Close Menu
Cerita SexCerita Sex
  • Warning!
  • Contact Us
  • Privacy Policy
  • Kirim Cerita Sex
  • Join Telegram
  • Video Bokep
  • Foto
X (Twitter) WhatsApp Telegram
Cerita SexCerita Sex
  • Contact
  • Warning!
  • Privacy
  • Kirim Cerita
  • ThePornDude
  • Bokep
Cerita SexCerita Sex
Home»Cerita Sex Populer»Nafsu Syahwat Ustadz

Nafsu Syahwat Ustadz

Nafsu Ustadz yang Tak Terkendalikan
Share Twitter Telegram WhatsApp Copy Link

Seharian penuh Indri kubawa ke tempat-tempat yang ingin ia kunjungi, baik mall, resto, dll. Ku biarkan ia berbelanja apa yang dia inginkan karena aku juga ingin memberinya hadiah sebagai bentuk sayang ku padanya.

“Eehh.. beneran mas Imam?? Indri boleh beli apapun yang Indri suka??”, jawabnya terkejut sambil mendekap erat tangan kiriku hingga terbenam di antara gunungnya

“Iyaa.. beneran.. yuk dah”, jawabku mengikuti kemana pun Indri pergi.

Meski kami bukan suami-istri, tapi karena pakaianku yang full-sunnah, bersurban, jubah, rompi, maka tak ada seorang pun di mall yang curiga. Tampak sekali kebahagiaan Indri saat itu yang terpancar dari matanya. Menjelang siang, aku pun mengakak Indri untuk makan di salah satu resto di mall dan disitulah ia mulai menceritakan masalahnya.

Beberapa hari sebelum Indri mengirimkan pesan WA terakhirnya, ia mendapat kabar kurang menyenangkan dari beberapa rekan kerja suaminya kalau suaminya terlihat dekat dengan wanita lain. Sebenarnya itu bukanlah sesuatu yang baru, hanya saja teman kerja suaminya ini merasa kasihan pada Indri sebagai istri sah nya.

Indri pun mulai merasa perubahan pada suaminya memang waktunya sesuai seperti apa yang diceritakan oleh teman kerja suaminya itu. Tapi Indri masih tetap berbaik sangka. Hingga puncaknya adalah 1 hari sebelum Indri mengirim pesan WA terakhirnya.

Tiba-tiba teman kerja suami Indri mengirimkan video singkat dan beberapa foto kalau suaminya check-in di salah satu penginapan kelas melati bersama wanita yang dekat dengan suaminya. Tentu saja Indri pun tak kuasa menahan amarahnya.

Seketika saat suaminya pulang, ia pun menanyakan kebenaran info itu. Bukannya dapat penjelasan dan minta maaf, justru sang suami malah marah dan membentaknya. Wajah Indri pun tak luput dari tamparan keras tangan suaminya. Keduanya pun terlibat cekcok adu mulut hingga akhirnya kata-kata paling menyakitkan keluar dari mulut sang suami. “CERAI”, saat itu juga hati Indri hancur berantakan.

Kesabarannya selama bertahun-tahun agar sang suami berubah, justru dihadiahi dengan perceraian. Sang suami pun melontarkan kata-kata kasar dan cacian yang membuat Indri semakin tak mampu menahan derai air matanya.

“Hemh.. Akhirnya Allah tunjukkan semuanya.. maaf kalau mas gak bisa bantu saat itu..”, kataku sambil membelai kepala Indri yang duduk di sebelah kananku dan menyandarkan kepalanya di pundakku.

“Iya mas.. gapapa kok.. mungkin memang udah takdirnya Indri..”, jawab Indri lesu.

“Trus, kamu yakin mau lanjutkan ke sidang cerai..??”, tanyaku.

“Hemh.. sebenarnya Indri hanya kasihan sama anak saja sih mas. Kalau harus cerai sih inshaaAllah seperti yang mas Imam bilang.. Allah pasti akan ganti dengan yang lain yang lebih baik”, jawab Indri.

“Aamiinn.. inshaaAllah.. gimana mi?? Udah denger kan alasannya kenapa abi mau sama Indri..??”, kataku sambil menyalakan HP ku yang sudah dalam mode Voice-Call dengan istriku.

“MashaaAllah kak Indri.. yang sabar yaa.. Allah gak akan memberi ujian pada umatnya melebihi kemampuannya..”, kata istriku yang membuat Indri terkejut, apalagi sudah ku pindah ke mode Video-Call.

“Ehh.. aduhh.. mas imam.. siapa?? Duhh..”, kata Indri panik sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.

“Lohh.. ini istriku, Ayu. Kemarin-kemarin kan aku udah cerita tentang mu Ndri, jadi sekarang istriku pengen ngobrol dulu..”, jawabku sambil memasang bluetooth earphone di telingaku dan telinga Indri.

“Ahahah.. tenang aja kak Indri.. mas Imam juga uda cerita kok ke Ayu kalo ‘nemu’ gitu katanya calon istri keduanya.. Cuma kan Ayu belum tau siapa, jadi sebisa mungkin Ayu pengen tau calon istri kedua suami Ayu itu sesuai dengan kriteria Ayu atau nggak..”, kata istriku.

“Ehh iya, boleh dong kak Indri cerita gimana bisa kenal sama mas Imam??”, tanya istriku yang tak memakai cadar saat itu.

“Eh mas Imam, gimana dong? Kok jadi gini sih..??”, bisik Indri dengan nada panik.

“Udahh.. cerita aja apa adanya, gak usah ditutup-tutupi.. inshaaAllah gapapa..”, kataku menenangkan Indri.

Kemudian Indri pun menceritakan tentang awal mula kami bertemu hingga sekarang ini. Aku pun sebenarnya agak malu pada istriku karena bukannya perbaikan iman, malah nyari memek baru.

“Oohh gitu.. ahahah.. maafin suami Ayu ya kak Indri.. emang mas Imam tuh gitu, kalau uda sange tuh wajib disetorin.. Ayu aja sering banget kewalahan.. makanya Ayu sering bilang buat mas Imam cari istri lagi, biar kalau Ayu ga bisa puasin mas Imam, ada yang bisa bantuin Ayu gitu.. trus juga biar Ayu ada temen kalo pas ditinggal kayak gini..”, jawab Ayu istriku dengan supel.

“Ehh.. mbak Ayu ngga marah?? Padahal kan Indri udah selingkuhin mas Imam yang suami sah mbak Ayu..”, kata Indri merasa bersalah.

“Hihih.. kak Indri nih lucu.. kalau Ayu marah yaa harusnya sama mas Imam dong.. trus, Ayu mau tanya kak.. kak Indri mau jadi istri kedua mas Imam??”, tanya Istriku.

Tampak Indri agak kebingungan menjawabnya. Selain karena ini pengalaman pertamanya akan menjadi istri kedua, dia juga merasa bersalah karena sudah berzina denganku.

“Tenang aja Ndri.. jawab aja sesuai kata hatimu.. inshaaAllah aku dan istriku siap dengan keputusanmu..”, kataku sambil memijat-mijat pundak kanan Indri.

‘He’emh..”, jawab Indri singkat sambil menganggukkan kepalanya.

“Waahh.. Alhamdulillah Ayu bakal punya temen baru di rumah.. Trus abi pasti seneng juga dong..??”, jawab istriku seraya menggodaku.

“Hahaha.. apaan sih umi . Jelas dong seneng..”, jawabku sambil mengecup pipi Indri yang tertutup jilbab dan cadar.

“Ehh.. Ehh.. main sosor ajah.. belum halal bi.. belom halaaall.. Bi, udah Dhuhur, sholat dulu gih.. kak Indri kapan-kapan lanjut ngobrol lagi yaa.. Assalamu’alaykum..”, kata istriku sambil mematikan Video Call.

“Gimana Ndri istriku??”, Tanyaku yang melihat Indri terdiam.

“Makasih mas Imam.. makasih banget..”, kata Indri yang tiba-tiba mendekap erat tubuhku.

“Lhohh.. kenapa ehh??”, tanyaku sambil mendekapnya.

“Sebenernya Indri bingung.. saat Indri bilang inshaaAllah, Indri tuh takut banget.. dan juga Indri khawatir kalau nanti mas Imam bakal jauhin Indri dan gamau jadi suami Indri..”, jawabnya sesenggukan.

“Indri bahagia banget mas.. Indri ga nyangka istri mas Imam ramah banget, padahal Indri udah jahat sama mbak Ayu.. udah berani jadi selingkuhan mas Imam.. Tapi.. Tapi.. mbak Ayu nyaa.. hik.. hikk..”, lanjut Indri sambil tak kuasa menahan haru.

“Iyaa gitulah istriku Ndri.. yang penting nanti sama-sama saling menajga.. trus kamu juga jarus berusaha buat dapetin hati Ayu yaa.. Ehh ya, balik yuk.. udah Dhuhur..”, kataku seraya menenangkan Indri.

Setelah sholat Dhuhur di musholla mall, kami pun melanjutkan perjalanan. Dan selama di jalan, Indri begitu antusias bertanya-tanya tentang Ayu istriku dan juga tentang bagaimana aku dan Ayu bisa bertemu.

