Kemudian sebuah tamparan diluncurkan lalu ia dipaksa untuk memintanya lagi dan sebuah tamparan lagi. Ini berlangsung lebih dari satu menit. “Lagi,” rengek Lisa. Setelah itu satu tamparan keras terakhir dari Mario sebelum akhirnya ia mundur. Apakah ia sudah ‘keluar’? Apakah ia mengeluarkannya di dalam istriku?! Aku tidak tahu.
Mario bergeser dan tempatnya di ambil oleh Karel.
“Nomor SATU!” Rony berseru.
“Aduh, gua horny banget. Ayo dong ngentotin gua…” kata Lisa.
Seperti sebelumnya Lisa terdorong mendekat ke kamera, namun ada yang beda kali ini. Ia terlihat kaget.
“NOMOR DELAPAN!” seru Karel.
“Gua suka ****** yang gede kaya begini di dalam gua,” kata Lisa.
Sambil memompanya dari belakang, Karel membungkuk dan bertanya tepat di telinga Lisa, “Elu suka ******* sama ****** gede kan, Lisa?”
Lisa tidak memberi jawaban, jadi Rony berseru dari samping, “Nomor delapan!”
“Gua suka ****** yang gede kaya begini di dalam gua,” jawab Lisa.
Lisa masih bergoyang-goyang maju mundur di depan kamera karena hentakan pinggul Karel.
Karel membungkuk lagi dan tepat di telinga Lisa ia bertanya dengan keras sehingga semua orang di ruangan itu dan aku yang berada di ruang sebelah dapat mendengar, “Elu suka ****** gede gua ngentotin elu, kan?”
Tidak ada jawaban. Karel masih tetap membungkuk dengan mulutnya menempel di telinga Lisa sambil terus memompa penisnya ke dalam Lisa. Wajah Lisa tertunduk ke bawah menghadap meja. Karel menjambak rambutnya dan menarik wajahnya ke atas sehingga wajahnya kini memandang tepat ke kamera dan bertanya sekali lagi, “Elu suka ****** gede gua ngentotin elu, kan, Lisa?”
Lagi-lagi tidak ada jawaban. Rahang Lisa terkatup rapat dan goyangan tubuhnya semakin cepat karena Karel benar-benar memompa ke dalam tubuhnya dengan penuh tenaga. Lisa membuka matanya dan memandangi langit-langit, terlihat jelas ia berusaha untuk menoleh ke samping tetapi Karel mencengkram rambutnya kuat-kuat.
Mulutnya masih berada di telinga Lisa dan terus berbicara kepadanya. Kini ia menggenjot sekuat yang ia bisa dan bertanya sekali lagi, “Elu suka ****** gede gue ngentotin elu, kan, LISA?”
Lisa berteriak dari balik rahangnya yang terkatup, “IYAAAA!” Tidak ada nomor yang disebut kali ini! Jawaban itu keluar dari dirinya sendiri! Ia pasti hanya mencoba menjawab apa yang mereka ingin dengarkan. Aku hanya bisa berharap itu.
“Sudah gua duga,” kata Karel sambil bergerak meninggalkan Lisa.
“Nomor satu,” kata Ron.
“Aduh, gua horny banget. Ayo dong ngentotin gua…” rengek Lisa.
Aku dapat melihat bahwa Lisa sudah lelah tapi aku tahu Rony harus mendapat gilirannya juga. Ia menyuruh Lisa untuk berdiri lalu mereka menggeser meja itu ke samping, meninggalkan satu kursi di tengah-tengah dan Rony duduk di sana menghadap ke kamera. Ia menyuruh Lisa untuk melepaskan rok mininya sebagai pakaian terakhirnya dan ia menurut.
“Lisa duduk di pangkuan gua, menghadap ke kamera. Trus ngentotin gua, karena elu bilang elu horny,” perintah Rony. Ia menghampiri Rony, memutar tubuhnya menghadap kamera lalu duduk di pangkuan Rony. “Oh enggak dong, gua enggak suka becek yang bekas orang lain. Nomor sepuluh, Lisa.”
Lisa membaca tulisan di buku itu lalu melihat ke arah monitor TV. “Gua mau dientot di anus,” katanya. Bahkan aku tidak pernah melakukan ini dengannya dan sekarang ia akan melakukannya dengan Rony, untuk pertama kalinya! Setelah mengecek keberadaan penisku di monitor TV untuk kesekian kalinya akhirnya ia dengan perlahan duduk di pangkuan Rony.
