“Gotcha!” Pekik Yoga dalam hati.
Ilmuwan muda itu telah berhasil memasuki ruang observasi, tempat dimana Kraken dikurung. Dengan bermodal blueprint denah laboratorium yang didapatnya beberapa hari lalu, Yoga berhasil menyelinap masuk tanpa diketahui oleh petugas keamanan yang sedang berjaga.
Setelah menutup pintu ruang observasi, Yoga melangkah perlahan menuju sebuah bingkai kaca besar yang berada tak jauh dari tempatnya berdiri.
Sekilas dilihatnya sudut atas ruangan, ada 4 kamera CCTV yang mengarah ke kandang Kraken. Yoga tak mau kesalahannya beberapa waktu lalu kembali terulang, segera dikeluarkannya smartphone, jarinya lincah mengetikkan beberapa kode pada layar ponsel itu, melakukan hacking kamera CCTV.
Tak lama Yoga kembali melirik sudut atas ruangan sembari melangkah perlahan. Layar ponselnya mengkonfirmasi jika dirinya sudah tak terlihat lagi di CCTV, senyumnya kembali mengembang.
Kraken terlihat begitu lemah, tak ada lagi kegarangan yang terlukis di wajah mahluk bawah laut itu. Kehadiran Yoga sama sekali menarik minatnya untuk sekedar mengeram layaknya monster bawah laut. Yoga masih berdiri di depan ruangan kaca, diamatinya tubuh Kraken yang terkulai lemas.
Dalam hatinya merasa menyesal telah membuat mahluk ini harus merasakan pedihnya dikurung dan dijadikan objek penelitian oleh manusia atas dasar ilmu pengetahuan. Tapi nasi sudah menjadi bubur, karena obsesinya terhadap Kraken pula karir dan hidup Yoga berantakan saat ini.
Satu bulan lalu Yoga berhasil melakukan tes pada darah Kraken. Dari hasil tes itu menunjukkan jika darah Kraken yang disuntikkan pada seekor kelinci ternyata berdampak pada kekuatan tubuh penerima darah itu.
Darah Kraken ternyata membuat kelinci memiliki kekuatan setara seekor kambing, dan lebih gilanya lagi kelinci tersebut juga berubah bentuk menjadi seperti Kraken. Artinya darah Kraken bisa melakukan cloning pada tubuh mahluk hidup lain tanpa harus mengorbankan bagian tubuhnya.
Hasil penelitian ini masih belum diketahui oleh orang banyak karena Yoga sendiri belum begitu yakin jika penelitiannya ini aman dilakukan pada tubuh manusia. Apalagi 3 dari 4 kelinci percobannya tewas secara tragis hanya berselang beberapa hari setelah disuntikan darah Kraken.
Tapi waktu Yoga tidak banyak, karirnya sudah hancur di Jepang, tekadnya sudah bulat untuk menyuntikkan darah Kraken pada tubuhnya sendiri. Semua resiko sudah siap dia tanggung, toh dia sendiri merasa hidupnya juga telah hancur setelah berita pemecatannya tersebar luas bahkan menjadi headline media di Indonesia.
Yoga bergeser ke sebuah lemari es besar yang berada di sisi Iain ruangan. Lemari es itu digunakan untuk menyimpan beberapa cairan kimia dan alat suntik biologi.
Yoga memilih dua botol kecil cairan kimia dan dua suntikan kecil. Satu suntikan diisikan dengan 10ml cairan kimia berwarna bening, ilmuwan itu langsung menyuntikannya pada lengannya sendiri. Kemudian menyusul satu suntikan lagi dari botol cairan kimia yang berwarna merah jingga.
Yoga merasakan matanya sedikit berkunang-kunang, diliriknya kembali tempat Kraken dikurung. Perlahan dia mulai mendekati kurungan kaca itu, sekuat tenaga dia membuka kurungan itu setelah memasukkan kode masuk pada pintu elektrik. Pintu terbuka, Kraken masih tanpa reaksi. Yoga semakin mendekati monster itu, sepatunya mulai basah karena air. Satu tangannya menenteng suntikan berukuran
100 ml, dan dalam satu gerakan dia menancapkan jarum suntik tepat ke salah satu tentacle Kraken.
“HHHRRAAAAAMMMMMM!!!”
Kali ini Kraken bereaksi, matanya yang berukuran sebesar ban truk langsung mengarah pada tubuh Yoga yang berada tepat di belakangnya. Yoga mulai panik, langkahnya mundur teratur, tapi terlambat dua tentacle Kraken langsung menyambar leher ilmuwan itu dan mengangkatnya tinggi- tinggi sebelum menghantamkan tubuh Yoga ke dinding kaca.
BRAAAAAKK!!!!
Yoga terpelanting kemudian jatuh dengan sangat keras ke bawah, dari pelipisnya mengucur darah segar. Belum sempat Yoga bereaksi lebih, tentacle Kraken kembali melilit tubuhnya. Kali ini Kraken menarik tubuh Yoga sampai mendekati dua bola matanya.
“Aaarghhtt! ! Aaarghhttt!!” Teriak Yoga kesakitan karena tentacle Kraken meremas seluh bagian tubuhnya. Nyaris meremukkan seluruh tulang-tulangnya.
“HHHRRAAAAAAMMM!!!” Kraken
kembali mengeluarkan suara yang memekakkan telinga. Mulut monster laut itu terbuka lebar dan mulai mengarahkan tubuh Yoga masuk ke dalamnya.
Tau jika bahaya di depan mata berpotensi merenggut nyawanya, Yoga berusaha meraih jarum suntik yang masih menempel pada punggung Kraken. Nafasnya hampir habis karena tentacle Kraken menjerat lehernya, susah payah Yoga mencoba meraih jarum suntik di punggung monster buas itu hingga pada akhirnya tangan kanan Yoga berhasil mencabut jarum suntik itu.
