempur hampir sepanjang malam. Jika tidak salah ingatanku aku sampai 7 kali ejakulasi, sementara Stefani sudah tidak kuhiraukan lagi berapa kali dia mencapai puncak kenikmatannya.
Aku merasa, Stefani lebih maniak dibanding kakaknya atau mamanya. Dia minta terus malam itu, meski pun katanya badannya sudah letih. Aku dan dia malam itu jadi kurang tidur tapi kelebihan ngentot.
Paginya Stefani tidak sanggup bangun pagi, dan dia bolos kuliah, karena badannya rasanya lemes sekali. Meski begitu habis sarapan pagi, paginya jam 10 juga sih. Stefani sudah minta dientot lagi. Ada saja caranya untuk membangkitkan nafsuku dan menegakkan penisku. Untungnya aku masih mampu memenuhi permintaannya. Rasanya aku hanya mengeluarkan sperma beberapa tetes saja akhir-akhirnya. Produksinya tidak mampu mengejar output.
Siang kami tetap tinggal di apartemen dan Stefani menelepon restoran mi pangsit ayam. Ketika pesanan tiba sebetulnya aku sedang “bermain” lagi. Stefani bersembunyi di kamar dan aku menyambar kimono membayar pesanan.
Aku ingin membuat sensasi yang mudah-mudahan akan diingat Stefani selamanya. Kami ngentot dengan posisi duduk berhadapan. Penisku masuk ke vaginanya dan kakinya diatas kakiku merangkul pinggangku. Kotak mi ayam aku letakkan diatas pangkuan kami.
Posisi kotak mi itu berada diatas pertemuan kedua kelamin. Kami makan sambil kontolku masuk di dalam memeknya. Satu kotak kami makan berdua menggunakan sumpit. Setelah habis ganti kotak yang lain sampai ludes. Untung penisku tetap mengeras, sehingga tidak copot.
Stefani tertawa geli atas posisi kami menikmati makan siang mie diatas sambungan memek dan kontol. Setelah minum, permainan dilanjutkan lagi sampai kami berdua terkapar.
Begitulah selama aku berada di singapura menemani Stefani. Sebenarnya lebih tepatnya bukan menemani, tetapi memuaskan hasrat sex adik si Karina. Meski Karina sering meneleponku, tetapi dia tidak sedikitpun menyinggung soal hubunganku dengan Stefani. Mama Margareth juga begitu. Padahal sepantasnya mereka tahu bahwa aku tidak mungkin tidak ngesex dengan Stefani.
Melody pulang lebih cepat dari jadwalnya. Pagi-pagi pesawatnya sudah mendarat di Changi. . Melody bercerita bahwa di Cina akan ada badai, sehingga kepala rombongan memutuskan untuk memperceepat kunjungan ke Cina.
Aku merasa gembira karena berarti aku bisa pulang pada hari itu juga. Nyatanya Stefani mati-matian menahanku sehingga aku diperbolehkan pulang Senin pagi. Itu berarti aku harus extend 5 hari lagi. Melody pun ikut-ikutan menahanku. Aku tidak berdaya menembus pertahanan mereka. Aku coba menelepon Karina, eh dia malah nyarani aku tambah barang sehari lagi sehingga aku balik hari selasa. Ah Karina ternyata lebih gila.
Aku tidak putus asa, lalu mencoba menelepon mama Margareth. Ini mamak sama aja dengan anaknya. Aku diminta tetap di Singapur dulu. Jujur saja aku sudah jenuh dengan suasana Singapura yang terkesan hidupnya monoton, Kalau soal sex, meski tidak main dengan stefani, toh di Jakarta ada Karina dan mama Margaerth yang sudah berpengalaman.
Aku agak jaim terhadap Melody. Masalahnya aku beda umur cukup jauh. Kami sepakat akan makan malam diluar. Siang itu kami makan masing-masing. Stefani tidak bisa meninggalkan kampusnya dan Melody pergi ke mall dekat apartemen mau ketemuan sama temen-temennya membahas paper yang akan mereka tulis hasil study tournya. Aku cari makan siang di dekat apartemen lalu balik dan mendengkur.
