Hari terakhir dia telanjang ini ingin kugunakan kesempatan untuk memandikannya secara bersih. Aling kutarik ke kamar mandi. Dia mulanya beralasan sudah mandi, tapi aku tidak peduli. Aku masuk kamar mandi dan membuka semua pakaianku tinggal celana dalam. Maksudnya kalau aku memandikan Aling bajuku tidak menjadi basah.
Aku gosok seluruh badannya dengan spons mandi. Badannya agak berdaki. Aku sampai menyabuni dia dua kali dan mengeramasi rambutnya. Bagian ketiaknya tak luput dari pembersihanku. Ketiaknya malah mendapat pembersihan ekstra karena aku gosok dengan handuk kecil (waslap).
Maksudnya agar menghilangkan bau tidak sedapnya. Biasanya kalau ketiak bau, pasti bagian vitalnya juga kurang dijaga kebersihannya. Kuperintahkan dia jongkok dan aku dengan tenang membersihkan lipatan kemaluannya sampai ke belahan pantatnya.
Dia tergeli-geli ketika kusentuh bagian kemaluannya. Dia memang tidak malu, tapi menghindar-hindar karena geli. Ketika aku menyeka bagian kemaluannya, akibatnya kemaluanku jadi menegang. Aku terpaksa memendam nafsuku.
Selesai sudah semua tugas memandikannya, badannya aku bedaki dan aku lumuri cologne. Aling baunya jadi segar. Di hari ketiga hukumannya, aku sempat memandikannya sampai 2 kali.
Di hari keempat Aling ketagihan dimandikan. Dia minta kembali aku mandikan. Padahal aku buru-buru mau ke kantor karena ada rapat pagi. Tidak mungkin aku memandikan dia dulu baru aku mandi. Kalau tidak aku mandikan dia mungkin pagi itu tidak mandi. Hal itu bisa mengganggu kesehatan kulitnya.
Akhirnya dengan terpaksa aku mengajaknya mandi bersama. Aling tertawa geli ketika melihatku telanjang. Apalagi penisku berdiri tegak. Dia mengataiku punya buntut, tapi di depan. Aku tidak perduli dan mulai menggosok seluruh tubuhnya.
Paling enak ketika mengusap-usap tetek kecilnya dan menggelitik kemaluannya. Penisku jadi makin keras. Setelah dia selesai kumandikan, Aling ingin pula menyabuni sekujur tubuhku. Aku memang perlu bantuan menyabuni tubuhku bagian belakang, karena tidak bisa kugapai dengan tanganku.
Jadi apa salahnya aku terima tawaran Aling menyabuniku. Dia bukan hanya menyabuniku, tapi malah mempermainkan “ buntutku”. Di sabuninya agak lama di bagian itu dengan gerakan seperti mengocok. Dia bahkan meremas-remas kantong zakarku sampai aku kesakitan.
Dia merasa bentuk kemaluanku aneh. Di pegang-pegang dan dikocok begitu aku jadi naik nafsuku. Dia membersihkan penisku, tanganku menggapai teteknya dan memeknya. Tapi tidak berlanjut karena aku buru-buru dan berakhirlah dengan diguyur shower bersama.
Di kantor aku kurang bisa berkonsentrasi, mengingat kejadian di rumah tadi. Pikiranku terbelah antara menghentikan kegiatan mandi bersama dan ingin melanjutkan aksi mandi ke aksi lainnya.
Sampai dirumah sepulang aku kerja. Aling menyambutku, dan celakanya dia masih telanjang. Katanya dia menungguku untuk dimandikan sore hari.
Aku memang terbiasa mandi sepulang kerja. Kalau tidak mandi aku tidak bisa tidur, karena merasa badanku lengket, oleh bekas keringat seharian tadi.
Nafsu mendorongku untuk menerima permintaan Aling dimandikan, sekalian aku juga mandi. Jadilah aku mandi bersama lagi untuk kedua kalinya. Kali ini agak berbeda, karena nafsuku sudah mulai mencapai ubun-ubun. Jadi ketika Aling membersihkan bagian kemaluanku dia kuminta sekalian mengocok dengan mengajarinya.
Aku merintih nikmat ketika tangan Aling mengocok penisku, sampai akhirnya spermaku keluar. Terasa lepaslah beban nafsuku ketika ejakulasi tercapai. Aling banyak bertanya dan kujawab seadanya mengenai hal yang dia tanyakan.
