Cerita Sex Pancingan Hawa Nafsu – “Mang… beneran Mang gak inget siapa yang bawa Putri waktu itu?”. “bener non… waktu itu Mang Darso lagi ada di dapur…”. “lho? terus gimana caranya Putri di bawa ke kamar?”, kata Putri sambil terus memainkan jemarinya di sekitar penis Darso yang sudah loyo itu. “kalo soal pintu depan…emang Mang Darso lupa kunci…’n kalo soal kamar non…mungkin orang itu nemu kunci kamar non di tas non…”.
“mm…bener juga…ya kali ya Mang…”. Putri semakin penasaran dan ingin tahu siapa yang menolongnya. Putri memeluk Darso lebih erat seolah-olah gadis cantik itu tidak ingin Darso lepas dari pelukannya. Darso pun merangkul Putri lebih erat. Darso sangat suka jika Putri sudah memeluknya karena tubuh Putri begitu hangat dan wangi.
Seperti biasa, mereka berdua melewati masa-masa intim setelah bersenggama dengan saling berpelukan dan diam menikmati kesunyian malam. Dan kadang mereka berciuman dengan sangat mesra dan penuh rasa kasih sayang sebelum akhirnya mereka berdua tidur. Sudah 2 minggu setelah Putri masuk sekolah lagi.
Ngocoks Dan selama itu pula, Putri tetap mencari-cari jawaban atas pertanyaannya itu. Tapi, tak tahu harus mulai darimana, Putri akhirnya menyerah.
“non Putri…Mang Darso sebentar lagi mau pergi…”.
“emang Mang Darso mau pergi ke mana?”.
“mau perpanjang KTP abis itu mau ke rumah saudara Mang…”.
“lama nggak?”.
“ya mungkin sore ato malem baru pulang…”.
“yah lama banget…kalo gitu Putri ikut aja…yah? yah?”, kata Putri memegang tangan Darso.
“aduh non…Mang sih emang pengen ngajak non Putri…tapi ntar sodara Mang ngomongin kalo non Putri ikut…”.
“yah…Mang Darso jahad ah…”, Putri manyun. Darso mengangkat dagu Putri.
“jangan marah dong non…”. Darso mengelus-elus pipi Putri.
“iya Mang…Putri nggak marah kok…Mang Darso mau pergi jam berapa?”.
“sekarang non…”.
“o ya udah…bentar…Putri ambilin bajunya…”. Putri membuka lemarinya yang kini tak hanya ada bajunya saja yang ada di sana, tapi juga pakaian Darso.
“nih Mang…”.
“makasih non…”. Darso mengenakan pakaian yang diberikan Putri.
Putri pun merapihkan pakaian Darso. Darso iseng, dia menarik lubang leher baju Putri ke depan sehingga dia bisa mengintip payudara Putri.
“Mang Darso ngintip-ngintip nih…”, ujar Putri manja sambil terus mengancingkan baju Darso seolah tak terjadi apa-apa.
“hehe…”.
“nah…udah Mang…udah rapih..”.
“makasih ya non…”. Putri dan Darso keluar kamar.
“pulangnya jangan lama-lama ya Mang…awas kalo nglayap…”, ancam Putri, sudah seperti istri beneran Darso saja.
“iya non…tenang aja…abis selesai di rumah sodara…Mang Darso langsung pulang..”. Tentu saja, buat apa Darso ngelayap kalau di rumah sudah ada gadis cantik yang setia menunggunya.
“yaudah Mang…ati-ati ya Mang…”.
“iya non…”. Sebelum membuka pintu depan, mereka berdua berciuman lagi, penuh kehangatan dan mesra, lama sekali.
Keduanya sama-sama tidak mau melepas ciumannya. Padahal hanya beberapa jam saja mereka akan berpisah, tapi ciuman yang mereka lakukan seperti pasangan yang akan berpisah bertahun-tahun. Akhirnya mereka berdua saling menjauhkan bibir mereka masing-masing.