“Ehh ya, mau balik ke rumah atau nemenin aku Ndri..??”, tanyaku.

“Hem? Masih perlu nannya kah mas Imam sayang..??”, jawab Indri yang sedari tadi mendekap tangan kiriku sehingga aku pun mengemudi mobil hanya dengan satu tangan.

Aku pun mengarahkan kendaraanku menuju pinggiran kota Semarang. Ini pengalaman pertamaku jalan-jalan di kota Semarang yang bagiku lebih luas dan ramai daripada Jogja sendiri. Cuaca juga terasa lebih panas namun karena sedang musim hujan jadi tidak terlalu panas. Untung saja sekarang sudah ada googlemaps jadi tidak bingung jika harus kemana-mana.

“Hmmfhh.. mfffhh.. mffh.. mffhh.. mcchh.. mcchh..”, desah Indri yang langsung memagut bibirku setibanya di kamar hotel bintang 3 tempatku menginap.

Aku pun membalas pagutan penuh nafsu Indri yang masih mengenakan cadar itu hingga cadar yang ia pakai basah oleh liur kita berdua. Wangi parfum yang Indri gunakan ditambah riasnya yang cantik hari itu membuat birahiku mengglegak. Seperti biasa, jemari lentik Indri dengan cepat menelanjangiku dan melempar jubah dan kaosku ke sembarang tempat. Kemudian sirwalku yang menjadi sasaran kebinalan nafsu akhwat bercadar di hadapanku sekarang.

“Uuhh.. hei ganteng.. aku isep yaah..”, ujar Indri yang sudah menciumi kontolku sambil menatap nakal ke arahku.

Belum sempat aku merespon kata-kata nakalnya, aku pun dibuat mendesah oleh kuluman Indri yang sudah layaknya profesional. Tak kusangka kini hampir keseluruhan batang kontolku berhasil di lumatnya. Benar-benar kenikmatan yang tiada tara merasakan kehangatan mulut istri orang lain di kontolku. Tentu saja HP ku aktif merekam semua adegan ‘panas’ Indri siang itu, bahkan kini Indri sadar kamera dan beberapa kali ia menatap naka ke arah kamera.

“Mmfhh.. mffhh.. ock.. ockk.. mffhh.. ockk..”, desah Indri menikmati kontolku di mulutnya dengan cadarnya masih terpasang.

Air liur Indri pun mengalir membasahi zakarku yang kemudian ia jilat sendiri mulai dari zakar hingga kepala kontolku. Benar-benar aksi yang memukau dari seorang Indri yang belum lama mengenal dunia seks. Puas dengan kontolku, Indri pun kembali berdiri dan melucuti sendiri abaya pink peach yang ia kenakan sekaligus bra dan kancutnya. Kini tinggallah cadar dan jilbab di kepalanya sementara betis mulusnya hanya terbalut kaos kaki cream saja.

“Emh!! Aku mau diapain nih Ndri..??”, tanyaku sambil terlentang di ranjang setelah di dorong Indri.

“Ssstt.. mas Imam pokoknya diem ajah.. Hari ini mas Imam udah buat Indri bahagia, sekarang gantian Indri yang mau bikin mas Imam bahagia..”, kata Indri sambil doggy di atasku dengan tatapan nakalnya.

Indri pun mulai menciumi leherku sementara tangan kanannya mengocok lembut batang kejantanan ku yang sudah tegang maksimal. Meski masih tertutup cadar, birahi Indri begitu terasa dari hembusan nafasnya.

“Mhhh.. sshhh.. ahhh.. ahh.. shhh.. ohhh.. kontolhh.. aahh.. ahhh..”, desah Indri puas saat bokongnya bergerak mundur dan menelan seluruh kontolku menyesaki liang peranakannya.

Dengan posisi Woman On Top Indri memacu bertahap pinggulnya maju-mundur dengan kedua tangannya bertumpu di dadaku. Goyangan Indah toket 36D Indri begitu merangsangku.

“Ssst.. gak boleh mas Imam.. pokoknya mas Imam cukup diem aja yaahh.. hihih.. ahh.. shh.. aahh..”, kata Indri yang langsung menepis kedua tanganku saat hendak meremas toketnya.

Lenguhan dan desahan Indri begitu lepas seakan hanya ada kita berdua di hotel itu. Springbed tempat kami bergumul pun mulai berdecit keras menahan goyangan cepat Indri. Mata Indri merem-melek dan terkadang tersenyum nakal padaku.

“Aaouhh.. Ohhh.. Mashh.. Enakk.. Ahh.. Ahh.. Nghhhhh..”, lenguh Indri sesaat sebelum ia mencapai klimaks.

Kucuran deras air mani Indri yang berlutut mengangkat pinggulnya terekam jelas di HP ku. Beberapa saat tubuh Indri mengejang dengan matanya terpejam sementara ia menggigit bibir bawahnya menikmati setiap detik orgasmenya dan ia pun sampai 3x orgasme dengan gerakan itu.

“Hmmhh.. Ahhh.. Shh.. Lanjuthh.. Ahhh.. Ahhh.. Ouuhh.. Aahh.. Duhh.. Enaknya.. Fuck.. Ahh.. Kontolnya sedaaph.. Mass..”, racau Indri yang sekarang jongkok dan menggerakkan pinggulnya naik turun.

PLOK! PLOOK! PLOKK! KRET! KRETS!! Suara hantaman bokong sintal Indri bersenandung indah dengan decit ranjang kami. Meski tak secepat gerakan maju-mundurnya, namun gaya ini membuat kontolku tenggelam dan menyodok penuh pintu rahim Indri yang membuatnya kegirangan merasakan nikmat.

Toket montoknya kini berguncang lebih liar daripada sebelumnya dan aku hanya bisa menelan ludah tanpa bisa melumatnya. 13 menit berlalu sudah ketika Indri kembali mengangkat bokongnya dan seketika memeknya memuntahkan air mani hangatnya membasahi kontol dan perutku.

“Ahhh.. Sshh.. Uwwh.. Mhhh.. Duuhh.. Enaknyahh..”, ucap Indri menikmati orgasme keempatnya.

“Gila emang calon istriku nih.. uuwh.. bikin ketagihan aja nih”, jawabku yang terkesima melihat aksi Indri.

“Hihih.. belum mas.. masih banyak yang lainnya.. Aaahhh.. Shhh.. Mmhh.. Ahh.. Aahh.. Shh.. Oohh..”, kata Indri yang kembali melesakkan kontolku menembus memeknya.

Posisi Indri yang berjongkok dengan kedua kakinya mengangkang lebar membuatku bisa dengan jelas melihat kontolku ditelan bulat-bulat keluar masuk memek becek kehitaman miliknya. Tubuhnya condong ke belakang dengan kedua tangannya menyangga di belakang.

Meski gerak pinggul Indri naik turun perlahan, tapi posisi ini membuat kontolku menggesek kuat G-Spot miliknya sehingga Indri pun semakin keras mendesah dan melenguh menikmati syahwat yang semakin memuncak. Untung saja aku sudah menyalahkan TV dengan suara keras sehingga tak membuat curiga penghuni hotel yang lain.

“Uhh.. Shh.. Ohh.. Ayok masshh.. Kluarin donghh.. Ahh.. Shhh.. Ahh.. Mmhh.. Kuat banget sihh.. Ahh.. Duhh.. Aaahh.. Ouuhh..”, Desah Indri merem-melek melayang dalam kenikmatan zina dan berakhir saat ia mencapai klimaks.

Plops! Kontolku terlepas saat Indri mengangkat pinggulnya dan segera memeknya menyemburkan deras cairan syahwatnya membasahi wajahku. Matanya terpejam kuat sambil menggigit bibir bawahnya sementara tubuhnya mengejang hebat melepas orgasme setelah G-Spotnya di manjakan kontolku. Tubuh kuning langsat sintal Indri pun tampak mengkilat oleh peluh setelah 2x klimaks di posisi itu.

“Gimana Indri sayaang?? Mau gantian??”, tanyaku kasihan padanya.

“Nghh.. Nghh.. hhh.. pokoknya mas tiduran ajah.. uhh..”, jawab Indri yang kelihatan kelelahan setelah 20 menit bertahan.

Kini ia mencoba posisi Reverse Cow-Girl sebagai serangan terakhirnya. Ia berjongkok dengan punggungnya menghadapku dan Bleshh.. kontolku kembali di dekap kuat oleh kehangatan lendir akhwat miliknya di dalam sana. Posisi tubuh Indri yang menghadap ujung kakiku dan condong ke depan mengharuskan kedua tangannya mencengkram betisku guna menyangga tubuhnya.

PLOOK! PLOKK! PLOOKS! Meski aku hanya disuguhi pemandangan tubuh belakang Indri, namun kencangnya hantaman bokong semok Indri di perutku terlihat indah dan sempurna. Kontolku yang berdiameter 4 cm terlihat kontras di antara belahan bokong mulusnya.

“Ah! Aahh!! Ohh!! Mhhs.. Ahhh!! Shh.. Ahhhh!! Fuck!! Yesh!! Aaahhhh!! Uuhh.. Aauwwh.. Awhh!! Aaahh!! Nggghhh..”, desahan kuat Indri ditutup dengan lenguhannya merasakan ledakan orgasme puncaknya siang itu.

