Ketika aku kembali ke Jakarta, Karina sudah menunggu, karena cukup lama dahaganya tidak terpenuhi. Mama Margareth juga minta jatah. Siang malam aku bertempur dengan mereka berdua. Mama Margareth tidak sebuas Karina, maka aku bisa agak santai menghadapi mamanya.
Aku lebih sering tinggal di rumah Karina dari pada tidur di kamarku sendiri. Pekerjaanku memang agak terbengkalai. Namun aku membangun sistem baru sehingga aku bisa bekerja tanpa harus setiap saat ke kantor. Di samping itu ada beberapa pekerjaan dari papa Karina yang diserahkan pengurusannya kepada ku.
Papa Karina suatu hari mengutusku ke Bangkok untuk mewakili dirinya bertemu clientnya di sana. Ada beberapa proyek yang harus di negosiasi dengan clientnya di Bangkok. Mengetahui aku akan ke Bangkok, 3 hari, Mama Karina mengatakan dirinya mau ikut.
Sebenarnya pengikut mengikuti jadwal yang diikuti, bukan malah mengubah rencana. Tapi bukan begitu yang terjadi. Mama Margareth membuat rutenya sendiri, sehingga perjalanan menjadi Jakarta – mampir Singapura semalam – Bangkok 2 hari 1 malam – kembali lagi mampir semalam di
Singapura – baru kembali ke Jakarta.
Biasanya aku hanya menggunakan tiket kelas ekonomi, tetapi karena si Mama ngikut maka berubah menjadi tiket first class dan hotel di Bangkok menjadi suite room. Itu semua yang mengatur Mama Margareth dan si Papa tidak bisa menolak.
Kami terbang pagi dari Jakarta untuk mengejar makan siang di Singapura. Mama malah sudah book seat di restoran Sanur, yang terkenal gulai kepala ikan dan tahu telornya. Kami tiba di Singapura tidak dijemput, karena anak-anak masih sibuk dengan sekolahnya. Mereka berjanji ketemu di restoran Sanur.
Dari airport, menggunakan limousine kami berdua menuju ke apartemen anak-anak. Masih cukup waktu untuk meletakkan koper dan istirahat sebentar. Setiba di apartemen, Mama Margareth mau mandi, karena tadi pagi tidak sempat mandi, takut kesiangan tiba di airport. Maklumlah mandi dan dandannya lama sih.
Aku raih remote TV lalu santai di sofa menyaksikan siaran olah raga. Mama Margareth keluar dari kamar anak-anak hanya mengenakan kimono, tetapi bagian depannya tidak ditutup, sehingga harta karunnya terlihat.
Dia seharusnya masuk kamar mandi yang ada di dalam kamar, tetapi malah menghampiriku yang sedang mulai ngantuk di sofa. Mama duduk dipangkuanku dengan manja dan berbisik bahwa dia minta dimandiin.
Aku tidak bisa menolak permintaannya, dan aku menduga, urusan tidak hanya selesai masalah mandi, tetapi mesti ada kelanjutannya, sehingga mandinya tidak cukup sekali. Rasa ngantuk terpaksa harus dilawan dan aku bangkit menuju kamar mandi di dalam kamar Stefani dan Melody. Sebelum masuk kamar mandi, seluruh pakaianku dilucuti oleh Mama.
Untuk mempersingkat urusan mandi, kami menggunakan shower. Aku membasuh seluruh tubuh mama dan tentunya meremas kedua susunya dan mengobel belahan memeknya. Sampai saat itu penisku belum berdiri, mungkin karena semalam habis bertempur 2 ronde dengan Karina di Jakarta.
Dibawah guyuran shower mama jongkok lalu mengisap penisku yang masih lemas. Di hisap dan dijilati kantong zakarku yang akhirnya menimbulkan nafsu birahi.
Penisku perlahan-lahan mulai terisi, sampai akhirnya penuh juga. Mengetahui penisku sudah standby, mama manarikku. Dia bersandar di dinding lalu meraih penisku untuk dimasukkan ke sarangnya.