Aku terbangun dan melihat jam sudah menunjukkan pukul 5 sore. Apartemen masih sepi, penghuni lainnya belum pulang. Sambil menunggu mereka aku ingin merendam diriku di dalam bath tub yang berisi air hangat.
Kontolku ngaceng akibat terendam air hangat. Aku tiduran menikmati air yang ku atur makin lama makin panas. Sampai suhu yang kurasa nyaman kuhentikan pengisian airnya. Sambil tiduran aku berkhayal membayangkan betapa nikmatnya hidupku, ngentot banyak sasaran, perut gak pernah lapar, duit gak terlalu mikir, kontol dipuji-puji cewek. Apalagi yang kurang dalam hidupku.
Aku terkejut, karena muncul sosok Melody yang sudah bugil bergabung ke dalam bak tempatku berendam. Apa lagi maunya anak ini. Masak umur 13 tahun juga minta di entot sih. Tapi penisku jadi makin ngaceng dan keras.
Melody bergabung dan dia telungkup diatas ku yang posisiku membujur telentang. Tidak dapat terhindar penisku menyundul-nyundul tubuhnya mungkin juga memeknya. Teteknya menempel di dadaku dan rasanya kenyal sekali.
Posisi Melody telungkup di atasku rupanya agak sulit dia pertahankan, sehingga dia mengubah posisi jadi telentang di atasku. Tanpa menunggu peluang berikutnya kedua tanganku lalu menggenggam buah dadanya. Teteknya masih keras dan kenyal sekali, Belum terlalu besar, tetapi cukup penuh di dalam tangkupan telapak tanganku. Pentilnya masih kecil sekali. Kuraba ke bawah diantara kedua pahanya terasa masih sedikit bulu yang tumbuh.
Aku meremas-remas memeknya yang montok dan belahannya masih rapat. Itilnya kuraba, dia mengeluh kegelian, ketika jari tengahku menemukan letak itilnya. Kami lalu berciuman sambil saling meraba dan meremas. Melody tanpa canggung meremas penisku yang sudah keras seperti kayu.
Rasanya tidak perlu terlalu lama berendam, karena birahiku sudah makin memuncak. Aku bangkit dan meraih handuk lalu mengeringkan tubuhku seterusnya tubuh Melody yang kuseka. Lepas itu Melody langsung aku gendong menuju tempat tidur. sumber Ngocoks.com
Aku memulai dengan menjilati pentil teteknya yang masih kecil, tapi sudah mengeras. Penasaran dengan memek anak di bawah umur, aku mencoba membukanya dan terlihat pemandangan menakjubkan. Belahan memek yang masih sempit dengan lubang vagina kecil.
Penasaran juga aku ingin tahu apakah selaput daranya masih ada apa sudah jebol. Lubang vaginanya aku buka lebar. Dia mengeluh perih, tapi aku tetap membukanya. Terlihat lubang vaginanya tetapi di dalamnya tidak terlihat ada selaput putih yang menghalangi. Penampakan ini mengesankan dia sudah tidak virgin lagi.
Aku kembali ketujuan semula menjilati itilnya. Melody kegelian dan dia bukannya merintih atau mendesah malah tertawa karena merasa geli saat itilnya aku jilat. Ini membuatku kurang nikmat sehingga aku mau langsung saja menancapkan penisku ke lubang memeknya.
Perlahan-lahan kutuntun penisku memasuki lubang kenikmatan. Melody mengernyit dan minta aku pelan-pelan. Meski lubangnya ketat, tetapi penisku bisa terus masuk tanpa halangan sampai akhirnya terbenam habis.
Dia mengaku masih agak sakit, Aku jadi menggoyangnya perlahan-lahan. Makin lama gerakan penisku maju mundur makin lancar karena lubangnya juga makin licin. Melody sudah tidak mengeluh sakit. Tapi dia tidak memberi respon nikmat seperti umumnya perempuan kalau dientot.