Kedua tangan Indri mencengkram erat kedua pahaku yang membuatku meringis menahan nyeri, sementara bokongnya menelan sepenuhnya kontolku yang tengah dipijat-pijat oleh kontraksi otot-otot memek Indri yang orgasme.

“Aaohh.. mmffhh.. Ahhh.. Enaknyahh.. Uhh.. Belum juga mass?”, tanya Indri yang tubuhnya masih mengejang.

“Belum sayang.. dikit lagi kayaknya..”, jawabku kasihan dengannya.

“Mmhh.. capek banget.. oke.. bentar Indri coba lagihh..”, jawabnya sambil memulai goyangan pinggulnya maju-mundur.

Aku pun tak mau melihatnya memaksakan diri kelelahan. Kedua tanganku pun segera beraksi mencengkram bokongnya dan sedikit kuangkat sehingga ada celah antara pinggulku dan bokong semok Indri.

“Ehh.. mas Imam kan gak boleeehh..!!! Ah!! Aahh!! Aahhh!! Oohh!! FUCK!! AAHH!! AMPUN MASHH!! MHHH!! AAAHH!!”, teriak Indri ketika kugempur cepat dan kuat bokongnya.

Tak hanya pinggulku yang naik-turun, pinggul Indri pun kugerakkan paksa naik-turun sehingga kedua kemaluan kami beradu kuat saling merangsang satu sama lain. Dan benar saja, sengatan klimaks mulai menjalar ke arah selakanganku. Aku pun tak tahan lagi dan segera mencabut kontolku setelah 5 menitan menggenjot kuat memeknya.

“Sinih sayaang wajah kamuh yang cantik itu.. iyaa.. jangan dilepas cadarnya..”, pintaku yang berdiri sambil mengocok kontolku.

“Aahh.. iyah mass.. sinihh basahin cadar Indriiihh..”, jawab Indri dengan tatapan penuh harap.

Ternyata saat kucabut cepat kontolku, Indri pun mendapatkan orgasme kembali sehingga kini ia tengah berlutut dengan tangannya menengadah sementara di selakangannya mengucurkan air mani hangatnya membanjiri sprei hotel.

“Aarrgghh..!!”, geram ku sambil menyemburkan sperma ku membanjiri wajah bercadar Indri.

Sudah hampir 1,5 bulan sejak terakhir kali aku melakukannya di wajah bercadar istriku. Sehingga siang ini pun aku begitu puas karena fantasiku kembali terjadi.

“Mmhh.. capek yah mas Imam? Maaf yaah.. harusnya Indri yang main sampai mas Imam puas..”, keluh Indri yang kini tiduran di samping kiriku seraya mendekapku.

“Hem? Justru mas yang gak enak dong liat akhwat sampai segitunya.. padahal tugas laki-laki tuh bikin wanita nyaman disisinya..”, jawabku menghibur Indri yang hanya tinggal jilbabnya saja di kepalanya dengan toketnya menggencet kuat sisi dadaku seakan hendak pecah.

“Mmmmhh.. mas Imam nihh.. bobo yuu.. capeek..”, kata Indri yang terlihat nyaman tidur berbantalkan dadaku.

“He’emh yuuk..”, jawabku sembari mengirim video ngentotku barusan dengan Indri yang berdurasi 35 menitan ke istriku.

Sekitar jam 17.30 aku pun terbangun dan mendapati Indri masih terlelap. Ku pandangi sebentar keindahan tubuhnya yang begitu seksi dan menggoda.

“Ssst.. Indri sayang.. bangun yuk.. sholat dulu..”, kataku membangunkan Indri.

“Eeemhhh.. uuhh.. he’emhh maashh..”, jawab Indri yang terduduk sambil mengucek matanya.

Jam 5 an sore hingga malam hari kembali kami jalan-jalan kemana pun yang Indri mau. Karena selama ini suami Indri hampir tak pernah mengajaknya jalan-jalan. Malam ini ia mengenakan baju barunya yang tadi pagi ia beli.

Jilbab segi empat-sleeve jumbo non-pet warna hitam, dengan abaya panjang 2 layer hitam, ditambah cadar tali 2 layer yang juga berwarna hitam, berpadu cantik dengan warna kulitnya yang kuning langsat bersih. Rias wajahnya yang simple justru semakin menambah kecantikan dan keindahan lentik mata Indri.

“Hem? Kenapa sih mas kok liatin Indri mulu?? Lagi nyetir lhoo..”, tanya Indri.

“Gapapa kan?? Mumpung ada bidadari di sampingku..”, jawabku.

Malam itupun menjadi malam terindah bagi Indri. Apapun yang Indri mau kucoba untuk wujudkan, termasuk permintaannya yang menurutku aneh.

“Hah?? Permen kapas?? Emang belom pernah makan gitu??”, tanyaku heran.

“He’emh.. blom pernah..”, jawab Indri polos.

“Biasanya orang tuh pengennya pizza, burger, KFC, steak.. lha ini malah permen kapas.. hadehh..”, jawabku.

“Ahahah.. beneran lho mass.. pengen..”, kata Indri dengan manja sambil menarik-narik lengan kiriku.

Aku pun memutuskan untuk pergi ke alun-alun kota karena biasa di sana menjadi pusat berkumpulnya orang-orang. Alhamdulillah sesampainya di lokasi, memang begitu ramai orang-orang berkumpul dan Indri pun mendapatkan apa yang ia cari.

Suasana alun-alun kota yang dihiasi lampion-lampion menambah keindahan malam kota Semarang. Hiruk pikuk manusia yang sedang berkumpul dengan teman atau keluarga menjadi salah satu daya tarik utama. Aku yang seharusnya berniat untuk dakwah ketika datang ke tempat seperti itu, justru tengah bermaksiat dengan istri orang lain.

Namun meski aku dan Indri juga tau yang kita lakukan salah, kehangatan genggaman tangan kami berdua membuat semua iman kami sirna. Kedalaman rasa sayang dan cinta di antara kita berdua pun kita wujudkan dengan saling memagut, menjilat, merangsang, dan mempertemukan kedua selakangan kita mulai ba’da isya’ malam itu.

Setiap sudut ruangan kamar tempat ku menginap tak ada yang luput menjadi saksi ‘panas’nya perzinaan kita berdua. Berbagai macam gaya Indri lakukan. Aku pun tak mau kalah dan menunjukkan segala kemampuanku yang membuat istriku kewalahan. Meja, sofa, ranjang, tembok, balkon, kamar mandi, lantai, semua menjadi ajang untuk kita memacu syahwat.

“Ah.. Ahh.. Ahh.. Ohh.. Ahh.. Sodok mass.. Ahh..”, desah Indri ketika ku sodok bokongnya dari belakang dengan ia doggy di sofa.

“Auwhh.. ohh.. ohh.. ahh.. pipiss masshh.. ahh.. Nngghh..”, lenguh Indri mencapai orgasmenya dan membanjiri lantai kamar saat ku genjot dia dengan posisi berdiri bersandar di tembok.

Berkali-kali Indri orgasme selama kita bersetubuh hingga jam 20.30 sebelum kemudian ku semburkan benihku memenuhi rahimnya.

“Ummhh.. masshh.. nikmat banget lohh.. Indri ampe lemes nihh.. hhh.. bobo dulu yuk.. ntar kalau bangun lanjut lagih..”, kata Indri yang kemudian terlelap tidur telungkup di atas tubuhku dengan kontolku masih bersemayam di liang memeknya.

Jam 04.15, aku terbangun karena suara adzan. Kami pun melaksanakan sholat subuh bersama, namun entah apa yang ada di benak Indri yang sholat tanpa mengenakan dalaman hanya mukena saja. Dan seperti yang kalian para pembaca harapkan, setelah selesai sholat bukannya aku berdo’a malah ku sumpal mulut Indri dengan kontolku yang sudah tegang sejak tadi.

Bukannya menghentikanku, Indri justru berpegangan pada pahaku dan menelan seluruh kontolku hingga ke pangkalnya. Mukena yang seharusnya menjadi simbol ketaatan seorang muslimah, kini harus basah kuyup oleh derasnya air mani perzinaan Indri dan sperma lelaki yang bukan suaminya.

“Uhhh.. pantes aja mbak Ayu nyuruh mas buat nyari istri lagi.. ganasnya aja kayak gini..”, kata Indri yang tiduran di atas sajadahnya yang basah oleh orgasmenya sendiri dengan kepalanya berbantalkan lenganku.

“Hahah.. siapa suruh sholat Cuma pake mukena tok tapi dalamnya bugil..”, jawabku yang terlentang di sisi kiri Indri sambil ku cubit gemas hidungnya.

Kita pun kembali tertidur dengan aku hanya mengenakan gamis tanpa sirwal dan Indri dengan mukenanya yang beraroma khas air mani akhwat. Jam 08.00 adalah batas maksimal sewa kamarku dan kita pun menyempatkan diri untuk melakukan ronde terakhir di kamar mandi. Setiap kali Indri klimaks, maka ia wajib menyemburkannya di mulutku. Begitu pula aku yang memuntahkan lahar panasku di mulut manis Indri.

