Selama beberapa set berikutnya aku memperhatikan baik-baik bagaimana istriku duduk yang ternyata sulit ditebak karena terhalang oleh rok mininya.
Namun kelihatannya Lisa berusaha sangat keras untuk menjaga keseimbangan tubuhnya dalam posisi duduk di atas paha kanan Mario dengan kedua kakinya terkatup rapat. Ujung kaki Lisa hampir-hampir tidak menyentuh lantai.
Itu pun cukup membantu meringankan sedikit beban tubuhnya sehingga ia dapat tetap pada posisi yang aman. Lalu Mario mengangkat paha kanannya beberapa sentimeter dari lantai dengan menginjakkan kaki kanannya ke kaki yang lainnya.
Lisa tak dapat menjaga keseimbangannya dan akhirnya harus meletakkan kedua kakinya ke lantai. Dan satu-satunya cara adalah dengan meletakkan kedua kakinya di kanan dan kiri paha Mario.
Ya, benar, Lisa harus mengangkangi paha Mario! Roknya masih menutupi semuanya itu tapi aku tahu benar bahwa Mario dapat merasakan vagina Lisa bersentuhan langsung dengan pahanya. Kulit bertemu kulit!
Pada akhir-akhir putaran itu Mario menggerak-gerakkan kaki kanannya dengan perlahan. Perlahan-lahan naik kemudian perlahan-lahan turun. Naik-turun, naik-turun, begitu seterusnya dengan perlahan-lahan. Mario berusaha sebisa mungkin untuk membuat istriku terangsang! Rony memenangkan putaran kali ini dan mengambil alih remote.
Lisa hendak berdiri dari pangkuan Mario tapi Rony menyuruhnya untuk tetap duduk di pangkuan Mario. Mario mengacungkan jempolnya ke Rony sebagai tanda terima kasihnya.
Lalu ia kembali menaikturunkan kaki kanannya untuk memberi Lisa ‘tunggangan’ pahanya. Setelah set berikutnya Rony bertanya kepada Lisa, “Mengapa kamu enggak memakai BH malam ini, Lisa? Untuk pamer?”
“Tidak, Ron! Dengan kaos seperti ini kadang-kadang aku memang tidak memakai BH!” Lisa mengejek balik.
“Ah masa sih? Karena kamu suka pamer, aku perintahkan kamu untuk melepaskan kaos kamu. Tentunya asal Budi tidak keberatan.” Kemudian semua pandangan jatuh padaku.
Aku tidak dapat berkata apa-apa karena Rony akan membongkar rahasia perselingkuhanku dengan Maria. Dengan enggan aku mengangkat kedua bahuku dan menaruh seluruh kepercayaanku ke Lisa. Ia pasti punya batas sejauh mana keputusannya dan aku yakin kali ini pasti sudah mencapai batasnya.
Rony melanjutkan, “Begini deh, walaupun jelas-jelas Budi enggak keberatan, aku tahu kalau ini pasti susah buat kamu, Lis. Jadi aku akan kasih kamu pilihan. Aku suka melihat kaos yang kamu pakai. Ketat dan seksi.
Tapi tujuan tidak memakai BH adalah untuk melihat tonjolan puting dari balik kaos itu. Dan saat ini aku tidak melihat apa-apa. Jadi begini deh, aku kasih kamu waktu sampai set berikutnya selesai. Kamu urus deh masalah itu atau kamu harus melepaskan kaos kamu. Terserah kamu, Lisa.”
Karel membagikan kartu tanda set ini sudah dimulai. Lisa meraih sebotol bir dingin dan menempelkannya ke dadanya selama beberapa detik. Ia melepaskan botol itu dan masih mendapati putingnya belum mengeras.
Aku menjadi sedikit lega karena setidaknya ia tidak terangsang oleh semua ini. Well, setidaknya sampai saat ini. Set ini akan segera berakhir ketika Rony berkicau, “Sudah hampir waktunya untuk melepaskan kaosmu, Lisa.”
Lalu Lisa mendesah dan mulai memilin puting susunya yang masih tertutup kaos di depan semua orang! Semua ini terlihat seperti dalam adegan gerak lambat: Istriku menunggangi paha Mario sambil meremas-remas payudaranya sendiri sementara tubuhnya bergerak naik turun dengan perlahan akibat Mario yang menggenjot paha kanannya naik turun. Mengapa ia tidak mengambil keputusan sendiri dan menyudahi semua ini?!
“Waktunya habis!” Ron berseru setelah set tersebut selesai. Lisa mencubit putingnya dengan keras untuk yang terakhir kalinya dan meletakkan tangannya di kedua sisi tubuhnya. Ron menatap payudaranya dan berkata, “Nah begitu dong. Yah, boleh lah.” Kini semuanya dapat melihat dengan jelas tonjolan puting susunya dari balik kaos putihnya.