Lubangnya sangat ketat, meski sudah tidak perawan lagi. Untung aku cukup kenyang ngentot selama ini sehingga bisa bertahan terus. Setelah 5 menit aku genjot, Melody mulai bereaksi. Dia mendesis-desis dan diluar kesadarannya dia jadi merintih dengan irama cewek yang sedang merasa nikmat di ewek.
Aku makin bersemangat karena kemudian dia menjerit lirih ketika memeknya kurasa berdenyut-denyut. Ternyata, anak di bawah umur bisa juga mendapat orgasme. Padahal tadinya aku menyangka anak seusia Melody ini belum bisa menikmati senggama.
Memeknya makin licin tapi tetap mencengkeram. Aku makin laju memainkan penisku di lubangnya.rasa nikmat sudah mulai menjalari tubuhku menandakan sebentar lagi aku akan orgasme. Aku genjot terus menjelang orgasme, melody memelukku erat sekali. Rupanya dia mendahului mencapai orgasme. Denyutan memeknya menimbulkan nikmat sehingga akhirnya aku pun memuncak dan memuntahkan spermaku yang jumlah tidak banyak lagi.
Melody memanggilku “kak”.Kak nikmat sekali main sama kakak. Aku belum pernah merasakan kenikmatan kayak gini. Harusnya aku tanya “lu ngentot sama sapa aja”. Tapi kutahan saja keinginan tahu ku. Mungkin suatu saat aku bisa tahu tanpa harus bertanya.
Aku terkejut bangun ketika selimut dibuka tiba-tiba. Padahal aku dan Melody masih dalam keadaan bugil di bawah selimut itu. Rupanya Stefani sudah datang bahkan dia sudah bugil dan langsung menerkamku. Dia tidak peduli bahwa aku habis ngentot adiknya dan tidak peduli ada adiknya berbaring disampingku, tapi dia langsung minta penisku dimasukkan ke dalam lubang memeknya.
Tentu saja penisku belum ready. Stefani giat mengulum penisku sampai akhirnya berdiri juga dan layak menancap di lubang memeknya. Stefani langsung menderaku dengan laju memaju mundurkan penisku di dalam lubang kenikmatannya. Dia mendapat orgasme pertama, namun kelihatannya dia masih menginginkan lagi, maka dia memacu tubuhnya di atas tubuhku lagi sampai kembali mencapai kepuasan.
Aku bukan ingin membanggakan diri kuat bersetubuh, tetapi karena sudah terlalu kenyang “bermain” makanya persaaanku menjadi kebal dan mampu bertahan lama. Dua kali mendapat orgasme, Stefani tidak mampu meneruskan permainan. Dia rebah disampingku tidur telentang sambil terengah-engah. Aku ciumi dia sampai akhirnya dia terlelap tidur.
Melody yang dari tadi menyaksikan aksi kakaknya bermain dengan ku, mungkin birahinya bangkit. Dia menarik tubuhku agar menindih tubuhnya. Aku paham, Melody minta aku bermain dengan dia.
Ketika aku sudah diatas tubuhnya Melody tangannya menangkap penisku lalu dia arahkan memasuku lubang memeknya yang ternyata sudah licin. Dengan mudah penisku masuk perlahan-lahan. Aku mengenjotnya tidak terlalu cepat, tetapi dengan kecepatan tetap.
Melody tidak terlalu lama dia sudah mendapatkan orgasmenya, dia lebih cepat meraih puncak kepuasannya dibandingkan pertempuran yang pertama tadi. Mungkin perempuan adalah kebalikan dari pria. Jika pria main di ronde kedua dan selanjutnya maka, orgasmenya akan makin lama tercapai. Sebaliknya perempuan malah makin cepat mendapat orgasme setelah mendapat orgasme yang pertama.
Setelah kedatangan Melody, aku harus melayani nafsu sex mereka berdua. Badanku terasa agak lelah, karena setiap hari berpacu sex dengan kedua cewek itu, Untungnya aku bisa mengimbangi olah raga dengan berjalan-jalan seputar Singapura.
Bersambung…