Penantian kami untuk memamerkan keseksian tubuhku beberapa jam berikutnya, terasa sangat mengecewakan karena tak terjadi apa-apa sama sekali. Aku masih mengenakan gaun tidur seksi, dan Rudi masih berulangkali mengintip-intip dari jendela dengan tirai setengah terbuka .
Sejenak, kami mulai putus asa menantikan kegembiraan lagi dimalam itu, karena tak ada siapapun yang lewat di depan jendela kamar kami.
Namun ketika ada sebuah mobil yang tiba-tiba masuk ke dalam area parkiran hotel dan parkir di dekat kamar kami, rasa senang seolah tiba-tiba ikut muncul dan menarik ujung-ujung bibir kami menjadi sebuah senyum mesum yang cukup aneh.
“Ada orang datang Mi… Dan sepertinya dia datang sendirian…” Ujar Rudi dengan nada riang yang kemudian lari mendekat ke arah pintu depan kamar hotel sambil terus mengawasi pemuda yang baru datang itu.
“Miii… orang yang dateng barusan tuh cowok yang tadi siang onani didepan kamar kita…. Dia masuk kamar dengan meninggalkan pintu mobilnya terbuka… pasti dia bakal kembali untuk mengambil sesuatu…” kata Rudi lagi.
Seperti seorang singa yang melihat rusa gemuk, Rudi pun langsung memutar otak guna mendapatkan perhatian pemuda itu tadi. Dan, tak beberapa lama kemudian, Rudi mendapatkan sebuah ide cemerlang.
“Mia… Aku akan pergi ke mobil dan berpura-pura untuk mengambil barang… lalu aku akan memanggilmu untuk menanyakan sesuatu…” Ucapnya lirih kearahku sambil terus mengawasi kondisi diluar kamar.
“Dan ketika aku memanggilmu, kamu segera melangkah keluar… aku yakin dia pasti akan melihat keseksian tubuhmu dibalik baju tidur transparan itu…” tambahnya sambil tersenyum.
Tanpa menunggu responku sama sekali, begitu selesai menjelaskan rencana mesumnya, Rudi langsung keluar kamar dan menuju ke arah mobilnya sambil membiarkan pintu kamar kami sedikit terbuka.
Dengan perlahan aku berjingkat turun dari atas tempat tidur, dan mengintip keluar untuk melihat sosok cowok yang baru saja checkin di hotel ini. Entah kenapa aku tiba-tiba ingin mengetahui bagaimana rupa cowok calon korban kami.
“Ooowww… namanya Helmy… Hmmm… Ganteng juga…” batinku sambil terus memantau sosok cowok yang sedang keluar masuk dari mobil ke kamarnya itu.
Sayup-sayup, aku mendengar percakapan Rudi dengan Helmy. Aku mendengar mereka saling kenal dan bertukar sapa, hingga tiba-tiba Rudi memanggilku dengan nada yang cukup lantang.
“Lenny… barangnya ga ada di dashboard… tadi kamu narohnya dimana…?”
“Lenny? Siapa pula Lenny itu? Nama aku khan Mia. Atau, apakah itu kode dari Rudi?” sekilas aku bingung akan ke-kreatif-an cowok satu itu.
“Lenny sayang….?” Panggil Rudi lagi.
Sepertinya itu benar-benar kode dari Rudi supaya memintaku keluar dari kamar dan memperlihatkan kemolekkan tubuhku.
Dengan berpakaian yang masih sangat minim, aku menarik napas panjang dan melangkahkan kaki jenjangku keluar dari pintu kamar hotel ke halaman kamar hotel yang dingin itu.
“Tadi aku taruh situ sayang…. Coba deh cari lagi…” jawabku sekenanya sambil menunjuk kearah dashboard mobil, karena memang aku tak tahu apa yang dimaksud oleh Rudi dari pertanyaannya.
Sengaja aku lontarkan jawaban dengan nada suara manja dan genit supaya cukup menarik perhatian Helmy. Dan benar saja, begitu mendengar ke suaraku. Cowok asing itu langsung menengok ke arahku berdiri.