Diangkatnya salah satu kaki untuk memudahkan penisku masuk ke memeknya. Aku ikuti kemauannya dan aku mulai mengayuh. Hampir 10 menit, lututku terasa gemetaran dan rasanya tidak kuat berdiri terlalu lama. Mama rupanya juga lelah juga.
Dia mengajakku pindah bermain di tempat tidur. Mama langsung telentang dan membuka kedua kakinya lalu dia tekuk. Lubang memeknya terlihat menganga siap melahap penisku.
Tanpa aku tuntun penisku langsung bisa masuk. Aku genjot agak lama juga, sampai mama sampai ke tujuan titik kepuasan tertinggi. Entah apa yang diteriakkannya ketika orgasmenya tercapai. Sementara itu orgasmeku rasanya masih jauh.
Aku menyudahi permainan. Mama menciumiku dan menyatakan puas sekali bermain denganku. Seumur hidupnya dia belum pernah mendapat laki-laki yang mampu memuaskan dalam setiap permainan. Akhirnya kami mandi sekali lagi lalu mengenakan baju dan tak lupa menyemprrotkan parfum.
Waktu yang tersisa sekitar 20 menit lagi, dan kami harus tepat tiba di restoran, karena waiter di telepon sudah berpesan, jika 10 menit telat, maka tempatnya akan diberikan orang lain.
Kami berjalan cepat menuju stasiun MRT yang kebetulan tidak jauh. Tiba di stasiun tujuan tidak sampai 5 menit dan sekitar 10 menit kemudian kami sudah sampai di restoran. Tepat waktu dan kami diarahkan ke seat yang sudah disiapkan.
Baru saja duduk telepon dari Stefani sudah masuk, dia mengabarkan sudah sampai di lantai bawah mall tempat restoran itu berada, sedang Melody baru turun dari MRT.
Acara makan siang usai, si mama mengajakku jalan-jalan ke mall. Sesungguhnya aku bosan berkeliling-keliling mall, tetapi karena putri raja yang mengajak, mana bisa aku bantah. Mama membelikan ku beberapa stel baju dan celana dari merk-merk terkenal. Duit mama banyak banget, karena beli barang-barang mahal begini kelihatannya gak ngitung.
Dia lalu tanya aku apakah aku mau dibelikan jam. Mulanya aku tolak, karena merasa jam tanganku masih keren. Tapi mama maksa untuk membelikan jam baru. Aku sebetulnya malas ganti-ganti jam.
Kaget dan takjub aku dibuat mama, dia menggiring ku masuk ke toko jam khusus Rolex, aku tidak bisa mengusulkan pilihan, semua kemauan mama harus aku turuti. sumber Ngocoks.com
Sebuah jam tangan keluaran terbaru yang kulirik harganya setara dengan dua buah Toyota Inova. “sampai kapan pun, aku tidak mungkin mau membeli jam seperti ini dari uang ku sendiri,” kataku membatin. Mungkin itulah imbalan dari kepuasan sex yang aku berikan kepada mama.
Setelah puas berkeliling mall, kami berempat pulang ke Apartemen. Sebelumnya mampir dulu ke gerai restoran untuk membeli makanan take away yang akan menjadi makan malam kami di apartemen.
Sesampai di apartemen aku segera ganti baju di kamarku sendiri, sementara Mama, Stefani dan Melody sedang sibuk dikamar mereka membongkar belanjaannya. Aku berbaring dan ngantuk pun datang.
Nikmat sekali rasanya bisa tidur begini saat orang lain sedang sibuk di kantor bekerja seperti diuber setan.Saking pulesnya tidur, sampai aku tidak sadar jika aku ditelanjangi.
Aku terbangun karena merasa dinginnya ruangan kamar. Ketika mataku terbuka, aku kaget juga karena di sekelilingku sudah hadir Stefani, Melody dan Mama dan yang membuat kantukku hilang sama sekali, karena mereka semua bugil.
