Cerita Sex Obat Perangsang (Spanish Fly) – Beberapa waktu yang lalu, karena telah berulang kali dipanggil oleh anaknya di kampung, maka pembantu kami yang sudah tua, Mbok Iyem akhirnya pulang juga ke kampungnya di Jawa Tengah, tetapi sebelum pulang ia berjanji akan membantu kami untuk mencarikan seorang pembantu lain yang berasal dari kampungnya juga.
Jadi pada saat Mbok Iyem pulang kampung, tidak terjadi kekosongan pembantu di rumah kami. Hal ini penting bagi kami, karena kami berdua, suami isteri bekerja sehingga kami memerlukan seorang pembantu untuk beres-beres di rumah.
Pada hari yang telah ditentukan, maka datanglah seorang pembantu baru yang dijanjikan oleh Mbok Iyem, yaitu seorang gadis kampung yang telah putus sekolah, berumur 18 tahun bernama Ratmi.
Ngocoks Suratmi bertubuh sedang dengan kulit bersih dan berambut panjang, yang dengan malu-malu memperkenalkan dirinya kepada kami, setelah menerima instruksi ini itu dari isteriku, Ratmi pun mulai bersiap untuk kerja.
Memasuki hari Senin, secara kebetulan saya mendapat cuti kantor selama tiga hari, yang mana bisa saya pergunakan untuk beristirahat di rumah. Setelah isteriku berangkat kerja, sayapun santai di rumah sambil baca koran dan mendengarkan radio, sedang Ratmi sibuk membersihkan rumah sehabis mencuci pakaian.
Sedang saya asyik membaca, tiba-tiba dikejutkan oleh sapaannya, “Maaf Pak.., Saya mau mengepel lantainya”.
“Oh iya, pel aja..”, kata saya sambil terus membaca, tetapi mataku memperhatikan pembantu ini dengan lebih seksama. Ratmi mengepel lantai sambil berjongkok dan sesekali merangkak sambil terus mengayunkan tangannya.
Saat ia merangkak, terlihat pinggulnya yang besar dengan pantat yang membentuk bulat bergoyang ke kiri dan ke kanan dengan irama yang teratur, celana dalam yang dipakainya terbayang sangat jelas dari balik daster yang dipakainya.
Saat ia berbalik untuk mengepel di bawah kaki saya, terlihat dari belahan dasternya dua buah bukit yang ranum, terbungkus oleh kutang ketat, yang kelihatannya sudah agak kekecilan. Tanpa terasa saya menggosok batang kemaluanku, yang tiba-tiba menjadi tegang. Konsentrasi saya untuk membaca menjadi hilang.
Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Ratmi bersiap-siap untuk membersihkan dirinya dan mengambil handuk serta masuk ke kamar mandi, begitu terdengar suara air yang terguyur di kamar mandi, saya cepat-cepat meloncat bangun dan berjalan cepat-cepat ke arah kamar mandi. Dari sela-sela pintu kamar mandi terdapat celah yang bisa dipakai untuk mengintip ke dalam.
Ternyata pemandangan di dalam kamar mandi begitu asyiknya, Suratmi ternyata mempunyai badan yang bersih mulus dengan kedua payudaranya yang ranum keras dengan puting yang mengarah ke atas berwarna coklat muda, pinggulnya yang besar sangat seksi dengan bulu-bulu halus di atas kemaluannya.
Ratmi sibuk menggosok-gosok badannya tanpa sadar ada mata yang sedang menikmati tubuhnya yang ranum. Dengan berdebar saya terus mengintip Ratmi yang sesekali menunduk untuk menggosok kakinya yang ditumbuhi bulu-bulu halus. Nafsu saya naik ke kepala, saya mulai mengelus batang kemaluanku sampai tegang.
“Aah, enaknya kalau bisa memeluk dan menancapkan batang penisku di vaginanya”.
Sedang asyik mengintip, saya teringat kalau di lemari saya masih ada menyimpan sebotol obat perangsang bermerek ‘Spanish fly’ oleh-oleh teman dari luar negeri.