“Oke, jaga supaya terus seperti itu sampai akhir putaran ini supaya kamu enggak usah buka kaos itu,” Ron menyimpulkan perintahnya.
Putaran tersebut berakhir kurang lebih 5 menit setelah itu. Dan dalam 5 menit itu aku melihat adegan istriku menunggangi paha Mario sambil meremas-remas payudaranya sendiri demi menjaga agar putingnya tetap tegang. Namun dalam menit terakhir aku melihat ia berhenti meremas-remas buah dadanya sendiri. Dan putingnya masih mengeras!!
Mario memenangkan putaran tersebut dan meraih remote. Raut wajahnya berubah dan sorotan matanya menjadi nakal. Ia tidak berkata apa pun sampai set pertama selesai.
Ia terus menggerak-gerakkan kaki kanannya; naik dengan perlahan lalu turun lagi dengan perlahan. Lisa masih tidak menyentuh payudaranya sendiri sampai saat itu namun tonjolan puting susunya masih terlihat, bahkan terlihat lebih menonjol dari sebelumnya.
Lalu Mario bertanya kepadanya, “Lisa, apakah puting susu kamu masih tegang?”
“Iya, Mario,” Lisa menjawab dengan ketus.
“Tapi sudah beberapa menit ini kamu kan enggak menyentuh dada kamu? Kok bisa sih puting kamu masih tegang?” tanyanya lagi.
“Aku rasa ruangan ini dingin!” Lisa menjawab dengan nada yang kasar. Ia tidak memberikan apa yang Mario ingin dengar.
“Lisa, aku akan kasih kamu tawaran yang lebih baik dari tawaran Rony. Aku akan bertanya 2 hal dan kalau kamu menjawab dengan jujur, aku tidak akan memberi perintah apa-apa lagi sampai putaran ini berakhir. Kamu bisa duduk dan menonton permainan ini.”
“Boleh. Apa?” Lisa bertanya.
Mario masih mengangkat tubuh Lisa naik dan turun secara perlahan dengan pahanya. Lalu ia menahan kakinya di atas sehingga kedua kaki Lisa yang berada di kedua sisi pahanya itu terlihat kelelahan.
“Apa???!” Lisa bertanya lagi.
Mario menunggu sejenak lalu mengangkat kaki kanannya sedikit lagi dan menahannya di atas. Lisa harus membiarkan seluruh berat tubuhnya tertopang pada paha Mario. “Pertanyaan pertama: Apakah pahaku basah?”
Lisa terdiam sejenak lalu menjawab, “Ya, sedikit.”
Suasana menjadi sangat hening. Kemudian Mario berkata, “Pertanyaan kedua: Sebenarnya hanya sedikit basah atau sangat basah?”
“Aku rasa sedikit lebih basah deh, sama saja!” Lisa menjawab balik. Lisa benar-benar kesal terhadap Mario sekarang.
Mario membagikan kartu untuk set berikutnya lalu berkata, “Kalau saja kamu menjawab dengan jujur, aku pasti melepaskan kamu sampai akhir putaran ini.”
Lisa beseru, “Aku sudah jawab tadi, apa sih yang kamu mau?” Mario kemudian mengulangi pertanyaan awalnya, “Apakah pahaku ini sesungguhnya hanya sedikit basah atau sangat basah? Cuma dua pilihan kok, hanya sedikit atau sangat? Yang mana, Lisa?”
Aku rasa Lisa menyadari bahwa ini adalah paha Mario jadi sudah pasti Mario tahu kebenaran yang sesungguhnya. Akhirnya Lisa menjawab dengan suara yang pelan, “Sangat.”
Itu adalah jawaban yang parah untuk didengar. Walaupun tidak mau mengakuinya, Lisa baru saja mengatakan kepada teman-temanku bahwa dirinya menjadi sangat basah karena melakukan ini semua di depan mereka! Yah, setidaknya malam sudah begitu larut sehingga permainan akan segera berakhir.
Rony keluar sebagai pemenang di putaran tersebut dan menyuruh Lisa kembali duduk di kursinya sendiri. Ia meraih remote dan mengatakan bahwa supaya adil, ia akan kembali ke sistem memberi pilihan kepada Lisa.
Rony memberi istriku pilihan: menanggalkan rok mininya atau melepaskan seluruh pakaianku dengan hanya meninggalkan celana dalamku dan mengikat tubuhku kuat-kuat di kursi sehingga aku tidak bisa bergerak sampai putaran tersebut berakhir.