Aku langsung membatin bahwa aku akan berperang melawan 3 musuh dalam waktu yang bersamaan. Mama tanpa basa-basi langsung menduduki mulutku, dia minta aku mengoral itilnya, Stefani sudah bekerja di penisku menjilati dan menghisap, sedang si bungsu berbaring disebelahku sambil tangannya memegang tanganku dan mengarahkan agar tanganku memainkan memeknya.
Aku bingung mana yang harus aku nikmati, semua perlu kosentrasi. Aku jalani saja tugas yang ada di depanku dan apa yang bisa dinikmati yang aku nikmati, Ketika merasa nikmat kontolku dijilat, maka jilatanku dan kobelanku jadi terhenti, setelah itu kembali membagi perhatian antara kerja lidah dengan kerja tangan mengobel.
Nampaknya jilatanku dirasakan oleh mama sebagai jilatan maut, karena dia mendesah-desah. Sementara itu si Stefani sudah tidak lagi menjilati kontolku dia malah memasukkan penisku ke vaginanya.
Stefani mencari sendiri sudut kenikmatan bermain dengan penisku. Rasanya dia berhasil menemukan, sebab dia merintih-rintih. Mama duluan orgasme lalu si Stefani kejang-kejang kena orgasmenya sendiri.
Setelah mereka tidak lagi menindihku, aku bangkit dan langsung menghela Melody. Penisku kutanam ke memek yang masih agak jarang rambutnya dan segera aku menggenjotnya.
Melody rupanya sudah setengah jalan setelah aku kobel tadi. Dia merintih seperti menangis. Anak semuda dia sudah bisa merintih menikmati alunan sex, berarti dia benar-benar merasai kenikmatan di pusat birahinya.
Makin lama rintihannya makin keras sampai di titik puncaknya di menjerit mengejutkan semua orang. Melody mendapatkan orgasme terbaiknya, lalu mememelukku erat sekali.
Suara dan desahan selama dia kugenjot membangkitkan nafsuku, ketika dia mencapai orgasme aku makin terangsang mendengar jeritan nikmatnya. Penisku tidak mampu membendung lahar panas dari dalam ketika dipijat oleh otot vagina Melody yang menyamai orgasme. Jadilah kulepas ejakulasiku di dalam memek kecil si Melody.
Kami berempat terkapar puas dan lemas. Seperti biasa jika mencapai kepuasan sex, mata jadi mengantuk. Maka kami berempat tidur bergelimpangan tidak menentu dalam keadaan bugil tapi berselimut tebal.
Betul juga perkiraan mama, malam itu kami sama sekali tidak bergairah keluar makan malam, apalagi candle night dinner. Lebih enak makan yang kami beli tadi siang lalu dipanaskan microwave.
Makan malam kami lebih nikmat lagi, karena dilakukan secara bugil. Mama yang bikin gara-gara. Dia melarang kami mengenakan baju, bahkan secuil celana dalam pun dilarangnya.
Melody yang paling manja. Dia duduk dipangkuanku sambil minta didulang. Penisku saat itu tidak berdiri, mungkin kalau ngaceng, atas bawah mulutnya aku bisa suapi. Yang atas disulangi makanan yang bawah dijejali sosis.
Selesai makan kami ngobrol sambil menonton tv di ruang keluarga, juga masih telanjang. Setelah bosan akhirnya kami masing-masing masuk kamar. Melody dan Stefani masuk kekamarnya, si mama memilih tidur satu bed denganku. Dia minta dipijat, karena badannya lelah.
Mama memang benar-benar minta pijat, karena dia sudah telungkup lalu meminta aku memijati seluruh tubuhnya. Sekitar satu jam aku pijat sambil ngobrol, akibatnya penisku jadi ngaceng. Namun tubuhku tidak sejalan dengan semangat penisku.
Bersambung…