“udah ya non…Mang pergi dulu…ati-ati di rumah…kunci pintunya…”.
“iya..iya…Mang juga jangan lupa pesen Putri tadi ya…”.
“tenang aja non…daahh..”.
“daahhh…”. Putri tetap berdiri di ambang pintu sampai Darso belok dan tak terlihat lagi. Putri menutup dan mengunci pintu. Dia bingung mau apa, Putri akhirnya duduk di sofa saja sambil menonton tv. Dan tanpa sadar Putri tertidur karena kurang tidur tadi malam.
Putri terbangun sendiri, segar sekali rasanya setelah ngulet beberapa kali. Jam menunjukkan pukul 10 pagi, sperma Darso bekas tadi malam yang ada di beberapa bagian tubuh Putri kini sudah benar-benar mengering dan menjadi kerak membuat Putri jadi agak tidak nyaman dengan tubuhnya sendiri. Putri mandi membersihkan tubuhnya yang belum di bersihkan sejak ‘dipinjam’ Darso tadi malam. Biasanya hari Sabtu dan Minggu pada jam segini, Putri belum bisa mandi karena masih ‘sibuk’ di ranjang bersama Darso.
“ting tong…ting tong…”.
“siapa pagi-pagi gini?”, tanya Putri sambil bergegas mengenakan baju rumahnya dan segera berlari ke pintu depan.
“iya..iya…”.
“ha..hai…Putri…”. Putri terbengong tak percaya siapa yang ada di depannya sekarang.
“ka..kak..Anita?”.
“gue mau ngomong sesuatu ke lo, Put…lo mau gak dengerin gue?”. Putri jadi bingung harus bilang apa, salah satu dari daftar orang yang dibencinya kini ada di depannya.
“Put?”.
“eh…iya..kak..ayo masuk…”. Putri belum membuat rencana balas dendamnya, tapi 1 dari 3 orang yang dibencinya sudah ada di depannya.
“sebentar..kak..”. Rasa benci yang besar tak membuat Putri jadi tidak santun. Sebagai tuan rumah, dia tetap membuatkan minuman untuk Anita.
“kak Anita..mau ngomong apa?”. Putri jadi agak canggung, padahal dulu dia dan Anita lumayan dekat dibanding ke Renata dan Nadya. Anita langsung jongkok di depan Putri dan menangis di paha Putri.
“maafin gue Put…maafin gue Put…gara-gara gue, Rena, ‘n Nadya…lo udah gak perawan lagi…”.
“pasti lo susah payah jaga keperawanan lo…maaf banget…gue ngerti kalo lo nggak mau maafin gue…”. Tiba-tiba rasa benci Putri jadi hilang.
“iya kak…gak apa-apa…”, jawab Putri tenang. Anita menatap Putri, tak percaya jawaban yang keluar dari mulut Putri. Putri membuat Anita duduk di sebelahnya lagi.
“lo..maafin gue, Put?”.
“mm…sebenernya gue gak bisa maafin juga..tapi…semuanya gak bisa balik lagi…”.
“gue bener-bener minta maaap banget ama lo…gue gak bisa ngentiin Nadya ‘n Rena ngancurin cewek polos kayak lo…”.
“iya kak iya…semua udah lewat..”.
“makasih banget Put…gue ngomong gini karena gue takut lo mau bunuh diri lagi..kayak waktu itu…”.
“bunuh diri?? jangan-jangan…”.
“iya, Put…gue yang nolong lo…”.
“nggak mungkin?”.
“bener, Put..gue yang nolong lo…”.
“gak mungkin !!”, Putri masih menolak kalau orang yang selama ini ia cari-cari adalah orang dalam daftar balas dendamnya.
“suer, Put…gue nolong lo karena gue takut merasa bersalah banget kalo lo ampe bunuh diri…”.