Walau hari telah malam dan suasana disekitar area parkir hotel itu sudah gelap, tapi aku yakin, terangnya cahaya lampu kamar tidur yang menyinariku dari belakang, mampu memperlihatkan siluet kemontokan lekuk tubuh seksiku.
Helmy seketika berdiri tertegun sambil menatap kearahku dengan mata tak berkedip. Tak diragukan lagi, ia mengagumi tubuh setengah telanjang dengan balutan pakaian seksi semi transparan milikku ini.
“Nggak ada Lenny…. kondomnya nggak ada disini… “ Jelas Rudi. “Aku pergi dulu deh… mau beli ke mini market terdekat…” tambahnya lagi.
Setelah yakin jika rencananya dapat terdengar jelas oleh Helmy, Rudi langsung balik lagi ke arah kamar hotel dan berpura-pura mengambil kunci mobil yang aku tahu jelas, kunci itu masih berada di kantong celananya.
Rudi terlihat begitu bersemangat. Tubuhnya bahkan terasa bergetar begitu memeluk dan mengecup pipiku ketika ia hendak pergi sebentar ke minimarket.
“Ini bakal menjadi malam yang menggairahkan…” girangnya “Mungkin dengan kepergianku ini, cowok itu bakal menggodamu lebih jauh lagi…. Yup… semoga dia menggodamu….”
Setelah mengetahui kepergian Rudi, dadaku mendadak berdebar begitu kencang. Entah karena takut karena sendirian di hotel, atau karena menantikan kejadian seru yang mungkin akan kualami beberapa saat lagi.
Dan benar, kejadian seru itu segera mulai tanpa perlu menunggu waktu yang terlalu lama. Karena setelah kepergian Rudi, tak sampai satu menit kemudian, aku mendengar ada suara ketukan ringan di pintu depan.
“TOK…TOK…TOK…”
Aku langsung shock ketika mendengarnya. “Oh Tuhan,” pikirku dalam hati dengan sedikit panik, “Apa yang harus kulakukan…?”
“Siapa ya orang yang mengetuk pintu itu….?”
“Mau ngapain ya orang yang mengetuk pintu itu…?”
“Kalau misalnya orang yang mengetuk pintu itu memiliki niatan jahat, aku harus minta tolong ke siapa ya…?”
Dalam waktu yang relatif singkat itu, puluhan pertanyaan dan pikiran negatif, mendadak muncul di otakku. Namun entah kenapa, ada dorongan dalam hati yang menyuruhku untuk menyambut sosok yang sedang mengetuk pintu itu, entah siapapun dia.
Hal mesum ini terjadi begitu cepat, bahkan terlalu cepat. Karena aku sama sekali tak memiliki persiapan apapun untuk menghadapinya.
TOK…TOK…TOK… “Mbak Lenny….. “ TOK…TOK…TOK…
Dari suara panggilannya, aku langsung tahu jika orang yang sedang berada di balik pintu kamar tidurku adalah Helmy, sosok lelaki yang baru saja mendengar percakapan singkatku dan Rudi. Sosok yang juga sore tadi beronani didepan jendela kamarku. Sosok yang memuaskan nafsu bejat penisnya dengan menatap tubuh seksiku. Sosok yang baru beberapa saat lalu, menumpahkan lendir kejantanannya tepat di hadapanku dan mantan pacarku.
CKLEK…
Kubuka pintu kamar tidurku dan kukeluarkan kepalaku.
“Ya… ada apa ya…?” tanyaku pelan.
Untuk beberapa saat, Helmy terlihat sedikit terperangah ketika melihatku yang menyambut ketukan pintunya. Ia seolah melihat sosok idaman yang sudah lama ia impikan. Sama sekali tak berkedip dengan mulut menganga.
“Mas… ada apa ya…?” tanyaku lagi.
Helmy sepertinya tahu benar jika saati ini Rudi sedang pergi, dan sepertinya ia tidak memiliki keraguan untuk mengambil resiko dalam kesempatan sekecil apapun.