Ron menjelaskan bahwa Lisa akan memberikan pertunjukan seksi untukku dan aku ingin memastikan bahwa aku tidak dapat menyentuh dirinya. Tentu saja Ron kembali meminta persetujuanku dan apa yang dapat aku katakan dengan Ron yang bersiap untuk membeberkan perselingkuhanku.
Aku kembali hanya berharap agar istriku tidak melakukan hal yang membutuhkan interferensi fisik dariku. Lisa mulai melucuti seluruh pakaianku dan mengikat tubuhku. Sampai akhir putaran barulah Rony menyatakan bahwa ikatannya cukup kuat.
Dan memang benar, aku tidak dapat bergerak sedikitpun kecuali pergelangan tangan dan kepalaku. Karel kemudian menyeret kursiku pindah ke ruang keluarga. Saat itulah aku mulai menjadi khawatir.
Pria-pria ini bukanlah pemerkosa dan lagipula istriku tidak akan pernah melakukan hal-hal yang benar-benar seksual kepada mereka, tapi apa yang sedang terjadi??!
Mereka mulai menjelaskan sesuatu kepada Lisa di ruang kartu tempat kami bermain kartu tadi namun aku tidak dapat mendengarnya. Sesuatu yang berhubungan dengan video kamera.
Kira-kira sepuluh menit berikutnya, mereka sudah menemukan kedua video kameraku. Aku masih menduga-duga apa yang mereka rencanakan. Dan sudah pasti Lisa tidak akan setuju mereka merekam dirinya mengenakan kaos ketat itu!
Karel masuk dan menyalakan TV yang diset sehingga menayangkan video kamera dari ruang kartu. Video kamera itu ditaruh di tempat aku duduk sebelumnya sehingga aku dapat melihat istriku sedang menunggangi paha Rony.
Kemudian melalui ikatan yang dibuat Lisa tadi, Karel meraih celana dalamku lalu menariknya turun sampai ke lututku! “Hei, apa-apaan nih?!” aku berteriak.
“Nih!” jawab Karel dan ia meletakkan video kameraku yang lainnya di atas DVD player dan mengarah tepat ke tengah-tengah selangkanganku. Apa si Karel ini homo, pikirku. Lalu ia menyalakan stereo dengan suara yang besar dan pergi meninggalkan ruangan itu.
Aku berteriak memanggilnya namun ia tidak dapat mendengar dari balik dentuman musik yang keras. Aku memperhatikan TV dengan seksama untuk melihat apa yang sedang terjadi. Dengan suara musik yang keras, aku masih dapat mendengar percakapan mereka dari TV.
Mereka mulai bercerita tentang semua omong kosong tentang aku yang mempunyai fantasi seksual untuk melihatnya berhubungan seks dengan mereka semua.
Rony menjelaskan bahwa akulah yang merencanakan ini semua dan karena itulah aku tidak keberatan sama sekali atas semua ini dan membiarkan diriku diikat. Lalu di atas meja mereka letakkan TV kecil yang mereka ambil dari dapur.
Walaupun aku tidak dapat melihatnya, namun aku tahu apa yang ditayangkan di TV itu. Rony menjelaskan bahwa dengan cara ini aku tidak kehilangan kontrol setelah semua ini dimulai dan TV di atas meja itulah yang menjadi signal dariku apakah harus lanjut terus atau berhenti.
Rony menyalakan TV tersebut. Aku memandang ke arah penisku untuk melihat apa yang sedang Lisa lihat. “Penisnya keras Lisa, berarti dia mau kamu untuk lanjut terus. Itu petunjuk yang dia berikan kepada kita.” “Lisa tidak mungkin percaya! Tidak mungkin!” aku berkata kepada diriku sendiri dalam hati.
Lisa menatap layar TV yang memperlihatkan penisku lalu menatap ke arah video kamera di tempat aku duduk sebelumnya. Aku melihat istriku menatapku melalui layar TV. “Ayolah, Lisa! Jangan mau jatuh ke dalam perangkap mereka!!” aku berdoa. Lalu ia bertanya kepada Rony, “OK, jadi kalau penisnya melembek berarti itu signal bahwa kita harus berhenti?”
Rony menjawab, “Iya, dia bilang kalau penisnya sudah tidak ereksi berarti dia sudah tidak terangsang lagi oleh ini semua dan kita semua harus berhenti saat itu juga.”
Lisa kembali melihat ke layar TV yang masih memperlihatkan penisku yang keras dan menggelengkan kepalanya dengan perlahan seakan-akan ia baru mengerti semua ini. Aku mulai berpikir apa saja selain seks tapi tidak mungkin untuk membuat penisku melembek.
Kemudian Karel berkata bahwa aku berharap tiap orang dapat ikut ambil bagian sehingga ia harus menuruti perintah mereka seperti mereka telah memenangkan satu putaran.