“lo masih gak percaya? nih…”. Tiba-tiba Anita langsung memagut bibir Putri dan memperagakan saat dia memberi nafas buatan ke Putri waktu itu.
“gimana, Put?”.
“mm…”. Anita berpikir Putri belum percaya jadi dia memagut bibir Putri lagi. Tapi, kali ini, Anita dan Putri sama-sama memejamkan matanya. Putri merasa memang benar Anita yang menolongnya karena rasanya sama seperti waktu itu. Tapi, ada perasaan aneh yang muncul tiba-tiba. Anita merasa bibir Putri sangat lembut, Anita pun tergoda memagut bibir Putri lebih.
Dan tanpa sadar, Putri membalas Anita. Mereka berdua pun jadi saling melumat bibir. Kadang Anita yang mengulum bibir Putri, dan kadang sebaliknya. Lidah mereka pun juga sudah saling belit-membelit. Begitu nikmat ciuman mereka. Putri sadar, tak seharusnya ia menyukai ciuman Anita, tapi Anita sangat ahli mencumbu Putri. Anita menuruni leher Putri.
“ehhh…”. Anita mencumbui bahkan menjilati leher Putri. Putri melirih pelan, menikmati rangsangan dari Anita.
“nggak…”. Putri mendorong Anita. Wajah Anita memerah, ditolak Putri. Anita sendiri juga tidak tahu kenapa tiba-tiba muncul nafsu saat mencium Putri tadi.
“maaf, Put…”, keadaan pun jadi canggung lagi. Mereka berdua diam dan memandang ke arah lain.
“lo percaya Put sekarang?”, Anita memecah keheningan.
“mm…”.
“o ya waktu itu…gue pakein cardigan ke lo…warna item ‘n celana jeans…”.
“cardigan?”. Putri mulai percaya karena dia ingat cardigan itu.
“coba lo cek…”.
“bentar, kak…”. Putri kembali dengan membawa cardigan hitam yang dimaksud.
“yang ini?”.
“coba lo liat…ada inisial AI di label kerah…”.
“jadi…ini emang cardigan kak Anita…kenapa? kenapa kak Anita nolong Putri? kenapa kak Anita gak biarin Putri mati aja?”. Air mata keluar dari sela-sela mata Putri. Anita memegang kedua bahu Putri.
“maaf Put…gue gak bisa ngebiarin lo…soalnya lo sama ama gue…terjebak Renata ‘n Nadya…”.
“maksud kak Anita?”.
“iya…lo ngingetin gue dulu…nasib gue juga kayak lo sebenernya…tapi gue gak mau nyerah ‘n mau balas dendam ke mereka…”.
“jadi…kak Anita gak suka sama kak Rena ‘n kak Nadya?”.
“iya…gue benci banget ama mereka…”.
“terus kenapa kak Anita masih jadi anak buah mereka?”.
“gue nunggu waktu yang tepat…tapi sampe sekarang..gue gak pernah dapet kesempatan…’n malah ada lo..korban baru mereka…maafin gue…gak bisa nolong lo..”.
“gak apa-apa kak…kayaknya emang udah takdir Putri…”. Putri hampir menangis lagi.
“tenang Put…mulai sekarang…gue bakal ngelindungin lo dari 2 cewek sialan itu…”. Anita merangkul Putri untuk membuatnya merasa nyaman. Putri menyandarkan kepalanya ke pundak Anita. Anita membelai rambut Putri. Lalu mereka berhadap-hadapan, saling bertatapan. Putri menutup matanya dan mendekatkan bibirnya ke bibir Anita.
Ciuman hangat itu terjadi lagi, tapi keduanya menyadari sepenuhnya ciuman kali ini. Dan keduanya juga sama-sama menginginkannya. Setelah berciuman lumayan lama, bibir mereka pun terlepas. Mereka berdua saling bertatapan lagi.
“Putri…lo emang bener-bener cantik…”.