“Makasih yah mas Imam sayang.. Indri bahagia banget.. semoga Allah mudahkan kita bersama lagi..”, kata Indri sebelum masuk ke rumahnya.

Setelah itu aku bergegas mengembalikan mobil dan kembali ke Jogja dengan bus. Sepanjang perjalanan, baik aku, istriku Ayu, dan Indri saling chat di fitur grup yang ku buat. Chat yang ada lebih banyak antara Istriku Ayu dan Indri yang mencoba untuk saling mengenal.

Sekitar jam 13.05 aku pun sampai di masjid pusat Dakwah di Jogjakarta dengan teman-temanku yang sudah menanti. Karena besok kita semua sudah kembali ke rumah masing-masing, teman-temanku pun tak terlalu peduli dengan apa yang terjadi padaku selama 1 hari yang lalu. Hanya pak Sa’ad, amir jama’ah, yang menanyaiku. Aku pun menjawab seperti halnya alasanku kemarin dan itu cukup membuatnya puas.

“Assalamu’alaykum sayaang..”, ucapku sambil mengetuk pintu rumah keesokan harinya.

“Wa’alaykumsalam sayaang..”, jawab Ayu istriku seraya membukakan pintu namun hanya kepalanya yang bercadar saja yang tampak.

“Ehhh.. udah siap yaa?”, tanyaku sambil memasuki rumah.

“Iyaa dong sayang.. kan harus disambut dengan spesial kata ustad..”, jawab Istriku sambil mengunci pintu rumah.

“Wuuhh.. seksinyaa.. istri siapa nih..??”, tanyaku sambil menatap istriku yang tampil seksi sesuai dengan permintaan ku.

Meski dulu aku agak kecewa saat tau Ukhti Rani menikah dengan ikhwan lain, namun Allah kirimkan aku Ukhti Ayu yang memang sekufu denganku baik dari cara berfikir keduniaan atau agama, bahkan dalam urusan ranjang pun sesuai dengan apa yang menjadi fantasiku.

Ia begitu terbuka dengan fantasinya, apalagi setelah menikah denganku dan kucekoki dia dengan kewajiban nonton video porno sehari setidaknya sekali. Kini ia telah menjadi istri idaman yang sempurna bagi para ikhwan yang mendambakan akhwat binal.

Pesan ustadnya untuk selalu tampil ke’Arab-arab’an jika di luar rumah dan ke’barat-barat’an ketika bersama suami di rumah menjadi motivasi istriku untuk berpenampilan vulgar pagi itu, apalagi surga seorang istri ada pada ridho suami.

Pagi itu tubuh seksi putih Ayu istriku yang tingginya 165 cm tampak begitu menggoda birahiku. Cadar Yaman Elang Rempel Panjang hitam membingkai kecantikan wajahnya. Hanya matanya yang jeli nan cantik beriaskan eyeliner, eyeshadow, maskara, dan kontak lens yang tampak.

Tubuh rampingnya terlihat makin seksi menantang karena mengenakan lingerie hitam full-brokat yang menampakkan hampir keseluruhan toket 36B nya, bahkan putingnya sedikit tampak. Disisi lain, tangan dan kaki jenjang mulus putih tanpa cela miliknya di balut seksi oleh manset dan stoking fishnet sehingga memberikan kesan binal. Ditambah high-heels hitam semakin membuat istriku Ayu terlihat bagaikan porn model.

“Ssst.. khusus hari ini, jangan panggil Ayu dengan umi lagi.. tapi panggil Ayu dengan “Lonte” yaah tuan..”, bisik istriku Ayu di telingaku dengan desahan merangsangnya sementara jemarinya sibuk melepasi kancing rompi dan jubahku.

“Owwhh.. oke lontee.. coba tunjukin kemampuanmu dong lonte..”, kataku sambil menampar bokong istriku yang tak ditutupi apapun hanya G-String tipis yang terselip di selakangannya.

“Aahhhh!! Baik tuanku..”, kata istriku Ayu yang dengan cepat menelanjangiku dan kini sudah berjongkok tepat di hadapan sarungku yang tak mampu menutupi kontolku yang tegak mengeras.

“Tuaan.. Ohh.. Kontolnya wangi banget.. Aahh.. Haemphh.. Mffh.. Mffh.. Ockk.. Ockk.. Ockkk.. Mffhh.. Ockk..”, kata istriku yang berlanjut dengan ia melahap seluruh batang kontolku dengan mudahnya.

Kepala istriku agak miring sehingga cadarnya tak menghalangi kontolku yang keluar masuk tenggorokannya dengan cepat itu. Mataku pun merem melek karena sudah lama sekali aku merindukan sepongan liar istriku Ayu.

Bahkan kedua tangannya pun ikut menekan pahaku seakan agar aku lebih jauh melesakkan kontolku. Suara decak becek tenggorokan Istriku begitu merangsang. Air liur kentalnya menetes membasahi lantai tempat ia berjongkok mengangkang seraya meng-oral kontolku.

Setiap kali aku akan selesai program dakwah 40 hari, istriku Ayu selalu mempersiapkan semuanya untuk menyambut kedatanganku. Termasuk hari ini di mana ia telah menyiapkan ruang keluarga yang tadinya ada sofa dll, kini hanya ada selembar karpet besar dan sebuah springbed jumbo yang biasa ada di kamar kami.

Sprei pun diganti dengan warna putih polos, termasuk bantal juga. Seluruh ruangan pun diberi pewangi ruangan dengan aroma yang menggugah semangat ‘tempur’.

“Mmhh.. Shh.. Aahh.. Tuaanhh.. Aahh.. Geli Tuanhh.. Mhhh..”, desah istriku saat kuhempaskan dia ke ranjang dan langsung ku cupangi leher beserta telinganya.

Dengan penuh nafsu kubuat leher jenjang putihnya menjadi penuh bekas kemerahan sementara kedua tanganku meremas-remas toket bulat miliknya. Posisiku yang telungkup di atas istriku membuat kontolku menggesek-gesek memek mulus tak berbulu milik istriku yang sedang terlentang dan membuka lebar pahanya.

“Aaouh.. Ahh.. Ahh.. Tuann.. Nakal ishh.. Ohh..”, desah istriku semakin menjadi-jadi ketika aku mulai melahap putingnya yang mencuat tinggi dan berwarna kecoklatan itu.

Kenyal dan manis rasa puting istriku membuatku ingin berlama-lama menikmatinya. Tubuh istriku makin kelojotan saat merasakan lidahku menyapu putingnya di mulutku. Cadarnya mulai kusut karena ia sering membanting kepalanya kanan-kiri menahan nikmat foreplay yang kuberikan.

Puas dengan kelezatan puting kekasihku, aku pun mulai mencupangi perutnya yang tertutup lingerie dan berakhir di selakangannya. Tampak istriku begitu berharap agar aku segera melahap memeknya, namun kubuat ia kembali harus menahan keinginannya saat aku beralih menjilati kedua kaki jenjangnya yang masih mengenakan high heels hitam.

“Uuwhh.. Ahh.. Tuann.. Aahh.. Lonte ini udah ga tahaan.. Ahh..”, desah Istriku menikmati sensai geli dari permainan lidahku yang tengah menyapu setiap mili kaki putih mulusnya yang dihias stoking fishnet.

“Mmmuah.. Oouh.. Yesshh.. Aaahh.. Tuaanhh.. Aaahh.. Oouuhh..”, desahan istriku kini bercampur lenguhan ketika lidahku mulai menyapu bersih memeknya yang sudah banjir bandang.

Harum aroma khas memek becek akhwat bercadar begitu merangsang syahwatku. Layaknya anjing kelaparan, aku pun membenamkan wajahku di selakangan putih mulus istriku. Mendapat serangan mendadak membuat Ayu istriku gelagapan merasakan geli bercampur nikmat yang selama ini ia nantikan.

Kedua tangannya menjambak-jambak rambutku seraya pinggulnya ia gerak-gerakkan menggesek mulutku seakan menginginkanku lebih liar lagi. Tentu saja tantangan itu kujawab dengan melesakkan jari telunjuk dan jari tengah kananku yang langsung liar mengobok-obok G-Spot miliknya.

“AAHH!! OHHH.. OHHH.. AAHHH.. IYAAHH.. TERUSH TUANHH.. ENAKHH.. AAHH.. FUCK.. AAUHH.. MMMHH.. SSHH.. MMHHS.. AAAHH.. LONTEH MAU.. KELUAAARRHH..!!”, racau istriku yang liar dan berakhir dengan klimaks pertamanya setelah menerima serangan di kelentitnya oleh mulutku beserta G-Spotnya oleh jemariku.

Kedua tangannya menekan kuat kepalaku yang membuatku terpaksa meminum semua air maninya. Aku justru menikmati perlakuan istriku itu karena 40 hari sudah aku haus akan gurihnya caiean orgasme miliknya.

“Aahh.. Tuaann.. enak banget tuann.. aahh.. tolong hukum lonteh ini tuann.. sodok memek ini semau tuann.. aahh..”, kata istriku sembari mengangkang dan membuka memeknya dengan kedua tangannya.