“Lisa, berdiri,” perintah Mario setelah ia pindah ke belakang Lisa melepaskan celana panjang dan celana dalamnya. “Membungkuk dan rebahkan tubuhmu di atas meja. Dan posisikan wajahmu dekat dengan kamera,” perintah Rony.
Lisa merebahkan tubuh bagian atasnya ke atas meja dan wajahnya memenuhi seluruh layar TV di depanku karena wajahnya begitu dekat dengan kamera yang dipasang di tempat dudukku.
Aku melihat ia memalingkan wajah untuk melihat ke arah monitor untuk mengecek ulang keadaan penisku. Sial, mengapa penisku masih keras!?! Mario berdiri di belakangnya dan menaikkan roknya sedikit.
Lalu ia menampar pantat Lisa dengan keras! Lisa terlonjak tapi tidak memprotes. Rony dan Karel kemudian juga bergerak ke belakangnya dan mulai menanggalkan celana panjang beserta celana dalam mereka.
Lisa memandang ke kamera dan mengisyaratkan dengan mulutnya, “Aku sayang kamu” kepadaku. Kurang ajar, bagaimana mungkin ia percaya bahwa aku menginginkannya melakukan ini untukku?
Rony berkata, “Aku rasa sekarang sebaiknya kamu melepaskan kaosmu.” Lisa mengangkat tubuhnya sedikit dan melepaskan kaosnya. Kedua payudaranya sekarang tertekan di atas meja.
Kemudian Rony bertanya, “Lisa apakah kamu siap untuk memberikan pertunjukan yang indah kepada suami kamu?”
Karel berkata kalau ia mendapat ide lalu pergi mengambil sesuatu. Ia kembali dengan sebuah buku dan mulai menulis sesuatu dengan bantuan Rony dan Mario. Kemudian mereka memberikan buku itu kepadanya.
Rony kemudian bertanya sekali lagi, “Apakah kamu siap untuk memberikan pertunjukan yang indah untuk fantasi suamimu? Nih, untuk membuat ini menjadi lebih enak, setiap kali kami sebut suatu angka, kamu harus membacakan dengan keras apa yang tertera di buku ini.”
Lisa membaca tulisan di buku itu lalu melihat ke TV dan mendapati penisku yang masih keras. Ia ingin semua ini berakhir, aku tahu itu, akan tetapi aku tidak mampu melenyapkan ereksiku. Seberapa gigihnya aku mencoba, penisku tetap sekeras batu.
Rony membungkuk dan menulis beberapa kata lagi di buku itu. Setelah itu, ia bergabung bersama Karel dan Mario dan berkata, “OK, Lisa, nomor 1.” Ngocoks.com
Tanpa perasaan ia membaca tulisan itu datar, “Aduh, gua horny banget. Ayo dong ngentotin gua.”
Rony menampar pantatnya dan berkata, “Ingat, ini fantasi Budi. Mana percaya dia sama omongan seperti itu? Ayo ucapkan sekali lagi, kali ini buat dia pikir bahwa kamu sungguh-sungguh menginginkannya!”
“Aduh, gua horny banget. Ayo dong ngentotin gua…” Lisa berseru lebih kencang kali ini dan kedengarannya cukup dapat dipercaya. Aku tidak bisa mempercayai kalau ia benar-benar akan melakukan ini semua.
Mario maju menghampirinya dari belakang. Aku tidak dapat memastikan apakah ia benar-benar berada di dalam istriku atau tidak namun wajah Lisa mulai bergerak-gerak sedikit maju ke arah kamera.
Mario pasti sedang mendorong tubuh Lisa dengan penisnya. Lisa mengecek ke monitor TV dan Rony berkata, “Dia masih ingin kita meneruskan semua ini, Lisa.”
Setelah itu Lisa mulai bergoyang-goyang maju mundur dan tidak ada keraguan dalam diriku lagi bahwa ia sedang berhubungan seks dengan Mario, aku melihatnya tepat di depan monitor TV di depanku. Kali ini aku yakin seyakin-yakinnya! Aku berusaha melepaskan diri dari ikatan tapi usahaku sia-sia.
“Nomor dua!” Mario berseru dari belakang. “Rasanya enak sekali dimasukin elu!” kata Lisa setengah mendesah.
“Enak dimasukin siapa?” Rony bertanya.
Lisa menunggu sejenak lalu menoleh ke belakang dan menjawab, “Mario.”
“Nomor enam!” Mario berseru. Lisa kembali merujuk ke buku lalu wajahnya memelas.
“Tampar pantat gue!” kata Lisa.
Mario menampar pantatnya dengan keras dan pada saat yang sama berteriak, “Nomor tujuh!”
“LAGI!” seru Lisa.
Bersambung…