“makasih kak…”. Anita menciumi leher Putri lagi.
“hmmhhh…”, lirih Putri mendongakkan kepalanya memberi keleluasaan bagi Anita. Tangan Anita menyingkap kaos Putri secara perlahan. Putri tak menunjukkan penolakan, Anita kini beralih ke dada Putri. Anita kaget karena mengetahui Putri tidak memakai bh saat dia meremas payudara Putri perlahan.
Dengan bantuan Putri, Anita melepas kaos Putri. Payudara Putri yang bulat dan putih mulus itu menjadi sasaran ciuman Anita. Anita gemas sekali dengan kedua buah payudara Putri yang begitu bulat dan kenyal itu. Ciuman dan jilatan mendarat di sekujur kedua buah payudara Putri.
“kaakhh…”, lirih Putri saat Anita mulai menjilati dan mengemuti kedua putingnya. Tangan Anita menyelinap ke dalam celana Putri. Anita menyelipkan jari tengahnya ke belahan vagina Putri dan menggosok-gosoknya secara perlahan untuk membangkitkan gairah Putri sambil menciumi leher Putri lagi. Tubuh Putri terasa semakin panas, begitu juga dengan udara di sekitarnya.
Semakin Putri merasa ‘panas’, secara alami tubuhnya seperti mengeluarkan aroma wangi yang menenangkan bagaikan aroma terapi. Itu terjadi tanpa Putri sadari, tapi Putri tahu hal itu karena Darso bilang kepada Putri. Setelah meraba-raba sebentar, akhirnya Anita menemukan lembah kenikmatan Putri.
Tubuh Putri bergetar dan kedua pahanya sedikit menutup merasakan sensasi jari tengah Anita yang mulai memasuki vaginanya. Mulut Putri terbuka sedikit, desahan lembut keluar dari mulut mungil Putri dan perlahan dia melebarkan kedua pahanya, mulai terbiasa dan merasa nyaman dengan keberadaan jari tengah Anita yang terus bergerak keluar masuk liang vaginanya.
Anita menjilati telinga kiri Putri, membuat Putri menurunkan kepalanya ke kiri menutupi kupingnya karena rasanya geli. Tak salah kalau Darso sering menyebut Putri ‘si pancingan hawa nafsu’ karena wajah imutnya, kulitnya yang putih mulus, dan tubuhnya yang mungil nan sexy itu tidak hanya bisa memancing nafsu para pria, tapi juga wanita seperti Anita sekarang.
Apalagi, Putri sangat mudah terangsang karena tubuhnya yang memang sensitif terhadap sentuhan. Untungnya, setelah kehilangan kesuciannya, Putri bisa menjaga dirinya dan berhati-hati dengan tubuhnya sendiri karena dia tahu kalau dia sangat ‘sensitif’. Sejak dinodai Arman, si bandar narkoba, Putri tidak pernah membiarkan ada laki-laki yang menyentuhnya selain kedua punggung tangannya atau pundaknya.
Telapak tangan Putri pun bisa membuat Putri jadi ‘aneh’ sehingga Putri tak membolehkan satu pun temannya yang pria menyentuhnya. Tak ada pria yang bisa menyentuh Putri, tak ada satu pun kecuali Darso. Sebenarnya Darso juga tidak terlalu ‘menguasai’ Putri, Darso membolehkan Putri untuk pacaran atau setidaknya punya teman dekat pria karena Darso tahu Putri masih remaja yang sedang gemar-gemarnya pacaran lagipula secara tidak resmi, Putri itu adalah adik ipar Darso meski Darso belum menikah dengan Reisha secara resmi dan meski Darso bisa bebas meniduri Putri.
Tapi, Putri tidak mau pacaran, baginya Darso itu kakak ipar, ayah, dan sekaligus pacarnya. Darso memang benar-benar beruntung, awalnya dia hanya penasaran ingin mencicipi tubuh Putri, tapi kini sama seperti kakaknya, Putri sudah bertekuk lutut dan tidak mau lepas dari Darso.