Seperti seorang pencoleng professional, Mata Helmy berulang kali melihat tubuhku dari atas ke bawah dengan senyum mesum di wajahnya. Senyum yang sekilas membuatku merasa jengah karenanya. Sesekali, mata tajamnya juga menjelajah semua penjuru kamar yang aku tempati, memastikan jika saat itu hanya ada aku seorang diri.
“Ada apa ya mas….?” Tanyaku untuk kesekian kalinya.
“Sepertinya kamu butuh ini ya mbak….?” Jawab Helmy singkat.
DEG….
Tiba-tiba, sosok lelaki yang ada di hadapanku, melakukan hal yang sama sekali tak pernah aku bayangkan.
Ia menyodorkan satu pack kondom ke arahku sambil tersenyum simpul.
Aku tergagap, sama sekali tak mampu mengucapkan sepatah katapun. Hingga beberapa saat kemudian aku mampu sedikit tersadar akan lamunan senyum manisnya dan berkata “Makasih ya mas… tapi cowokku udah beli ke minimarket terdekat kok… ”
“Ya aku tahu,” ucap Helmy dengan mata yang tak pernah lepas menatap gumpalan daging payudara setengah terbukaku yang terpampang jelas di depan wajahnya.
Walau awal sikapnya terlihat begitu mesum, tapi begitu pada akhirnya ia menatap langsung ke mataku, entah kenapa tiba-tiba aku merasa malu dan menghindari tatapannya.
“Kamu seksi sekali mbak… ” ucapnya lirih sambil terus menatap kedua mataku.
Aku mendongak ke wajahnya sambil berkata malu “Makasih mas…”
Dengan sigap Helmy tiba-tiba maju selangkah, mendekat kearahku berdiri. Hingga jarak antara kami hanya sejauh jengkalan tangan.
Melihat sikapnya yang begitu berani, aku hanya bisa menundukkan wajahku, menatap kaki dan lantai tempat lelaki berani itu berdiri.
Dari kakinya saja, aku tahu jika Helmy adalah seorang pekerja keras. Benetuk kakinya terlihat kokoh, dengan tonjolan urat di punggung telapaknya. Betisnya benar-benar bulat dan penuh dengan rambut. Lututnya bersiku dan pahanya gempal. Tubuh Helmy benar-benar terlihat seperti organ tubuh seorang atlit. Kuat.
Namun ada satu hal yang membuatku entah kenapa diam saja menerima perlakuan mesumnya itu. Aku penasaran akan benda yang ada dibalik celana kolor yang ia kenakan saat itu.
Celana kolor dengan tonjolan daging berurat yang ada dibaliknya. Celana kolor yang tak mampu menyembunyikan kegagahan seorang pria dewasa. Celana kolor yang sebentar lagi, mungkin, akan aku lepaskan guna menikmati kejantanan batang kelelakiannya.
“Kalo aku punya cewe secantik kamu, ga bakalan aku tinggalin kamu sendirian disini… “ ucap Helmy percaya diri. Diraihnya tanganku yang selama ini berada didepan tubuhku dan dibawa mendekat kearah bibirnya . Lalu dengan sikap bak seorang gentlemen, dikecupnya punggung tangan dan jemari tanganku berulang-ulang.
“Mbak Lenny… Kamu memang seorang bidadari… yang amat amat amat sangat disayangkan untuk disia-siakan….” Bisiknya lirih, sambil kemudian, dengan berani, tangan Helmy menyentuh ujung daguku, membawa wajahku supaya melihat kearahnya.
Lalu terakhir, tanpa berkata sepatah katapun, tangan berani itu turun kearah belahan payudaraku dan menyelipkan pack kondom yang barusan saja ditawarkannya pemiliknya ke belahan payudaraku.
Hingga akhirnya, ia kembali ke dalam kamar tidurnya.
Aku berdiri di depan pintu kamarku yang masih terbuka. Merasa gemetar, gembira, gugup, terhina, sekaligus senang, dengan apa yang terjadi barusan.