Rony mengarahkan penisnya ke liang duburnya. Aku dapat melihat semuanya dengan jelas. Tubuh Lisa basah oleh keringat sehingga pantatnya hanya bergerak turun secara perlahan menelan batang kemaluan Rony sampai ia duduk sepenuhnya di pangkuan Rony.
Tentu dengan penis Rony bersarang di liang duburnya. Rony membuka kedua kaki Lisa lebar-lebar sehingga kami semua dapat melihat apa yang terjadi. Lalu ia memberi perintah, “Sekarang, ngentotin gua Lisa! Ayo, kasih pertunjukan yang bagus!! Gerakin tuh pantat secepat yang elu bisa!”
Dengan penis Rony di anusnya, Lisa mulai menggerakkan pinggulnya dengan gerakan melingkar, Lisa mulai menunggangi Rony! Sementara Rony hanya duduk diam, istrikulah yang melakukan semua gerakan sensual itu. Mario mengambil buku itu dan menaruhnya di tangan Lisa lalu berkata, “Nomor sebelas.”
Gerakannya menjadi sedikit melambat agar dapat membaca tulisan itu lalu berkata, “Minta ****** lain dimasukin ke gua dong.” Penis Rony sudah berada di dalam anusnya, kini Karel maju di hadapannya, berdiri tegak.
Karena terhalang punggung Karel, aku tidak dapat melihat apa-apa sekarang, kecuali kepalanya. Dan Karel segera mulai memompa tubuh Lisa. Kini ada dua penis yang masuk ke dalam tubuh istriku.
Menerima dua penetrasi sekaligus, tubuhnya benar-benar lemas dan tidak ada yang bisa aku lakukan untuk menghentikan ini semua!
Mario berjalan menuju ke wajahnya dan mengeluarkan penisnya ke arah mulutnya. Lalu Lisa mulai menghisap penis itu! Tidak ada nomor yang disebut, tidak ada perintah yang diucapkan, tidak ada apa-apa, dan ia langsung melahap dengan mulutnya.
Dengan satu penis di dalam vaginanya, satu di dalam anusnya, dan satu di dalam mulutnya, Lisa mulai mendesah seperti kesurupan. Desahannya benar-benar keras, lagi dan lagi. “Mmmmppphhhhhh mmmpphhhhh….” Lisa sudah hampir berorgasme, lebih kuat dari yang pernah aku lihat sebelumnya, aku dapat melihatnya.
Tiba-tiba mereka semua menarik mundur dengan cepat meninggalkan Lisa dengan nafas yang memburu kencang dan hampir berorgasme. Ia menjadi gila.
Ia memandangi mereka dengan terengah-engah lalu menghampiri mereka setelah mendapat kekuatan untuk melangkah. Namun Ron menghentikannya dan berkata, “Jangan! Pakai lutut elu dan merangkak ke sini!” Dan ia menurut.
Istriku merangkak dengan perlahan menghampiri mereka tetap dengan wajah yang dikuasai birahi yang meletup-letup. Mario meraih video kamera lalu menyorotnya dari atas. Lisa memandang ke atas ke arah lensa kamera.
Karel menampar salah satu payudaranya. “Mmmmmppphhh” keluar dari mulut Lisa. Apakah ia suka? Satu tamparan lagi. “Mmmppphhh,” ia mengerang lalu meremas-remas payudaranya sendiri.
Satu tamparan lagi dan Rony memberi perintah, “Jangan klimaks dulu!” Aku berharap mereka dapat membiarkannya berorgasme sehingga ia dapat segera berhenti bertingkah seperti itu.
Mario masih menyorot kamera itu dari atasnya, sementara Rony dan Karel mulai menampari wajahnya dengan penis mereka. Lisa meraih kedua penis itu dan mulai mengocoknya dengan tangannya. Aku tidak pernah melihat Lisa terangsang separah ini sebelumnya!
Karel dan Rony hanya berdiri saja sementara Lisa mengocok penis mereka. Dan kelihatannya mereka berdua sudah mau mencapai klimaksnya.