“kaaakkhhh !!!”, erang Putri mengejang mendapat orgasmenya. Anita sengaja ‘menggaruk’ liang vagina Putri agar orgasmenya benar-benar maksimal.
Tubuh Putri mengedut-edut menuntaskan gelombang orgasmenya yang tersisa. Mereka berdua sama-sama diam. Anita merangkul Putri, tangannya tetap bersemayam di dalam celana Putri.
“maaf ya Put…gue ngelakuin tadi…dari dulu gue suka sama lo….”, bisik Anita lembut…”.
“hmm…”. Putri merasa seperti sedang berada di pelukan kakaknya, nyaman dan hangat sehingga dia betah bersandar di bahu Anita.
“kak Anita suka ama Putri?”.
“iya Put…”.
“kenapa?”.
“lo cantik Put…”.
“jadi…kak Anita..?”, Putri bangun dan menatap Anita.
“oh bukan Put…gue tau yang lo pikirin…gue bukan lesbi..”.
“jadi maksudnya?”.
“gue normal…gue masih suka sama cowok…tapi pas liat lo…gue langsung suka sama lo…”.
“….”. Putri masih bingung dengan jawaban Anita. Tiba-tiba hp Putri berbunyi.
“bentar ya kak…”. Putri pun menjauh dari Anita.
“ya halo Mang?”.
“halo non…lagi apa?”.
“lagi ngobrol aja ama temen…Mang Darso lagi ada dimana? kok belum pulang sih? Mang Darso ngayap ya?”.
“nggak..nggak..non…nggak…gini non…Mang Darso diajak jenguk paman Mang Darso yang lagi sakit…jadi Mang Darso gak bisa pulang sekarang…”.
“ah..Mang Darso jahad ah..”, protes Putri dengan nada manja.
“ya abisnya gimana dong non?”.
“yaudah gak apa-apa…tapi besok Mang Darso mesti pulang ya…”.
“iya non pasti…Mang Darso gak bakal tega biarin non Putri tidur sendirian lebih dari 1 hari…hehe…”.
“janji ya? awas lho…kalo besok gak pulang..Putri kunciin pintunya biar Mang Darso gak bisa masuk…”.
“aduh..jangan non…iya non iya…Mang Darso janji deh…”.
“yaudah…Mang Darso ati-ati ya…”.
“oke non…non Putri tidurnya jangan malem-malem ya…”.
“iya…Mang Darso juga…daah…mmuuaahh…”.
“mmuuah…daah…”. Putri kembali duduk di samping Anita.
“kak Anita…”.
“iya…Put…kenapa?”.
“kak Anita malem ini ada acara gak?”.
“mm…kayaknya nggak ada Put…kenapa?”.
“kak Anita mau nggak nginep di sini? Putri nggak berani sendirian?”.
“emang pembantu lo ke mana?”.
“lagi jenguk saudaranya…kak Anita mau ya nginep di sini?”.
“o yauda deh…oke…gue nginep di sini…”.
“makasih banget kak…”. Mereka pun menghabiskan waktu dengan mengobrol bagai tak pernah terjadi apa-apa. Segala rahasia saling mereka beberkan. Putri pintar, tanpa Anita sadari, Putri merekam segala omongan Anita, untuk jaga-jaga kalau Anita cuma pura-pura dan ini semua hanya tipuan dari Renata, Anita, dan Nadya (disingkat bisa jadi RAN ya? hihi). Anita beberkan semua rahasianya sendiri mulai dari kebenciannya terhadap Renata dan Nadya sampai masalah pribadinya.
“tapi Put…gue gak bawa baju nih…”.
“pake punya Putri aja…kan badan Putri ama kak Anita sama..”.
“oh iya ya…”.
“kak Anita udah makan?”.