Seorang lelaki yang tak aku kenal, dengan berani menawarkan sepack kondom ketika pacarku sedang tak ada di dalam kamar, dan dengan tenangnya ia menyelipkan pack kondom itu diantara belahan daging payudaraku. Dan anehnya, aku sama sekali tak melarang ataupun marah sedikitpun padanya.
***
Tak beberapa lama, Dan ketika Rudi kembali, aku langsung menceritakan apa yang terjadi beberapa saat lalu. Saat dimana aku kedatangan seorang lelaki ketika Rudi sedang berpura-pura meninggalkanku untuk membeli kondom.
Alih-alih merasa cemburu, Rudi malah bertingkah sebaliknya. Ia begitu senang dan sangat tertarik akan cerita yang aku sampaikan kepadanya.
“Kamu pasti ngebuat si Helmy mabok kepayang sayang…” teriak Rudi sambil tak henti-hentinya menciumi wajahku. Ceritasex.site
“Udah khan sayang… kamu sekarang bakal ngabulin kepenganku…?” tanyaku manja. Kerentangkan kedua tanganku dan kurangkul belakang lehernya.
“Hmmm… iya sih…. Cumaaaannnn…..”
“Cuman apaan ya…?” tanyaku was-was.
“Jangan marah dulu ya….”
“Apaasih…?”
“Janji dulu kamu nggak bakal marah….”
“Iya… mia ga bakal marah… Cuman apaan?”
“Aku pengen ngliat kamu ngentotin dia….”
***
“Hmmm… anu mas… sorry ya kalo gw ngeganggu… “ Kata Rudy sambil tersenyum puas.
“Ada apa ya…?” Ucap Helmy sambil menghisap sebatang rokok.
“Anu… gw cuman mau bilang thanks ya buat bantuannya tadi, cuman….”
“Cuman apa ya….?”
“Mas masih punya stock kondom lagi nggak? Soalnya tadi aku udah muter-muter cari di supermarket terdekat ga nemu satupun, nggak tau kenapa, mereka semua bilang sedang kehabisan stock…
“Aneh banget….? Mungkin sedang musim kawin kali mas… hahaha…” canda Helmy sambil kembali menghisap rokoknya.
“Iya… aneh… cuman masalahnya, sekarang aku sedang butuh banget mas…”
“hmmm…. Lenny itu cewe kamu khan? Cewe resmi kamu khan?”
“Lenny…? Tanya Rudi sedikit bingung..
“Iya… cewe seksi yang ada di kamar kamu….” Jelas Helmy
“Ohhh… iya…” akhirnya Rudi sadar. “Memangnya kenapa ya mas?”
“Kalo aku jadi kamu ya mas…. Sorry ya… “
“Sorry kenapa…?”
“Sorry ya… Kalo aku jadi kamu mas… Aku nggak akan pedulikan kondom sama sekali mas… Aku bakal entotin dia dan ngebuang semua pejuhku didalem memek dia… hahahaha….” Helmy tertawa keras.
“Iya sih… cuman aku takut kalo ngebuang pejuh di dalem memek Lenny, dia bakal hamil…” Bela Rudi lagi.
“Trus kenapa…? Toh dia cewe resmi kamu khan…?”
“Iya sihh… tapi kira-kira… mas punya stock kondom lagi nggak…?”
“Yah… sorry…itu stock aku yang terakhir… cuman kalo mas masih pengen… mas bisa pergi ke supermarket di depan SPBU…”
“Depan SPBU yang jauh itu? “
“Yup… Kalo mau enak? Usaha mas… hahahaha…”
“Oke deh… aku bakal kesana…. Cuman kalo aku pergi agak lama’an, aku bisa minta tolong mas buat jagain Leny ya…”
“Tenang aja mas… Tenang aja… “
***
“SEMPURNA…” Pekik Rudi padaku begitu kembali dari kamar Helmy
“Sempurna gimana sayang…?” Tanyaku meminta kejelasan dari Rudi.
“Iya… barusan aku menjelaskan ke Helmy jika aku akan pergi beberapa saat…” Ucapnya seru. “Dan aku meminta tolong kepadanya supaya menjagamu sebisanya…”
“Ohhh… jadi kamu beneran berniat mengumpankan diriku supaya bisa dientotin lelaki lainya…?” ucapku pelan.