“Lonte apaan nih kok pake cadar??”, tanyaku dengan nada merendahkan.

“Mmhh.. Lonte cadar tuann.. tolong tuann.. lubang yang mana saja tuann mau.. terserah tuan..”, pinta istriku memelas.

“Ahahah.. emang yang namanya lonte harus dihukum”, jawabku sambil melesakkan cepat kontolku menembus memeknya.

Lenguhan keras istriku pun meledak dengan matanya terbelalak dan mendongak saat memeknya kembali diperkosa oleh kontol setelah kering sempit selama 40 hari lamanya. Aku juga sangat rindu dengan hisapan kuat memek istriku di kontolku yang membuatku begitu bernafsu menggenjot memeknya. Kedua tangan istriku mencengkram kuat sprei tempat kita mengadu syahwat.

“OUUHH.. TUANHH.. AAAHH.. NIKMATNYAHH.. KONTOLL.. OOHH.. KONTOOLLHH.. AAAHH.. NNGGHHH..”, lenguh panjang istriku yang mendapat orgasme keduanya.

Aku pun mencabut kontolku yang disusul dengan derasnya semburan memek istriku. Namun aku yang sudah terbakar birahi segera mengarahkan kontolku ke liang kenikmatan favoritku di tubuh istriku.

“AAAHHHH.. OOOHH.. SSSHH.. TUAANHH.. OOOHH..”, rintih istriku saat merasakan anus sempitnya di tembus kontolku.

Pinggulku bergerak maju-mundur tanpa henti menyebabkan air mani istriku muncrat kemana-mana karena orgasmenya yang belum tuntas. Anusnya ikut tertarik keluar-masuk bersamaan dengan cepatnya gerak kontolku. Mata cantik istriku merem melek menahan nikmatnya anal yang sudah lama ia impikan. 5 menit berselang, istriku Ayu kembali menggelinjang hebat merasakan anal-orgasm pertamanya.

Kebiasaanku untuk bersetubuh setiap kali pulang dari berdakwah sudah berjalan 6 tahun yang lalu dan Ayu istriku selalu menanyakan apa keinginanku saat pulang nanti. Tak pernah sekalipun penyambutan istriku yang membuatku kecewa, apalagi pagi ini, penampilannya benar-benar membuatku takjub mengingat ia adalah seorang muslimah bercadar.

“Shh.. Aahh.. Sshh.. Ahh.. Ahhhh.. Ohh.. Enak Tuan?? Aahh.. Enakk goyangan lonte inih Tuan?? Aahh..”, goda istriku yang sedang menggoyang kontolku maju mundur di posisi Woman On Top.

Aku pun hanya tersenyum dan terus menyebutnya lonte cadar binal. Entah kenapa semakin ia dilecehkan, semakin istriku terbakar birahinya. Bahkan ia sudah 2x orgasme pada posisi itu. Kini ia beralih melesakkan kontolku menyumpal anusnya.

“Oouhh.. Shh.. Ahh.. Yesshh.. Anal.. Ouuhh.. Aahh.. Enaknyah kontol Tuannhh.. Aahh..”, desah istriku yang terpejam menikmati anal seks.

Aku pun juga sama, kontolku serasa dijepit kuat bahkan terasa di sedot hingga ke pangkalnya yang membuatku mendesah nikmat. Kedua tanganku pun aktif meremas toket bulat kencang istriku. 20 menit sudah istriku bertahan hingga akhirnya ia kembali melenguh dihantam klimaks.

Memeknya berdenyut kuat menyemburkan air maninya dengan kontolku yang masih terbenam di anusnya. Lamanya penantian membuat istriku mengalami 2x anal-orgasm dengan posisi Woman On Top.

Tampak keringat mulai membasahi tubuh putih istriku Ayu. Toketnya yang bulat kini terlihat agak mancung dan bergoyang cepat saat kusodok anusnya dalam posisi doggy. Suara hantaman pinggulku di bokong putih mulusnya pun menggema di seluruh ruangan.

Meski sudah 7 tahun lamanya aku menikahi Ayu, namun tak pernah ada kebosanan pada diriku untuk menikmati tubuhnya. Mungkin karena kita selalu mencoba sesuatu yang baru dalam seks yang menjadi faktor utamanya.

“AAHH.. AAHH.. OHH.. OHH.. TUUANNHH.. ENAK TUANNHH.. TERUSHH.. AAHH.. OOUNNGGHH..!!”, lenguh istriku melepas orgasmenya sebelum ku lesakkan kembali kontolku di memeknya.

Bokongnya ku cengkram kuat sementara pinggulku terus menggempur selakangannya yang masih mengucurkan air maninya. Istriku pun hanya bisa merintih tertahan menghadapi keganasanku. Seluruh tubuhku begitu menantikan saat-saat ini di mana aku bisa sepuasnya mengumbar nafsuku.

Meskipun istriku sudah mempersiapkan diri tapi tetap saja kekuatan wanita jauh berbeda daripada lelaki dan itu yang membuatnya kini tersungkur nungging dengan memek merekahnya kembali memuntahkan air mani hangatnya.

Jam menunjukkan pukul 09.25 yang berarti setidaknya aku sudah menyenggamai istriku selama 40an menit sebelum akhirnya aku merasakan birahiku berkumpul di ujung kontolku.

“Aaahh.. mau keluar nih.. sinih cadar kamu lontee..”, perintahku yang sudah berdiri pada istriku yang masih terlentang dengan kedua kakinya ditekuk hingga menyentuh toketnya dengan ditahan kedua tangannya.

“Aahh.. iyah tuanku..”, jawab istriku yang segera bergegas mengambil posisi duduk layaknya anjing dengan wajahnya yang tertutup cadar menengadah.

“Aaarrggh!!”, geramku melepaskan sperma hangatku membanjiri cadarnya.

Aku pun menghela nafas merasakan nikmat sekaligus lega setalah ejakulasi. Aku dan istriku sering berfantasi macam-macam dalam urusan seks. Pernah ia meng-oral kontolku di dalam mobil sepanjang perjalanan kami menuju kajian, atau melakukan quickie di atas bukit di salah satu tempat wisata di Jogjakarta dan masih banyak lainnya. Yang belum sempat terwujud hanyalah threesome. Dan mungkin sebentar lagi aku bisa merasakannya.

“Jadi gimana menurut Umi tentang Indri..??”, tanyaku sambil tiduran bugil di samping istriku.

“Yaah, buat Umi sih oke bi.. abis liat video kemarin, kak Indri lumayan binal juga yaa..”, kata istriku yang tiduran sambil memelukku.

“Berarti oke nih yaa.. lanjut kaan??”, tanyaku sambil menatapnya.

“He’emh.. trus kapan umi diajak ketemuan nih?”, tanya istriku.

“Secepatnya inshaaAllah.. tunggu kabar dari Indri dulu..”, jawabku sebelum akhirnya kita berdua tertidur karena kecapekan.

Sekitar 2 minggu kemudian, aku dan istriku mendengar kabar kalau Indri sudah resmi men-janda, maka aku dan istriku pun segera mengunjunginya. Sesampainya di sana, Indri menyambut kedatangan kami layaknya keluarga yang sudah lama tak bertemu, apalagi Ayu istriku yang langsung terlihat akrab dengan Indri layaknya kakak adik.

Ahmad dan Zahra pun tak malu-malu untuk bercengkrama dengan Indri yang hari itu mengenakan setelan jilbab, cadar, dan abaya hitam yang dulu ia beli bersamaku. Setelah saling bersua, Indri kemudian bercerita tentang masalahnya dengan suaminya hingga je proses perceraiannya.

“Itulah mbak.. Indri sedih banget waktu tau hak asuh anak jadi milik suami..”, kata Indri yang sesenggukan tak mampu menahan kesedihannya.

“Tante.. Tante.. jangan nangis.. ntar cantiknya ilang lhoo..”, kata Ahmad sambil menepuk-nepuk lengan Indri.

“Eeehh.. mas Ahmad.. ahahah.. siapa yang ngajarin ngomong gitu??”, tanya Indri sambil mengusap air matanya.

“Abi yang ngajarin..”, jawab Ahmad sambil sibuk dengan mainannya.

“Naaah kan.. abi ngajarin apa coba??”, timpal Ayu istriku.

Kami pun membicarakan banyak hal termasuk keniatanku untuk memperistri Indri secara sah. Seminggu setelahnya aku dan istriku dipertemukan dengan keluarga Indri. Setelah melihat aku dan istriku, keluarga Indri pun membolehkan dan berharap agar aku membimbing Indri menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Kabar bahagia ini segera kutindak lanjuti, hingga setelah menanti masa iddahnya selesai, di bulan November 2020, aku melangsungkan pernikahan ku dengan Indri. Hari itu istriku tampil cantik serasi dengan Indri yang sama-sama mengenakan gaun abaya, jilbab lebar, serta cadar warna putih. Dalam acara itupun hanya beberapa keluarga dan teman dekatku saja yang diundang karena masih dalam masa pandemi, termasuk Indra.