“belum…kita makan di luar yuk…”.
“baru Putri pengen ajakkin…ayo kak…”.
“yaudah..sana lo…ganti baju…”.
“oke..bentar ya kak..”. Putri menaruh hasil rekamannya tadi di tempat yang menurutnya paling aman di dalam kamarnya. Setelah merasa aman, barulah Putri mengganti pakaiannya. Mereka berdua pergi makan di luar sambil refreshing. Mereka pulang sekitar jam 9 malam.
“egghh…gila capek…”, kata Putri ngulet di atas kasurnya.
“Put…ntar gue tidur di mana nih?”.
“bareng Putri aja ya kak?”, pinta Putri dengan wajah imutnya.
“gak apa-apa emang?”.
“ya gak apa-apa…kan kakak ama Putri sama-sama cewek…lagian emang kak Anita mau ngapain Putri sih?”, goda Putri.
“oh iya..ya…”, jawab Anita bingung, Putri sudah berubah 180 derajat.
“yaudah Put…gue minjem baju lo ya…”.
“iya kak…pilih aja yang ada di lemari…”.
“oke…tapi gue mandi dulu ah…”. Anita pun pergi ke kamar mandi.
Tak lama kemudian, Anita keluar dari kamar mandi hanya dengan handuk yang melilit tubuhnya.
“Put…sabun mandi lo enak banget wanginya…gue make tadi…”.
“iya kak…pake aja…”. Setelah mendapatkan baju Putri yang sesuai dengan seleranya, tanpa ragu-ragu Anita meloloskan handuk dari tubuhnya. Putri memandangi tubuh Anita bagian belakang. Terlihat jelas kalau Anita sangat merawat tubuhnya. Kulitnya yang putih meski tak seputih kulit Putri terlihat berkemilauan dan berkesan halus walaupun belum disentuh.
Apalagi kedua bongkahan pantat Anita yang kelihatan enak untuk ditabuh (emangnya gendang..hihi). Sebenarnya Anita memang sengaja mempertontonkan tubuhnya ke Putri, maklum namanya cewek, Anita ingin Putri tahu kalau tidak hanya dia yang bertubuh bagus. Anita sengaja memutar tubuhnya. Putri mengagumi tubuh Anita. Payudaranya bulat dan tak ada cacat sama sekali.
Dan rambut kemaluannya begitu rapih tercukur, seperti bentuk segitiga di atas bibir vaginanya. Anita pun memakai pakaian dan segera bergabung dengan Putri. Curhat dan senda gurau mereka bagi di atas tempat tidur sambil berselimutan bagai teman yang sangat akrab. Padahal, tadinya Putri dendam kesumat ke Anita, tapi entah, rasa itu lenyap tak bersisa seperti terbawa arus sungai.
“Put…maapin gue ya..”, kata Anita mengelus pipi Putri.
“iya kak…”, nada Putri pelan. Anita pun mencium Putri lagi. Mereka berdua bercumbu dengan mesra lagi, kedua gadis cantik itu berciuman dan pelukan mereka semakin erat satu sama lain. Seperti tak ada hari esok bagi mereka, keduanya saling melumat bibir dan saling membelit lidah dengan nafsu yang menggebu-gebu.
Padahal jenis kelamin mereka sama, tapi kenapa mereka begitu bernafsu. Meski gadis normal, Anita begitu semangat melumat bibir Putri karena bibir Putri yang lembut serta wajah cantik nan imut Putri yang memang dikagumi Anita dari dulu. Sedangkan Putri, begitu bergairah karena Anita benar-benar lihai mencumbunya.
Tangan Anita merayap menuruni punggung Putri dan mengenggam kedua bongkahan pantat Putri yang langsung diremas-remas Anita. Putri langsung sadar dan tidak ingin celananya ‘dirogoh’ duluan seperti tadi, Putri pun langsung menuju langkah berikutnya. Putri menciumi leher Anita untuk melemahkan Anita. Tapi, ciuman, jilatan, dan cupangan di leher sepertinya tidak berpengaruh ke Anita.