Selepas mandi aku malas mengenakan celana lagi. Aku hanya mengenakan sarung. Sementara Aling langsung menyelinap di bawah selimut sambil menyambar remote TV.
Aku jatuh tertidur setelah berejakulasi. Aku terbangun sekitar jam 1 tengah malam karena sesak kencing. Kulihat Aling tidak memakai selimut yang biasa dia pakai, malah ikut masuk ke dalam selimutku. Dia tidur dengan bugil pula.
Sekembali dari buang air kecil aku masuk ke dalam selimut. Desakan ingin kencing mengakibatkan penisku menegang. Tetapi setelah kulampiaskan desakan kencing, penisku masih menegang. Kalau ini mungkin akibat rangsangan melihat Aling bugil tidur di dalam selimutku.
Aku melepas sarungku dan ikut bugil masuk ke dalam selimut. Aku peluk Aling sehingga badan bugil kami berdua saling bersentuhan. Aku remas halus payudara kecilnya dan sesekali membelai memeknya. Rupanya diperlakukan bagitu Aling risih sehingga dia berbalik tidur membelakangiku. Aku jadi seperti tersengat mengingat kelakuanku barusan. Aku pun lalu tidur membelakangi Aling.
Sampai pagi tidak terjadi insiden. Aku hanya mengenakan sarung sambil sarapan, sementara Aling tetap bugil. Dia kembali minta mandi bersamaku. Kali ini penisku tidak terlalu kaku. Tapi tanpa kuminta Aling sudah mengocok penisku sampai muncrat lagi.
Benar-benar kosentrasi kerjaku terganggu oleh perkembangan di dalam rumahku. Aku jadi ingin buru-buru pulang ke rumah. Entah darimana datangnya gagasan, kali ini aku jadi ingin menonton DVD blue. Sambil berjalan pulang aku mampir ke lapak penjual DVD yang banyak di sekitar jalan ke rumahku. Sampai di rumah plastik tentenganku yang berisi DVD XXX dibuka Aling. “ Ih film jorok ya,” kata Aling.
Aku diam saja. Setelah selesai makan malam , kami nonton TV di kamar aku mulai memutar DVD yang kubeli tadi. Aling mulanya malu melihat adegan orang bersenggama, tetapi lama-kelamaan dia banyak bertanya tentang adegan yang terpampang di TV. Aku jawab apa yang ingin dia tau.
Aku tidak tahu pasti apakah anak seusia Aling yang belum mendapatkan haid, terpengaruh atau terangsang melihat adegan di film blue itu. Yang jelas aku terangsang sehingga aku menarik aling ke pelukanku sambil kami menonton.
Posisi nonton sambil berbaring agak kurang asik . Aku bangkit duduk dan Aling kutarik duduk dipangkuanku. Sambil kami menonton berdua bugil, tanganku meremas-remas kedua tetek kecil Aling. Dia diam saja dan terus menonton. Puas meremas-remas tetek kecil, tanganku turun ke selangkangannya.
Jari tengahku mengusap-usap belahan memeknya. Dia menggelinjang-gelinjang karena geli katanya. Tapi aku terus mengusap-usap belahan memeknya yang rapat itu, sampai terasa ada cairan yang keluar dari dalam lubang vaginanya. Aku mencari clitorisnya dan membelainya. Aling menggelinjang dan kadang-kadang mengejang saat jariku membelai clitorisnya.
Keinginan ku jadi memuncak, aku ingin mengoral Aling. Dia terheran-heran ketika kusuruh telentang dan membentangkan kedua pahanya. Aku langsung membenamkan wajahku di selangkangannya dan lidahku langsung mengusap memeknya.
Ujung lidahku menemukan titik clitorisnya. Aling menggelinjang , mungkin linu atau geli. Aku tidak langsung menjilati ujung clitorisnya, tetapi di seputar batang clitorisnya. Aling mengejang-ngejang sampai akhirnya dia menghimpit kepalaku dengan kedua pahanya. Aku merasa memeknya berdenyut-denyut. Mungkin dia mendapat orgasmenya yang pertama kali seumur hidupnya.
Aku menyudahi mengoralnya dan selanjutnya aku minta dia mengoral penisku seperti yang dia lihat di filim. Dia mulanya merasa jijik, tetapi setelah kuminta beberapa kali akhirnya dia mau mencoba. Dari mulai agak kaku, akhirnya dia luwes menjilati dan menghisap penisku dan menjilati kantong zakarku.