“Ayolah sayang… ini khan cuman permainan… sekali-sekali laahh…”
“Sekali-sekali…? Tapi khan aku nggak kenal dekat ama dia sayang…” aku beralasan.
Entah kenapa, kali itu aku merasa ada perasaan yang sedikit aneh dengan apa yang akan kami lakukan sebentar lagi. Aku diharuskan bercinta dengan orang yang aku tak kenal sama sekali.
“Memangnya dulu aku harus kenal dekat denganmu dulu sebelum pada akhirnya aku bisa menikmati keseksian tubuhmu…?”
“Hmmmm….. nggak juga sih….”
“Lalu apa bedanya sekarang ama dulu….”
“…………..” aku tak mampu menjawab pertanyaan Rudi barusan. Karena memang, aku sama sekali tak menunggu waktu yang terlalu lama untuk bercinta ketika pertama kali mengenal dirinya.
“Oke… jadi rencananya seperti ini…” kata Rudi dengan raut wajah serius. Mirip seperti seorang Jenderal yang sedang memberikan taktik perang.
“Aku akan berpura-pura pergi membeli kondom ke supermarket… tapi sebetulnya enggak…” dengan serius Rudi memberikan pengarahannya padaku.”Aku hanya akan berjalan beberapa belas meter dari hotel dan kemudian kembali untuk menyelinap lalu bersembunyi di balik mobil-mobil yang ada diparkiran depan kamar…” tambah Rudi lagi.
“Kamu hanya perlu sedikit berias diri, membuka dress sedikit untuk memperlihatkan keseksian tubuhmu lagi….” Jelas Rudi sambil mengecup keningku dan berjalan kearah pintu hotel. “Kamu nggak akan pernah tahu, jika bisa saja ketika kalian sedang asyik-asyiknya bercinta, aku sudah ada disini dan ikut serta dalam acara seksi ini….”
“Kita bisa saja bakal melakukan threesome… Helmy ngentotin memek kamu… dan aku bakal ngebobol bo’ol kamu… hehehehe….” tutup Rudi sambil menyeringai dan menutup pintu yang ada dibelakangnya.
Semenit kemudian aku mendengar mobil rudi menjauh pergi.
Dan untuk beberapa saat, hotel tempatku menginap terasa begitu sunyi.
***
TOK…TOK…TOK…
Hanya beberapa menit kemudian saya mendengar lagi ketukan lembut di pintu kamar hotelku.
Helmy jelas-jelas tidak membuang waktu sedikitpun, dia pasti telah mendengar keberangkatan Rudi dan langsung datang kekamarku. Dia pasti sangat bernafsu padaku.
“Oh Tuhan, apa yang akan terjadi sekarang,” pikirku dalam hati.
Aku merasa bimbang, bingung dan tak tahu harus melakukan apa saking bingungnya, aku sampai susah untuk bernafas, dadaku berdetak begitu kencang, dan nafasku menderu-deru.
TOK… TOK…TOK… “Mbak Lenny….?”
Mendengar ketukan dan sapaan dipintu kamar hotelku, aku hanya bisa berdiri terdiam sambil menatap tajam kearah kenop pintu hotel. Dan perlahan tapi pasti, aku bisa memastikan jika kenop itu berputar perlahan.
“Mbaak…Leen…Nny…Halooow…?” Sapa Helmy lirih dari balik pintu kamar hotelku. “Mbaaak… apa kamu didalam sana?” Aku mendengarmya lagi, memanggil lembut namaku..
Kenop pintu sudah hampir berputar 1/2nya dan bisa aku pastikan, beberapa mili lagi pintu itu pasti sudah bisa terbuka.
CKLEEK….
Oh Tuhan, apa yang harus aku lakukan, pintu kamar hotelku sudah bisa dimasuki orang lain. Aku bingung antara harus menelepon Rudi atau hanya tetap mematung diam di tempatku berdiri. Saya memilih yang terakhir. Hanya pasrah, menantikan apa yang akan dilakukan Helmy kepadaku.