“OOOAAARRRMMMM!!!”
Kraken kembali berteriak kencang, karena merasakan sakit akibat punggungnya yang terluka. Monster itu melemparkan kembali tubuh Yoga ke lantai. Derap lari beberapa orang terdengar dari luar, itu adalah petugas keamanan yang mendengar suara keributan di ruang observasi. Waktu Yoga semakin menipis, diliriknya suntikan yang digenggamnya hanya ada sekian mili darah Kraken, tak berpikir panjang Yoga langsung menyuntikan suntikan it uke lengannya, darah Kraken perlahan mulai larut dalam sendi tubuh ilmuwan muda itu.
“Ayo masuk! Masuk!”
Samar terdengar suara teriakan petugas keamanan tepat di depan pintu ruangan. Mata Yoga mulai berkunang- kunang. Kesadarannya perlahan mulai hilang hingga akhirnya pria itu jatuh tak sadarkan diri.
“Laboratorium biologi di kota Fukuoka mengalami kebakaran hebat. Kebakaran itu disinyalir terjadi karena adanya sabotase dari salah satu ilmuwan yang baru-baru ini dipecat karena dugaan malpraktek, Yoga Pratama. Sampai saat ini korban jiwa mencapai 12 orang, sementara Yoga Pratama sedang dalam pengejaran otoritas keamanan pemerintah Jepang dan interpol.”
Ustad Ferdy dan Umi Latifah dibuat terkejut saat menyaksikan sebuah breaking news dari televisi. Keduanya benar-benar tak menyangka jika putra semata wayangnya dituduh telah melakukan sabotase yang mengakibatkan banyak orang meninggal dunia.
“Bagaimana ini Mas? Yoga bagaimana?!” Umi Latifah semakin histeris, apalagi di layar tv terpampang foto Yoga dengan ditambahi tulisan “wanted”, layaknya seorang penjahat besar. Ngocoks.com
“Tenang Mi, semuanya pasti akan baik- baik saja. Lebih baik sekarang kita berdoa semoga Yoga dalam keadaan baik-baik saja.” Ujar Ustad Ferdy mencoba menenangkan istrinya yang menangis tersedu.
Belum lama keterkejutan pasangan suami istri itu, di depan rumah mereka terdengar raungan sirine mobil Polisi. Ustad Ferdy bergegas membuka pintu rumah, mencari tau apa yang sebenarnya terjadi.
Dua orang Polisi dengan seragam lengkap keluar dari dalam mobil, keduanya lalu melangkah menuju rumah Ustad Ferdy. “Selamat siang Pak, apa benar ini rumah DR.Yoga Pratama?” Tanya salah seorang Polisi.
“Benar Pak, Saya Ayahnya. Ada apa ya Pak?” Tanya Ustad Ferdy, di belakangnya muncul Umi Latifah dengan mimik wajah khawatir, apalagi beberapa orang tetangga terlihat keluar rumah untuk melihat kehebohan di depan rumah Ustad Ferdy akibat raungan sirine mobil Polisi.
“Sebelumnya perkenalkan, Saya Ipda Hermansyah, Saya petugas dari Mabes Polri. Maksud dan kedatangan Kami ke sini adalah untuk menanyakan keberadaan DR.Yoga Pratama terkait dengan kasus kebakaran laboratorium di Jepang.” Jelas Polisi tadi yang bernama Hermansyah.
“Kami juga tidak tau Pak, beberapa hari ini juga Yoga tidak menelepon Kami.” Kata Ustad Ferdy. “Oh begitu, begini Pak, untuk saat ini Pak Yoga masuk dalam daftar pencarian orang oleh interpol dan kepolisian Indonesia. Apabila bapak dan ibu memiliki informasi terkait dengan keberadaan Pak Yoga, Saya himbau untuk menghubungi kantor polisi terdekat.” Jelas Ipda Hermansyah.
“Anak kami bukan penjahat Pak! Tidak mungkin Yoga sampai tega membakar tempatnya bekerja apalagi sampai membunuh orang! Itu semua bohong!” Tiba- tiba Umi Latifah kembali histeris, Ustad Ferdy berusaha menenangkan emosi istrinya itu.
“Tenang Bu, Pak Polisi ini maksudnya baik. Kita juga belum tau kasus sebenarnya seperti apa. Ibu tenang dulu, semua pasti ada jalan keluarnya.” Kata Ustad Ferdy sambil mengelus pundak Umi Latifah.
“Benar Bu, kami datang kesini untuk membantu Pak Yoga. Akan lebih aman bagi beliau jika menyerahkan diri sekaligus untuk membuka kasus ini seterang-terangnya. Kalaupun Pak Yoga tidak bersalah pasti akan Kami lepaskan.” Ucap Ipda Hermansyah. Umi Latifah masih bergeming, emosinya masih belum benar-benar reda. Bayangan tentang nasib Yoga yang telah dicap sebagai seorang penjahat menghantui isi kepala wanita bertubuh sintal itu.
“Baik kalau begitu kami pamit dulu. Ini kartu nama Saya, kalau ada kabar dari Pak Yoga segera hubungi Saya.” Kata Ipda Hermansyah seraya menyerahkan sebuah kartu nama pada Ustad Ferdy.
“Insyaallah nanti kalau Yoga menelepon, akan Kami berutahukan Pak.” Sahut Ustad Ferdy.
“Terima kasih banyak untuk kerjasamanya Pak, Kami pamit. Assalamualaikum.” Ujar Ipda Hermansyah sambil tersenyum ramah.
“Waalaikum salam.” Sahut Ustad Ferdy.
Bersambung…