Aku akhirnya mencapai klimaks dengan menyemburkan spermaku. Tapi tidak kusemburkan ke dalam mulutnya, aku sengaja membekap penisku ketika berejakulasi. Selesai membersihkan diri kami tertidur pulas sampai pagi.
Kegiatan saling mengoral berlangsung sekitar seminggu. Bukan aku tidak ingin untuk menyetubuhi Aling, tetapi aku ragu untuk merusak keperawanannya. Lagi pula masih seusia 12 tahun vaginanya belum layak untuk dietrobos. Dulu ketika memerawani istriku yang sudah 21 tahun, susah dan dia kesakitan. Jadi aku berkesimpulan, cewek usia 12 tahun pasti lebih susah dan lebih sakit.
Itulah pemikiran yang menghalangiku sehingga tidak segera memerawani Aling. Sejak kami mengenal hubungan oral, kami jadi semakin akrab dan Aling juga semakin manja. Dia telah tumbuh menjadi gadis cantik berkulit putih, dengan hidung mancung dan bibir tipis.
Tingginya agak sedikit lebih dibanding rata-rata anak seusianya. Aling sudah mulus kulitnya, tidak ada lagi bintik-bintik kecil di sekujur tubuhnya. Kulitnya putih bersih dan puting susunya berwarna merah muda. Di bagian kemaluaannya mulai terlihat satu dua lembar rambut halus.
Sebagai cewek Aling termasuk cakep. Jika dia mengenakan pakaian untuk jalan-jalan ke mall, orang pasti menyangka dia anak orang kaya. Tidak terlihat bahwa dia awalnya berasal dari kawasan kumuh. Kami berdua sering jalan-jalan ke Mall. Mungkin orang mengira Aling adalah anakku, karena kulitku juga agak putih. Dia kini sudah mengenakan miniset, karena buah dadanya makin besar.
Otaknya cukup encer, sehingga pelajaran yang seharusnya ditempuh dalam 3 tahun, dalam kurang dari setahun dia sudah menguasai. Mulanya tulisan Aling sulit dibaca, tetapi berkat aku rajin melatihnya menulis di atas kertas tissu yang mudah robek, tulisannya kini bagus dan bisa cepat menulisnya.
Satu hal yang diluar perkiraanku, sebagai cewek Aling termasuk agresif. Dia tidak segan-segan memintaku mengoralnya kalau dia sedang horny. Itu bisa datang ketika pagi hari saat baru bangun tidur, atau sepulang aku dari kantor, atau menjelang tidur. Kalau sedang kepingin tanpa tedeng aling-aling dia langsung mengutarakannya kepadaku.
Kebiasaannya mencuri sudah hilang. Berapa pun uang yang kuletakkan di sembarang tempat, selalu utuh. Aku memberinya uang jajan yang memadai, serta dua buah HP masing masing yang CDMA dan GSM. Aku berhasil memeperbaiki dan sekaligus merusak kehidupan Aling.
Aling sering memutar sendiri DVD porno. Ini aku tahu karena setelah aku pulang kerja dia banyak menanyakan mengenai adegan-adegan tertentu di film bokep itu. Dia bertanya, apakah jika memeknya dimasuki penis rasanya enak.
Aling terkesan melihat mimik cewek di film-film itu seperti keenakan. Aku jelaskan jika sesama orang dewasa tentu enak. Namun pada awalnya semua cewek akan merasakan sakit saat pertama kali diterobos. Bahkan sampai berdarah. Aling tahu itu, karena beberapa koleksiku memang mengenai defloration.
Entah disebut, celakanya atau untungnya, Aling mengajakku mencobanya. Aling meremas-remas kemaluanku yang masih bersembunyi dibalik celana. Dia membuka resletingnya dan memelorotkan celana luar sekaligus celana dalamku.
Aku waktu itu sedang duduk di sofa sambil merokok. Penisku masih tidur ketika aku ditelanjangi Aling. Dia langsung mengoralku sampai penisku meneang. Setelah itu kubiarkan saja apa yang akan dilakukan Aling.Dia membuka semua bajunya sampai bugil lalu menaiki pangkuanku dan jongkok di atas penisku.
Dia meraih penisku yang tegak dan di arahkan ke kelubang memeknya. Aling berusaha memasukkan ujung penisku ke memeknya, tetapi terlihat sulit masuk, karena meleset terus. Kalaupun sudah tepat ketika dia coba memasukkan, dia meringis sakit.