Putri langsung berpindah ke telinga Anita. Tubuh dan Anita sedikit bergetar ketika Putri mulai menjilati telinga Anita. Putri langsung fokus menjilati kedua telinga Anita. Anita menggeliat-geliat sambil mendesahkan nama Putri dengan manja karena rasanya 51% geli dan 49% nikmat.
Tangan Anita pun sudah berhenti, tapi tetap menggenggam pantat Putri yang bulat itu karena Putri memang tidak pernah atau lebih tepatnya tidak diperbolehkan memakai cd dan bh oleh Darso baik mau tidur ataupun aktivitas sehari-hari. Putri mendorong Anita sehingga dari tidur menyamping, kini Anita tidur terlentang, Putri langsung menaiki tubuh Anita.
Putri begitu agresif menciumi wajah, kuping, dan leher Anita. Sangat agresif, seperti bukan Putri saja. Sisi liar Putri keluar. Beda sekali dengan sehari-harinya. Mungkin karena biasanya dia yang berada di bawah dan di dominasi Darso jadi ketika ada kesempatan seperti ini Putri langsung membebaskan sisi agresifnya. Dengan bantuan Anita, Putri melepaskan kaosnya yang baru saja menempel di tubuh Anita.
Dengan gemasnya, Putri mencubiti kedua buah payudara Anita. Anita dan Putri malah tertawa kecil. Lalu Putri menarik, mencubit, dan memilin kedua puting Anita. Setelah asyik memainkan kedua puting Anita, Putri melayangkan ciuman demi ciuman ke sekujur payudara Anita.
“mmmm….teeruss Puuthh…”, Anita membelai-belai rambut Putri yang mulai mengemuti kedua putingnya.
“aw..uuhh..uhh…”, lirih Anita. Putri menggigiti kedua puting Anita dengan gemasnya.
Putri menuruni tubuh Anita dan kini dia menjilati pusar Anita. Lalu Putri menarik celana Anita ke bawah dengan mudah karena bagian pinggang celananya terbuat dari karet. Padahal baru saja Anita memakai pakaian, kini dia sudah telanjang lagi. Putri mengusap-usap dan menekan-nekan klitoris Anita dengan ibu jarinya sebelum akhirnya Putri ciumi klitoris Anita berkali-kali membuat tubuh Anita sedikit kejang-kejang. Putri julurkan lidahnya dan ditempelkan ke lubang pantat Anita lalu ditarik lidahnya ke atas sampai klitoris Anita ikut terjilat.
“eemmmhhh !!”, erang Anita setiap kali Putri menyapu belahan bibir vaginanya berulang kali. Putri terlihat tidak kegok ‘berhadapan’ dengan daerah pribadi Anita. Bagaimana tidak, selama pelatihan waktu itu, kakaknya selalu menghidangkan ‘hidangan spesial’nya ke Putri karena Reisha tidak hanya mengajari Putri bagaimana caranya memuaskan pria, tapi juga memuaskan wanita.
Putri melebarkan bibir vagina Anita, Putri selipkan jari telunjuknya masuk ke dalam vagina Anita. Setelah puas mengorek
“Puuuuthhh !!!”, tubuh Anita menegang, kedua kakinya otomatis merapat membuat kepala Putri terjepit di antara paha Anita. Putri dengan tenang menyeruput cairan vagina Anita.
“uuummhhh…yeesshh..Puuth..”, lirih Anita. Putri menggunakan lidahnya untuk mengais-ngais sisa cairan yang mungkin masih ada di liang vagina Anita. Setelah yakin tak ada lagi cairan vagina Anita untuknya, Putri mengangkat kepalanya dan tersenyum ke Anita. Anita membalas senyum Putri. Putri bangun dan tidur di samping Anita yang belum menutup ‘warung’nya.