Cepat-cepat saya ke kamar mengambil obat tersebut dan membawanya ke dapur, dan benar saja dugaanku bahwa Ratmi memang sudah menyiapkan teh hangat bagi dirinya sendiri di situ. Segera saya tuangkan spanish fly itu ke dalam minuman Suratmi dan saya tambahkan gula sedikit agar dia tidak curiga.
Saya kembali duduk di kursi depan dan pura-pura membaca sambil membayangkan tubuh mulus Ratmi sambil mengelus batang penisku yang sudah tegang, saya benar-benar sudah bernafsu sekali untuk menyetubuhi Ratmi. Sekitar setengah jam kemudian, saya mendengar erangan halus yang berasal dari kamar Suratmi, “Heehh.., heehh”.
Segera saya menghampiri kamarnya dan pura-pura bertanya, ” Ratmi.., ada apa dengan kamu..?”.
Ratmi sambil mengeluh menjawab, “Aduuh Pak.., perut Saya.., hheehh”.
“Kenapa..?”, sambil bertanya saya segera saja masuk ke dalam kamarnya, Ratmi kelihatan pucat dan keningnya berkeringat, sedang dalam posisi merangkak sambil memegang perutnya.
“Aduuh.., aduuh.., perut saya.., Pak”.
“Mari Saya tolong..”, kata saya, sambil berdiri di belakangnya dan tunduk serta memegang perutnya dengan kedua tangan untuk mengangkatnya berdiri. Saat berdiri sambil memeluknya dari belakang, penisku yang sudah tegang dari tadi menempel pada celah pantatnya, Ratmi agak kaget juga, tapi ternyata dia diam saja sambil terus mendesah.
“Ayo saya gosok perut kamu.., biar hangat”, kata saya sambil tangan kananku terus bergerak menggosok perutnya sedangkan tangan kiriku mengangkat dasternya dari bawah.
Saya memasukkan tangan kiriku ke dalam daster itu dan berpura-pura akan menggosok perutnya juga tapi saya segera menurunkan tangan saya untuk menyibakkan celana dalamnya dan mulai meraba bulu-bulu halus yang bertebaran di sekitar vaginanya.
Saat tangan saya menyentuh vaginanya, Ratmi menggelinjang keras dan mendesah panjang, “aah.., Paak..”, seraya menekankan pantatnya yang montok ke penisku yang sudah menanti dengan tidak sabar.
Tangan kananku pun mulai masuk ke dalam sela-sela kancing daster, naik terus ke atas dan menemukan payudaranya yang ranum, yang ternyata tidak terbungkus oleh kutangnya, segera saya meremas payudaranya.
“Las,.., ayo Saya gosok sambil tiduran”, kata saya.
“Hee.. Eeh”, katanya.
Saya tuntun Ratmi ke tempat tidur dan membaringkannya dengan kedua kakinya tetap terjuntai di lantai. Secara cepat saya menyibak dasternya dan segera menarik turun hingga celana dalamnya terlepas. “Aduuh.., Paak”, katanya sambil menggerakkan pinggulnya.
“sst..”, kata saya sambil menundukkan kepala dan mencium vaginanya yang persis di depan mataku.
“aarkkh..”, seru Ratmi sambil membuka kakinya lebih lebar lagi dan kemudian secara cepat menutupnya lagi sehingga kepalaku terjepit di antara kedua belah pahanya yang mulus. Saya mulai menjilat vaginanya, lidahku mulai menjalar ke kanan dan ke kiri menyibakkan kedua belah bibir vagina Ratmi sampai akhirnya saya menemukan clitorisnya.
Kedua tangankupun secara gencar mulai bergerilya meremas kedua payudaranya sambil sesekali mempermainkan putingnya yang langsung mengeras.
“Paak..”, Ratmi keenakan sambil mulai menggoyangkan pinggulnya ke kiri dan ke kanan bagaikan sangat kegelian, dan tiba-tiba dari vaginanya memancar cairan, yang segera saya jilat habis.