“Wueehh.. Jozz tenan.. dhisik kangelan rabi, saiki malah bojone 2.. (Wueehh.. Jozz sskali.. dulu kesulitan nikah, sekarang malah istrinya 2..)”, ujar Indra sambil mendekap leherku.

“Haha.. wes rejekine dhewe-dhewe Ndra.. (Haha.. Udah rejekiny sendiri-sendiri Ndra..)”, balasku.

“Tur isoh entuk sing ayu ngono kepiye?? (Tapi bisa dapet yang cantik kayak gitu gimana??)”, tanya Indra.

“Ngerti po nek ayu..?? Wong cadaran ngono.. (Emang tau kalo cantik..?? Orang cadaran gitu..)”, jawabku.

Meski aku sudah membatasi kehadiran, namun info cepat menyebar sehingga sampai sore harinya tamu-tamu terus berdatangan.

“Hufft.. capeknya..”, keluhku sambil duduk di sofa.

“Iya nih.. abi sih kebanyakan temen.. hahah..”, jawab istriku Ayu yang sedang menyiapkan baju Ahmad dan Zahra.

“Ahahah.. gapapa lagi mbak.. justru asik punya banyak temen-temen soleh-solehah gitu..”, timpal Indri yang ikut mengemasi perlengkapan kedua anakku.

Adzan Maghrib pun berkumandang, bertepatan saat orangtua Ayu dan kedua anakku beranjak pergi. Bukannya aku tak peduli dengan anakku, tapi mertua ku sendiri yang bersikeras untuk membawa sementara anakku.

“Ngko nek wes kesel leh mu ngreyen, lagi oleh nemoni anakmu.. hahah.. (Nanti kalo kamu udah capek nyobainnya, baru boleh ketemu sama anakmu.. hahah..)”, kata ayah mertua dengan nada menggoda.

Ba’da Maghrib yang kuniatkan untuk beristirahat pun terpaksa ku batalkan karena banyaknya jama’ah masjid yang mengajakku untuk ngobrol dan memberikan selamat. Alhamdulillah sesuai dengan keputusan musyawarah keluarga besar ku dan Indri kalau pernikahan di adakan di rumahku karena suasana masyarakat yang paham tentang syari’at poligami.

Memang aku juga bersyukur karena sebagian besar masyarakat kampungku sering duduk dalam kajian sehingga tidak tabu dengan poligami.

“Assalamu’alaykum..”, ucapku ketika masuk rumah seusai sholat isya’ di masjid.

“Wa’alaykumsalam..”, jawab Ayu dan Indri bersamaan.

“Waahh.. ada apa nih? Kok kembaran gini??”, tanyaku yang terkejut dengan penampilan keduanya.

“Hihih.. ada deeh.. makan dulu gih mas..”, kata Indri sambil mengajakku duduk di ruang makan sementara Ayu menghidangkan makanan.

Malam itu Ayu dan Indri kembali mengenakan gaun pengantin yang ku buat spesial untuk acara pernikahanku dengan Indri. Seluruhnya berwarna putih baik dari cadar, jilbab syar’i, abaya, manset, bahkan kaos kaki keduanya.

Tak hanya disitu, keduanya pun kembali berias mirip saat akad berlangsung tadi pagi dan juga mengenakan beberapa aksesoris. Selesai makan, kami pun berbincang santai sebentar dan tepat pukul 20.00, kedua istriku mendekap lengan kanan dan kiriku sambil membawaku ke kamar.

Begitu masuk kamar, aku kembali di buat takjub oleh dekorasi serba putih yang elegan baik dari sprei, bantal, selimut, bahkan tirai-tirai di sekitar kamar juga berwarna putih.

“Gimana bi? Bagus kan??”, tanya Ayu Istriku.

“Iya sih.. Ide siapa nih??”, tanyaku yang masih takjub.

“Ide Indri sama mbak Ayu dong..”, jawab Indri.

“Ck.. Ckk.. Cckkk.. bener-bener disiapin semuanya yaa.. buat ini kaan..??”, tanyaku sambil meremas bokong kedua istriku bersamaan.

“Ahh.. shh.. emang mau buat apalagi dong bi..?? Kan ini malam spesial.. jadi giliran kita para istri yang mulai duluan yaah..”, kata istriku Ayu sambil meminta ku untuk duduk di ranjang.

“Indri malu nih kaak.. belum pernah sih..”, ujar Indri yang terlihat cantik dan anggun dengan setelan syar’i serba putih.

“Hihih.. Ayu juga belom pernah.. tapi kan harus belajar..”, kata Ayu sambil menempelkan bibirnya ke bibir Indri yang keduanya masih bercadar.

Tak kusangka ternyata akan ada pertunjukan lesbi 2 akhwat bercadar di depanku. Mata Indri dan Ayu terpejam sementara kedua mulut mereka saling memagut meski masih tertutup cadar putih yang mulai tampak kemerahan karena lipstik.

Ayu yang lebih dulu beraksi dengan tangan kirinya meremas toket kanan Indri sementara tangan kanannya meremas bokong semok Indri yang tertutup jilbab dan abaya putih. Meski bukan lelaki, Namun serangan Ayu yang perlahan dan intens akhirnya melemahkan juga pertahanan Indri.

Desahan Indri mulai terdengar menikmati kakak barunya yang sedang merangsang tubuh semoknya itu. Kini ayu mulai turun dan mencumbu leher Indri yang tertutup jilbab dengan kedua tangan Ayu membuka resleting belakang abaya Indri.

Dengan satu tarikan Ayu, seluruh abaya Indri terjatuh ke lantai sehingga kini hanya tersisa manset dan stoking putih tipis yang melekat di tubuh kuning langsat Indri.

“Hemm.. pantes abi tertarik sama kak Indri..”, gumam Ayu sembari mulai turun dan menciumi kedua toket 36D Indri yang berputing kehitaman.

“Aahh.. Sshh.. Mbak Ayuu.. Aahh..”, desah Indri yang hanya bisa membelai kepala kakaknya dan pasrah akan permainan Ayu.

Tangan lentik Ayu nampak mungil saat meremas toket jumbo Indri dan memang antara Indri dan Ayu, keduanya memiliki kelebihan masing-masing dalam bentuk tubuhnya.

“Mffh.. Sshh.. Ahhh.. Uhhh.. Mbaakk.. Aahh.. Shh..”, desah Indri dengan matanya merem-melek karena Ayu kini tengah jongkok menjilati memek hitam Indri.

Pertama kalinya bagiku melihat pemandangan se-erotis ini. 2 akhwat bercadar yang seharusnya menjaga kehormatan sesama muslimah, kini sedang saling merangsang satu sama lain. Bahkan Ayu terlihat begitu menikmati lendir birahi Indri yang terus mengalir membasahi cadarnya. Mataku pun dibuat tak berkedip merekam adegan panas kedua istriku itu.

“Ouuh.. Hemhh.. Iyahh gitu kak Indrii.. Aahh.. Sshh..”, desah Ayu yang juga mulai menikmati kuluman Indri di putingnya sementara Ayu sendiri sudah bugil dan hanya menyisakan manset dan stoking putih saja yang menempel di kaki dan tangannya.

Meski ini juga pengalaman pertama Indri lesbi, tapi ia termasuk cepat dalam belajar. Hanya dengan melihat sekali saja, ia langsung bisa melakukan apa yang tadi Ayu lakukan pada tubuhnya. Kini berganti Indri yang tengah asik melahap memek kecoklatan Ayu yang juga sudah banjir oleh lendir khas birahi akhwat.

“Mmfhh.. Srruupp.. Ahhh.. Ternyata enak jugah memek mbak..”, puji Indri sambil kembali berdiri.

“Hihih.. memek kak Indri juga beda gurihnya.. Ayu jadi ketagihan..”, jawab Ayu.

“Uuhh.. Indri juga mau lagi mbaa.. Ehh.. tapi ada yang uda nungguin kita lohh mbaa..”, kata Indri sambil menatap nakal padaku diikuti Ayu.

Dua akhwat bercadar yang satu bertubuh semok berkulit kuning langsat, sementara satu lagi bertubuh langsing seksi berkulit putih tersaji di hadapanku. Aku pun tersenyum saat Indri dan Ayu mendekatiku dan menidurkan aku di ranjang.

Ayu bertugas melucuti sirwalku dan Indri melucuti gamisku. Keduanya sudah terlatih untuk melucuti pakaian ikhwan sehingga dalam hitungan detik akupun sudah bugil.

Tanpa basa-basi, Ayu pun menyibakkan cadarnya dan langsung menelan seluruh batang kontolku dalam satu lahapan, sementara Indri menyumpal mulutku dengan kedua toket besarnya. Mulutku yang sudah gatal sedari tadi pun dengan ganas melumat puting Indri secara bergantian dengan kedua tanganku meremas-remas toketnya.

“Mmffhh.. Mffhh.. Ockk.. Ockkh.. Ockkhh..”, suara erotis decak becek kontolku menghantam tenggorokan Ayu.

“Sshh.. Aahh.. Ahhh.. Sshh..’, desah Indri menikmati kulumanku di putingnya.