Anita mengatur nafasnya yang belum beraturan. Sementara Putri asik memainkan puting Anita dengan jari-jarinya. Tiba-tiba Anita langsung bangun, mendorong Putri dan langsung naik ke atas Putri yang kini tidur terlentang. Anita mencumbui Putri, bibir Putri diserbu habis-habisan oleh Anita. Dicium, dijilat, dan diemuti Anita. Begitu puas, Anita mencupangi leher Putri dengan ganas.
Putri terkekeh-kekeh kegelian dicupangi Anita. Sepertinya Anita ingin ‘balas dendam’ atas yang tadi. Anita menyingkap kaos Putri ke atas dan langsung menikmati kedua buah kembar Putri lagi. Membuat celah di antara kedua buah payudara Putri basah karena air liurnya. Anitapun menurunkan celana Putri dan langsung ‘menyantap’ vagina Putri.
“ooohhh !! heemmhhh !! nngghhh !!!”, ‘nyanyian’ yang keluar dari mulut Putri semakin membakar nafsu Anita untuk membuat Putri orgasme. Matanya terpejam, tubuhnya menggelinjang, desahan-desahan keluar dari mulut mungilnya, Putri mengulum bibirnya sendiri merasakan kenikmatan di bagian bawah tubuhnya.
Anita begitu lihai menggunakan jari telunjuk dan lidahnya bergantian untuk mengorek-ngorek vagina Putri. Putri menekan kepala Anita ke selangkangannya. Tak lama kemudian, Putri melenguh panjang dan tubuhnya sedikit melengkung ke atas, tak tahan lagi menerima serbuan lidah Anita di ‘lembah’nya. Cerita seks ini di upload oleh situs ngocoks.com
“srrppphh…”. Bunyi Anita yang sedang menyeruput cairan Putri sangat kencang. Meskipun ‘lelehan’ vagina Putri sudah habis, Anita tetap mengobok-obok vagina Putri. Putri tidak keberatan Anita tetap berada di selangkangannya karena begitu nikmat terasa. Dan akhirnya, Putri pun kembali merasakan puncak kenikmatannya untuk yang kedua kali.
Anita meluruskan kedua kaki Putri lalu mulai menelanjangi Putri. Kini, 2 gadis cantik itu sama-sama tak berbusana. Begitu putih dan mulus kulit mereka berdua, tak ada lecet sedikit pun di tubuh mereka. Pemandangan yang sangat erotis saat Anita mulai merangkak menaiki tubuh Putri dengan perlahan.
Anita menindih tubuh Putri dan mencium bibir Putri. Kedua payudara gadis cantik saling menempel erat. Kedua puting Anita menindih puting Putri. Lalu Anita melepaskan bibirnya dan menggerakkan tubuhnya maju mundur sehingga kedua puting 2 gadis cantik itu saling bergesekkan.
“mmmhhh…”, lirih Putri menikmati sensasi putingnya yang bergesekkan dengan puting Anita. Bagai mendapat mainan baru, Anita mengeksplorasi setiap bagian dari tubuh Putri. Bukan salah Anita jika dia begitu betah mengeksplorasi tubuh Putri karena wajah Putri yang cantik nan imut serta tubuhnya yang putih, sexy, dan mungil itu tentu akan membuat siapa saja ‘gemas’ melihatnya apalagi sudah telanjang seperti sekarang.
Meski malam ini vaginanya tidak ‘ditusuk’, sama saja seperti malam-malam sebelumnya bersama Darso, Putri merasa sangat kelelahan karena Anita rajin sekali membuatnya orgasme terus menerus. Sekitar jam 23.23, Anita dan Putri sudah sama-sama kelelahan. Mereka berdua pun tidur dengan saling berpelukan untuk saling menghangatkan karena mereka berdua terlalu lelah untuk memakai pakaian mereka lagi.
Bersambung…