“Las.., buka dulu yaa bajunya”, kata saya sambil berdiri dan dengan cepat mulai membuka celana dan kaosku. Sementara saya berdiri telanjang, penisku benar-benar tegang dan keras. Mata Ratmi terbelalak memandang penisku yang besar dan berdiri.
“Paak.., Ratmi takut”, katanya.
“sstt.., nggak apa-apa Las..”, kata saya sambil membantu Ratmi membuka bajunya.
Karena kakinya masih menjuntai di pinggir tempat tidur, segera saya mengambil bantal dan mengganjal pantatnya sehingga vagina Ratmi sekarang menyembul dengan clitorisnya yang mengkilap karena jilatan lidahku.
Segera saya arahkan penisku ke lubang vaginanya dan berusaha untuk menekannya masuk, sementara tanganku meremas payudaranya sedangkan mulutku mulai memagut bibirnya. Ternyata lubang vagina Ratmi sempit sekali, sehingga baru kepala penisku yang masuk, ia sudah menjerit kesakitan dan berusaha menggeliatkan badannya yang mungil.
Saya menahan geliatan badannya dan terus berusaha memasukkan seluruh penisku ke vaginanya yang sempit dengan menarik keluar masuk kepala penisku. Biarpun vagina Ratmi telah basah oleh cairan yang keluar dari tubuhnya, saya tetap juga mengalami kesulitan untuk menembus pertahanan vagina Ratmi ini.
Sambil memeluk tubuhnya, mulutku bergesar ke arah telinga Ratmi, dan secara tiba-tiba saya menggigit cuping telinganya dengan agak keras. Secara refleks, Ratmi kaget sekali, “Aduh..”, tetapi bersamaan dengan itu saya menekan penisku sekuat tenaga masuk ke dalam vaginanya.
Ratmi kaget dan terdiam, tetapi saya kembali memagut bibirnya dan menyedot lidahnya sambil mulai menaikkan pantatku sedikit sedikit, kemudian turun menekan sampai ke ujung. Aduh nikmatnya bukan alang-kepalang, vagina Ratmi benar-benar sempit sekali bagaikan jepitan halus yang menjepit dengan ketat serta berdenyut-denyut terus-menerus.
Setelah beberapa kali naik turun, cabut sedikit, tekan lagi.., Ratmipun mulai menikmati permainan seks ini, sambil mengerang-erang, dia juga mulai menggoyangkan pinggulnya. Kedua belah kakinyapun turut menari-nari, kadang menjepit kakiku, kadang dia menjepit pinggangku.
“Aarkhh.., ppaak.., enaak”, kata Ratmi, sambil terus menggoyangkan pinggulnya, sehingga penisku yang berada di dalam vaginanya terasa bagaikan diremas-remas dengan keras. Akhirnya sayapun tidak tahan lagi, saat badannya menjadi kejang karena dia sampai pada puncak kenikmatan.
Sayapun mempercepat gerakan naik turun sampai cairan maniku terasa menyembur-nyembur ke dalam vagina Ratmi. Akh, kita berdua sungguh lunglai setelah tiba pada puncak kenikmatan. Ternyata setelah selesai baru saya tahu kalau ternyata Ratmi masih perawan dan belum pernah dijamah oleh lelaki lain.
Selama masa cuti tiga hari, saya tetap betah di rumah. Dan kalau istriku sudah berangkat kerja, maka Ratmi dan saya mulai mempraktekkan berbagai macam gaya bersetubuh. Ratmi ternyata murid yang sangat pandai untuk diajar dan selalu bernafsu untuk mengulang dan mengulang lagi.
Hal ini berlangsung selama enam bulan, kadang larut malam, kadang pagi hari kalau saya lagi kepingin menikmati tubuhnya, saya ijin dari kantor, sampai akhirnya Ratmi dipanggil pulang oleh keluarganya untuk dikawinkan di kampung.