Memang benar kata orang-orang kalau yang tertutup biasanya jauh lebih binal dan liar. Malam ini kurasakan semua itu, termasuk Indri yang kini gantian menelan total kontolku sementara ayu tengah asik menyedot-nyedot zakarku.

Kini dia akhwat bercadar putih tampak tengah asik di selakanganku yang selama ini hanya ada di fantasiku saja. Keduanya secara bergantian menggilir kontolku hingga basah kuyup oleh liur mereka.

“Mbak.. beneran Indri boleh duluannhh??”, tanya Indri yang sudah jongkok mengangkang di atas pinggulku.

“Iyaah kak Indri.. kan ini malam pertama kak Indri sebagai istri sah mas Imam..”, jawab Ayu yang juga sudah jongkok mengangkangi wajahku.

“Emm.. makasih mbak yaaahh.. Ahh.. Ahhh.. Sshh.. Ahhh..”, desah Indri saat kontolku melesak menyumpal memeknya dan dilanjut gerakan maju-mundur pinggul lebar Indri.

“Eeehh.. Abi.. siapa bilang boleh nganggurhh.. aahhh.. aaahh.. sahh.. mmmhh.. aaahh.. nakal lidahnyaa..”, desah Ayu merasakan memeknya di sapu bersih oleh lidahku.

Ranjang kami kini tengah menjadi saksi 2 orang Akhwat bercadar yang sedang menapaki tangga syahwat di atas tubuh seorang ikhwan. Keduanya saling berhadapan, satu akhwat tengah menggoyang kontol sang ikhwan, sementara yang lain tengah mendesah nikmat merasakan tarian lidah sang ikhwan di memeknya.

“Oohh.. Oohh.. Ahhh.. Pipiss.. Ahh.. Indri ga tahaann.. Ahh.. Aaaahh..”, desah Indri yang mencapai klimaks sembari mengangkat pinggulnya.

Air mani hangat Indri mengucur deras selama beberapa saat sebelum ia kembali melesakkan kontolku dan mengganti gerak pinggulnya menjadi naik-turun. PPLOK! PPLOOKK! PPLOOOKK! Suara hantaman bokong semok mulus Indri begitu mantab di perutku.

Melihat Indri yang sudah orgasme membuat Ayu tak mau kalah dan ikut menggerakkan pinggulnya maju-mundur. 10 menit sudah berlalu dengan mulutku yang basah kuyup oleh lendir memek Ayu, yang kini tengah gantian jongkok menggoyang pinggulnya yang sudah tersumpal kontolku.

Mulutku pun kembali di banjiri gurihnya lendir akhwat memek Indri yang kini berganti menduduki wajahku, sembari tanganku meremas-remas toket 36D miliknya.

“Ahh.. Ahhh.. Ahhhh.. keluar bii.. Aahh.. Aaaaahh..”, teriak Ayu yang segera mengangkat pinggulnya menyemburkan cairan orgasmenya

Ayu pun sama halnya dengan Indri yang tak memberikan kesempatan istirahat pada kontolku dan langsung kembali menggenjotnya sesaat setelah ia selesai klimaks. Untung saja aku dalam posisi terlentang di bawah dan diam sehingga aku bisa mengatur nafasku agar tidak cepat-cepat ejakulasi.

Ku lihat sudah jam 20.40 ketika aku kini menyodok bokong Indri dengan posisi doggy sementara Ayu juga tengah nungging di samping kiri Indri di mana tangan kanannya terus menggesek-gesek memeknya sendiri menanti giliran.

“Ah.. Ahh.. kontoll.. Aahh.. Mas Imamm.. Enak Mashh.. Aahhh.. ampunn.. Ahhh.. Pipisshh.. Ooouuhhh..”, lenguh Indri kencang saat orgasme menerpanya dibarengi dengan kucuran deras air maninya.

“Aaaauhhh.. Yesshh.. Yokk biihh.. Genjot yang kuat.. Ahhh.. Aahh..”, lenguh Ayu kegirangan saat ku belah memeknya dengan kontol yang ia tunggu.

Aku benar-benar menikmati threesome pertamaku ini. Aku tak menyangka bisa melakukannya dengan 2 akhwat cantik dan juga bercadar. Selama ini aku dan Ayu hanya berfantasi saja tentang threesome dan tak pernah berfikir untuk bisa terwujud. Bahkan kalaupun itu terjadi, mungkin bukan dengan akhwat bercadar melainkan dengan wanita bayaran yang tentu saja istriku Ayu menolaknya.

Baik Indri maupun Ayu mendapat 2x orgasme selama kusodok mereka dengan posisi doggy. Bokong keduanya tampak kemerahan akibat kuatnya hantaman pinggulku yang tanpa henti.

“Ayok sini bii.. silakan pilih mana yang abi sukaa..”, kata Ayu menggodaku dengan jilbab putihnya yang tampak kusut.

“Iyah mas Imam.. pakai aja kita sesuka mas Imam..”, timpal Indri dengan tatapan nakal ke arahku.

“Waaah.. mana dulu yaah?? Kliatan enak semua nih..”, jawabku agak kebingungan.

Bagaimana tidak? Kini Indri dan Ayu terlentang dengan kedua kaki mulus ber-stoking mereka ditekuk dan mengangkang sehingga menampakkan memek becek keduanya yang sedang dikuak oleh kedua tangan mereka sendiri. Benar-benar pilihan yang sulit melihat dua akhwat cantik bercadar menawarkan selakangan mereka untuk aku nikmati.

“Aaauuhh.. Aahh.. Abi sayaang.. Oohh.. Ohh.. Kontolhh.. Yesshh.. Aahh.. Mmhh.. Mentok biihh.. Ssshh..”, racau Ayu yang senang karena lebih dulu merasakan kerasnya kontolku menyodok rahimnya.

Toket bulat kencang Ayu berguncang keras mengikuti irama sodokanku. Tanganku pun mencengkram erat pinggul Ayu untuk memaksimalkan genjotanku di selakangannya.

“Aaahh.. enak yaah mbak Ayu.. Uuhh.. Indri juga pengen..”, ujar Indri yang semakin terbakar birahinya menyaksikan Ayu tengah kegirangan ku genjot.

Indri pun sibuk merangsang dirinya sendiri dengan meremas-remas toketnya dan colmek sembari menanti gilirannya. Kedua tangan Ayu menggenggam bantal sementara matanya mendelik ke atas tak kuasa menahan nikmat. Beceknya memek Indri terdengar jelas karena melihat kakaknya blingsatan merasakan birahi.

“Ooohhhh.. akhirnyaahh.. AAHH.. AAHH.. OOHH.. YESHH.. KONTOLHH.. MMHH.. ENAK MASS.. AAAHH.. SSHH.. AHHH.. ENAKNYAHH.. UUWWHH..”, desah Indri yang begitu puas saat kontolku melesak masuk ke liang peranakannya sesaat setelah kucabut dari memek Ayu sementara Ayu sendiri tengah mengejang hebat karena klimaks.

Berbeda dengan Ayu, tanganku tidak mencengkram pinggul Indri melainkan toket jumbonya yang kuremas kuat dan kujadikan tumpuan untuk menyodok sekuat mungkin pintu rahimnya. Ranjang pun terus berdecit bersenandung seirama sodokan pinggulku menggagahi selakangan Indri. Kini berganti Ayu yang colmek sambil meremasi toketnya sendiri dengan matanya terpejam menikmati permainan tangannya sendiri.

“MMHH.. AAHH.. AAHH.. NNGGHHH..”, Lenguh panjang Indri ketika diterpa orgasme.

Aku pun mulai tak bisa menahan datangnya klimaks setelah lebih dari 1 jam menggilir kedua memek istriku. Kupercepat sodokanku di memek Indri saat itu. Ayu yang menyadari aku akan segera ejakulasi, segera bangun dan mendekatkan wajahnya di atas perut Indri.

“AARRGHHH..!!”, teriakku melepaskan luapan spermaku membanjiri rahim Indri.

“Oouuhh.. sshhh.. angetnyah mass..”, lenguh Indri merasakan hangatnya spermaku memenuhi rahimnya.

Selama beberapa detik aku membiarkan kontolku berkedut-kedut di liang memek Indri sebelum kemudian kucabut dan kusumpalkan ke mulut Ayu yang sudah menunggu daritadi. Ayu pun nampak begitu lahap menikmati kontolku yang sudah belepotan dengan sperma dan lendir memek akhwat.

“Mmfhh.. uhh.. enaknyahh bihh kontolnya.. hihih..”, kata Ayu sambil melepas kontolku dari mulutnya.

“Hahah.. capeknya punya 2 istri binal..”, kataku.

“Tapi seneng kaan?? Mmmhh.. kak Indri.. bagi dong spermanyah.. Ayu juga maukk..”, rengek Ayu yang sudah terlentang dengan kepalanya berada di dekat selakangan Indri.

“Iyaa mbak.. sshh..”, jawab Indri yang berupaya jongkok sambil memastikan tak ada sedikitpun spermaku yang tumpah.