Aku jelaskan sulit masuk tanpa ada pelicin. Aku kemudian mengajaknya ke tempat tidur dan minta dia mengambil jelly yang biasanya kami gunakan untuk mengocok penisku. Dia melumari seluruh ujung penisku . Aku tdiur telentang. Aling kembali mencoba memasukkan pnisku dengan posisi dia jongkok di atasku.
Penisku relatif mudah menguak belahan memeknya yang rapat itu. Ketika dia tekan penisku bisa menyeruak agak kedalam. Aling merasakan sakit, tetapi dia berusaha menahannya. Sampai pada selaput daranya, dia tidak kuat lagi menahan rasa sakit.
Aling mencoba menaik turunkan badannya sehingga batangku yang baru masuk sepertiganya lancar keluar masuk memeknya. Sampai batas di selaput daranya, dia berusaha menekan lagi agak keras, sehingga akhirnya jebol selaput perawannya. Aling merasa sakit sekali, sehingga dia rubuhkan badannya ke dadaku.
Aling diam tidak bergerak. Aku lalu memeluknya dan dengan hati-hati agar penisku yang sudah terbenam penuh ke dalam memeknya tidak sampai lepas dan membalikkan posisinya. Pelan-pelan aku genjot di ruang memeknya yang terasa sangat sempit. Aling masih merasa sakit, tetapi tampaknya tidak sesakit pada awalnya tadi.
Aku tidak mampu bertahan lama mengocok penisku di dalam lubang sempitnya. Aku melepaskan ejakulasiku di dalam memek Aling. Ketika kucabut, cairan spermaku meleleh keluar bersama dengan darah, namun tidak terlalu banyak. Di sekujur batangku juga terlihat sedikit darah.
Kata Aling rasanya sakit, dan tidak enak. Aku jelaskan pada awalnya memang begitu, tetapi nanti akan terasa enaknya.
Aling merasakan perih di kemaluannya, sampai kalau dia buang air kecil masih terasa perihnya. Dua hari dia tidak berminat melakukan hubungan sex.
Di hari ketiga ketika itu hari Minggu, aku seharian di rumah. Aku ingin mencoba memek Aling. Dia mulanya menolak, kartna takut sakit. Setelah kubujuk dan dan kuyakinkan, bahwa sekarang sudah tidak sakit lagi, Aling akhirnya mau mencoba.
Dengan melumuri jelly, aku mencoba penetrasi ke memek Aling. Dia masih merasa agak sakit, tetapi, penisku relatif mudah terbenam ke dalam memeknya. Aku menggenjotnya perlahan-lahan. Aling tampaknya mulai merasakan nikmatnya hubungan sex, ini terlihat dari reaksinya ikut menggoyang-goyangkan pinggulnya.
Memeknya yang masih sangat sempit membuat aku tidak mampu bertahan lama sehingga lepaslah ejakulasiku di dalam memeknya. Tidak ada lagi darah. Kata Aling memeknya masih agak sakit, tapi dia juga merasakan nikmat. Kata dia memeknya terasa penuh sekali ketika penisku berada di dalamnya.
Aling merasa belum mencapai orgasme, lalu dia memintaku untuk mengoralnya sampai dia mencapai klimaks. Pada hubungan yang ketiga dan seterusnya Aling sudah tidak lagi merasakan perih. Namun untuk mencapai klimaks dia belum bisa hanya melalui hubungan sex saja, dia selalu minta aku mengoralnya sampai dia klimaks.
Setelah sebulan lebih Aling baru mampu mencapai klimak melalui hubungan sex. Setelah dia merasakan nikmatnya sex, dia malah sering minta aku menyetubuhinya.
Saat itu Aling belum mendapat mensturasi. Padahal tubuhnya sudah makin berkembang. Aku paling kagum melihat pantatnya yang bulat. Jika dia mengenakan celana pendek, pemandangan pantatnya sangat mempesona.
Aku dan Aling sudah seperti suami istri, meski beda umur kami jauh sekali. Dia pun makin betah tinggal bersamaku.
Aku sering menemukan dia sedang bertelepon dengan ibunya. Setelah mengetahui bahwa Aling berhasil lulus ujian SD dan masuk ke SMP, Ibunya mendatangiku. Mulanya dia berterima kasih, karena telah mendidik anaknya. Dia mengharap aku mau terus mengasuh Aling. Bahkan dia minta aku jika tidak keberatan, aku mau menerima Memey untuk menjadi anak asuhku.