Ayu pun menyibakkan cadarnya dengan mulutnya menganga dan menjulurkan lidahnya. Tak lama kemudian mengalirlah sperma kentalku melalui memek kehitaman Indri memenuhi mulut kakaknya. Sekali lagi aku disuguhi pemandangan erotis akhwat-akhwat bercadar yang tengah cum-swapping antara kedua mulut mereka.

“Yumm.. rasanya makin enak aja nih kak Indri abis dari memeknya..”, ucap Ayu sambil terpejam menikmati spermaku di mulutnya.

“Emmhh.. glek.. E’emhh.. tapi Indri masih belum terbiasa eehh.. gimana mbak ya..”, keluh Indri.

“Santai aja kak.. dulu Ayu juga bertahap kok..”, jawab Ayu yang tiduran di samping kananku dan miring ke arahku.

“Iya Ndri.. kamu kayak gitu aja aku udah seneng banget.. binaaalll..”, kataku menggoda Indri yang kini tidur di samping kiriku.

Kami pun tertidur sekitar jam 21.15 sesaat setelah kita bertiga selfie bersama dengan kedua istriku yang bertelanjang dada dan masih mengenakan jilbab dan cadar. Benar-benar malam paling membahagiakan bagiku selain bisa mewujudkan fantasiku untuk threesome, aku pun bisa menikmati seorang akhwat yang juga kusuka meski berawal dari perselingkuhan.

Sekitar jam 01.30 pagi aku merasakan sensasi hangat di selakanganku dan kudapati Indri tengah sibuk mengulum kontolku yang mulai tegang kembali.

“Heemhh.. udah pengen lagi ya Ndri??”, tanyaku sambil membelai kepalanya yang dibalut jilbab putih tanpa cadar itu.

“Ehh.. anu.. maaf mas.. iseng ajah pengen emut..”, jawab Indri malu-malu.

“Hahah.. udah sah jadi istri aja pake jaim.. dah sinih..”, kataku sambil menarik Indri hingga doggy di atas tubuhku.

Indri pun melenguh tertahan agar tak membangunkan Ayu saat kontolku menembus memeknya sebagai tanda ronde kedua kami dimulai. Mata Indri tampak nanar merasakan derasnya laju kontolku menggesek dinding liang peranakannya. Meski Indri menahan desahannya, namun tetap saja goncangan ranjang kami cukup keras dan membangunkan Ayu.

“Hoahhmm.. lhooo.. kak Indri nihh yaaa.. gak ngajak-ngajak Ayuu..”, kata Ayu sambil duduk di samping kiri Indri dan meremas toket Indri. Dan kembali lagi aku ‘terpaksa’ menikmati tubuh mulus seksi kedua istriku itu selama 50an menit sebelum aku ejakulasi dan kami tertidur bersama.

Adzan subuh pun berkumandang yang membuatku terbangun dan bersegera mandi junub. Sudah jadi kebiasaanku dan juga arahan para Ulama untuk meluangkan waktu dari ba’da subuh sampai dengan syuruq (terbit matahari) di masjid. Biasanya aku dan beberapa jama’ah masjid menghidupkan amal ta’lim masjid untuk mengisi waktu sambil menunggu syuruq yang kemudian dilanjutkan dengan sholat sunnah syuruq.

“Assalamu’alaykum..”, ucapku sambil masuk ke rumah.

“Wa’alaykumsalam..”, jawab kedua istriku dari kejauhan.

Aku pun mencoba mencari tahu apa yang sedang mereka lakukan. Perasaan lega dan senang menghampiriku saat melihat Indri dan Ayu begitu akrab sembari menyiapkan sarapan bersama.

“Eehh.. duhh.. lagi apa nih bidadariku semua?”, tanyaku yang berada di tengah-tengah Indri dan Ayu sambil ku remas bokong keduanya.

“Eehh.. abi sayang.. lagi iseng-iseng aja masak-masak sama temen baru Umi nih..”, jawab Ayu yang mengenakan daster ketat panjang warna hitam dengan corak bunga-bunga pink sembari mengocok telur.

“Mas Imam duduk aja sih.. biar kita yang nyiapin sarapan buat suami yang ganteng nih..”, timpal Indri sambil berglendotan padaku yang mengenakan daster ketat panjang sama persis dengan Ayu.

“Ahahaha.. jadi gak sabar pengen icip masakan kedua bidadariku ini.. sekalian icip ‘apem’nya..”, jawabku menggoda mereka. Cerita dewasa ini di upload oleh situs ngocoks.com

Meski tanpa riasan, kedua wajah berseri Indri dan Ayu terlihat cantik dengan rambut lurus mereka yang dikucir ekor kuda. Dan itu juga kali pertama aku melihat Indri tanpa jilbab dengan rambut hitam lurusnya. Sekitar jam 6.30an kami pun sarapan bersama layaknya sebuah keluarga normal pada umumnya.

Seperti yang diharapkan, setelah sarapan inti, aku pun melanjutkan mencicipi ‘apem’ segar kedua istriku itu. Sofa ruang keluarga kami pun harus basah oleh air mani hangat Ayu dan Indri yang kini terduduk lemas dengan memek mereka basah kuyup setelah 40an menit ‘olahraga’ pagi bersamaku.

Alhamdulillah kini Indri sudah mengandung 4 bulan dan tampak raut wajah bahagia di hari-harinya bersamaku. Meski bukan sebagai istri pertama, namun kalau kita bisa jujur dan berupaya adil, inshaaAllah Allah akan bukakan jalan.

Cerita Sex Liburan Ternikmat Bersama Keluarga

Aku pun menyiapkan rumah sederhana untuk Indri tepat di samping rumahku. Dan juga kini Indri sudah Istiqomah bercadar setelah sering ikut aku dan Ayu sama-sama belajar dakwah di kalangan wanita. Sering sekali teman-temanku iri ketika melihatku menggandeng 2 akhwat bercadar sekaligus tiap kali datang ke kajian atau majelis-majelis dakwah wanita.

Meski sudah mengandung, Indri tetap binal seperti biasanya. Dan dengan bimbingan Ayu, kini anus Indri pun siap kupakai kapanpun aku mau. Setiap 3 hari sekali aku menggilir jatah tidurku bersama Ayj dan Indri. Kalau hari 1-3 bersama Ayu, maka hari 4-6 bersama Indri.

Di hari ke-7 kami khususkan untuk ritual threesome kami di lokasi yang kami suka. Saat itulah kedua istriku yang binal bebas meng-eksplor fantasinya. Pernah kami buat malam khusus anal saja atau mouthfuck saja atau apapun yang menjadi fantasi kami, dan itulah yang membuat kami tetap harmonis sampai detik ini.

1 2 3
Berlanjut Bersambung Hijab Ibu Muda Istri Orang Kenangan Kenikmatan Mesum Ngentot Pengalaman Petualangan Selingkuh STW Ternikmat Umum Ustadzah
Share. Twitter Telegram WhatsApp Email Copy Link
Previous ArticlePerempuan Berhijab Nakal
Next Article Suatu Malam di Sebuah Bus
ceritasex

    Ngocoks adalah situs dewasa yang berisi kumpulan cerita sex tergres yang di update setiap hari. Jangan lupa bookmark situs ini biar tidak ketinggalan cerita dewasa lainnya, -terima kasih.

    Related Post

    9.3

    Sang Penakluk Akhwat

    Pistol Hipnotis

    9.0

    Pengalaman Ternikmat

    9.0

    Hipnotis Sekolah

    9.0

    Istri Penuh Nafsu

    8.5

    Bidadari Pemilik Apartemen

    Follow Facebook

    Recent Post

    Sang Penakluk Akhwat

    Pistol Hipnotis

    Pengalaman Ternikmat

    Hipnotis Sekolah

    Istri Penuh Nafsu

    Bidadari Pemilik Apartemen

    Calon Klien Suami

    Kepolosan Istri

    Daya Pikat Ibu Arwinda

    Penjebolan Perawan

    Kategori

    Terekspos

    Ngocoks.com adalah situs dewasa berisi kumpulan cerita sex, cerita dewasa, cerita ngentot dengan berbagai kategori seperti perselingkuhan, perkosaan, sedarah, abg, tante, janda dan masih banyak lainnya yang dikemas dengan rapi dan menarik.

     

    ✓ Update Cerita Sex Setiap Hari
    ✓ Cerita Sex Berbagai Kategori
    ✓ 100% Kualitas Cerita Premium
    ✓ Semua Konten Gratis dengan Kualitas Terbaik
    ✓ Semua Konten Yang Diupload Dipilih & Hanya Update Konten Berkualitas

     

    Cara Akses Situs Ngocoks

    Akses menggunakan VPN atau kamu bisa juga akses situs Ngocoks ini tanpa VPN yang beralamat ngocoks.com kalau susah diingat, Silahkan kamu buka saja Google.com.sg Lalu ketikan tulisan ini ngocoks.com, terus klik halaman/link paling atas situs NGOCOKS no 1 di Google. Selamat Membaca!


     

    Indonesian Porn Fetish Sites | Indonesian Porn List | Ulasan Bokep Indonesia

    © 2025 Ngocoks - Support by Google Inc.
    • Warning!
    • Iklan
    • Privacy Policy
    • Kirim Cerita Sex
    • Channel Telegram

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.