Memey belum bersekolah, padahal umurnya sudah 9 tahun. Aku prihatin melihat nasib gadis kecil ini. Jika aku tidak menerimanya menjadi anak asuhku, mungkin Memey akan tetap tidak bersekolah. Tetapi kalau aku terima, tanggung jawabku jadi makin besar. Aling pun merengek ke aku agar aku mau menerima Memey.
Karena rasa kemanusiaan, akhirnya kuputuskan untuk menerimanya. Aling kutugaskan untuk mendidik adiknya. Kehadiran Memey tentu merubah hubunganku dengan Aling. Kami tidak bisa lagi berhubungan sex, kecuali jika Aling menyuruh Memey pulang sebentar kerumahnya. Juga tidak bisa lagi menonton bokep.
Aling rupanya merasa terganggu oleh kehadiran Memey itu, karena dia tidak leluasa melampiaskan keinginan sexnya.
Entah apa yang diajarkan ke Memey, Suatu hari Minggu Aling memintaku memandikan Memey. Dengan malu-malu setelah didahului Aling bertelanjang, akhirnya Memey ikutan telanjang. Badannya sangat mulus. Di usia 9 tahun dia belum memiliki cembungan di payudaranya, apalagi memeknya masih gundul pelontos.
Aku diminta Aling juga telanjang. Jadilah kami mandi bersama bugil. Aling mengajarkan Memey mengocok kontolku. Aku membiarkan saja dan menunggu skenario apa yang disiapkan Aling. Gerakan Memey karena malu masih kaku. Tetapi sensasi di kocok oleh tangan anak umur 9 tahun sangat nikmat, sehingga aku akhirnya memuntahkan spermaku.
Alingpun kemudian mengajari adiknya untuk mengoralku ketika kami tidur bertiga. Sampai sejauh ini, kami belum melakukan hubungan sex di depan Memey. Aling kelihatannya mempersiapkan skenario bertahap untuk mendidik adiknya mengenal sex. Dia mulai mengajak adiknya menonton film bokep.
Puncaknya aku diminta Aling memerawani Memey.
Aku pikir tidak mungkin aku bisa memerawani anak usia 9 tahun. Memeknya saja dimasuki jari, terasa sempit, apalagi batang penisku yang besarnya berlipat kali dari jari. Namun Memey bersikeras agar aku memerawani adiknya.
Kembali dengan bantuan jelli aku mencoba memasukkan batang penisku. Memey menangis tersedu-sedu ketika akhirnya aku bisa menerobos keperawanannya. Lubangnya sempit luar biasa. Penisku terasa sangat terjepit di dalamnya, sehingga aku tidak memaksa membenamkan seluruh batang penisku.
Setelah Memey berhasil diperawani, Aling mulai leluasa melakukan lagi hubungan denganku di depan adiknya. Setelah rasa sakit di memek si Memey sembuh beberapa hari kemudian aku diminta Aling mencoba lagi. Memey masih merasakan sakit. Untuk mengobati rasa sakitnya aku mengoralnya.
Dia senang dioral. Katanya geli-geli enak. Memeypun kadang-kadang mengejang merasakan nikmatnya dioral. Mungkin setelah 5 kali aku berhubungan dengan Memey, baru penisku lancar keluar masuk. Tapi itupun masih dibantu Jelly.
Sejak itu aku bergantian melakukan sex dengan Aling dan Memey. Meski tidak lagi merasakan sakit, tetapi Memey lebih suka aku oral daripada di penetrasi. Mereka berdua sering mengeroyokku, Jika Aling menduduki pensiku, maka adiknya menduduki mulutku.
Di umur 10 tahun dada memey mulai berkembang. Teteknya mulai menyembul, tapi memeknya masih tetap gundul. Wajah Memey lebih cantik dari Aling. Dia tidak terlalu terlihat chinese banget, walau kulitnya juga putih.
Memey berhasil juga aku asuh dan aku rusak. Tetapi dia sekarang sudah lulus SD dan memasuki SMP. Sedangkan Aling sudah lulus SMP. Dia menjadi gadis cantik, adiknya juga manis. Aku tidak tahu sampai kapan mereka akan hidup bersamaku. Aku dari seorang yang normal, kini menjadi pedopil.