Lisa merasakan hal ini dan memandangi bergantian satu penis ke penis yang lain, mencoba memilih penis mana yang harus dihisapnya sehingga ia dapat menelan semburan sperma panas dari penis mereka.
Akhirnya ia menghisap kedua penis itu bergantian. Lalu mereka berdua mulai mengejang dan Lisa menjadi panik. Tak ingin kelepasan salah satu dari penis itu, akhirnya ia memasukkan kedua penis itu ke dalam mulutnya.
Dan pada saat yang bersamaan, kedua penis itu meletup dan memuntahkan lahar sperma ke dalam mulutnya sampai penuh meluap. Walaupun ia berusaha untuk menelan secepat mungkin, masih saja lelehan sperma itu mengalir dari pinggir bibirnya.
Mario kemudian memberikan kamera itu kepada Karel lalu bermasturbasi di depan Lisa. Ia mencoba menghentikan Mario karena ia belum mencapai klimaks dan ia sangat butuh penis yang masih keras.
Namun terlambat, Mario memuncratkan cairan spermanya ke seluruh wajahnya. Lisa mulai bermasturbasi lagi agar dapat mencapai klimaks, namun lagi-lagi Rony menghentikannya. Ia memerintahkan Lisa, “Sana masuk ke ruang keluarga dan selesaikan dengan suami elu. Kasih tau dia betapa elu suka menjadi jalang malam ini!”
Lisa berlari masuk dan menerjang tubuhku. Teriakanku tenggelam dalam suara musik yang keras. Karena tidak dapat bergerak dalam ikatan di kursiku, aku hanya duduk dan menerima goyangan istriku.
Mario, Rony dan Karel pergi sementara Lisa menggenjot penisku. Lisa mengeluarkan kata-kata cabul dan mengatakan betapa terangsangnya dia lalu berorgasme dengan dahsyat! Ia turun dari tubuhku, melepaskan ikatan-ikatanku lalu tak sadarkan diri di lantai.
Butuh hampir satu bulan untuk memulihkan kehidupanku setelah lewat malam keparat itu. Aku sangat mencintai istriku sehingga aku harus menerima bahwa semua itu adalah salahku dan Lisa hanya melakukannya karena ia mencintaiku dan berpikir bahwa semua itu tak lain adalah keinginanku.
Lisa sendiri tidak pernah menyinggung kejadian malam itu denganku. Dan kupikir selama aku tidak bertemu dengan Rony, Mario dan Karel lagi, semuanya akan berakhir sampai di sini. Namun setelah itu aku mendapat e-mail dari Rony.
E-mail tersebut berisi foto Mario sedang bersetubuh dengan istriku dari belakang. Foto ini diambil dari kejadian malam itu! Mario bukan hanya menggunakan kamera-kamera itu sebagai alat tayang pada malam tersebut melainkan ia juga menggunakannya sebagai alat rekam atas semua yang terjadi malam itu.
E-mail itu juga berisi penjelasan bahwa jika aku tidak meminta satu permohonan kepada istriku, mereka akan menyebarluaskan seluruh video rekaman ke semua orang yang kami kenal.
Teman kerja istriku, teman-teman kantorku, keluarga kami, semua orang! Permohonan yang mereka ajukan sederhana saja:
Mereka ingin aku mengatakan kepada istriku bahwa aku sangat terangsang atas apa yang terjadi malam itu dan bahwa aku ingin ia mengenakan pakaian yang ia kenakan malam itu, membawa video kamera, datang ke rumah Rony, dan dalam beberapa jam itu ia harus menuruti semua perkataan mereka sama seperti yang ia lakukan di malam itu.
Di e-mail itu dijelaskan pula bahwa selama Lisa melakukan semuanya itu mereka tidak akan menyebarkan video rekaman itu ke siapapun dan bahkan mereka mungkin memberikan video-video itu kepada istriku setelah selesai.
Aku harus menuruti permintaan mereka. Aku harus mendapatkan kembali video-video itu sehingga semua ini dapat berakhir.
Memang memalukan namun aku memaksa diriku untuk datang ke istriku dan menjelaskan permintaanku untuk kali ini saja karena aku sangat terangsang dengan kejadian malam itu dan memastikan agar ia harus membawa balik video rekamannya.
Kalimat terakhir yang keluar dari mulutnya sebelum ia pergi adalah, “Aku melakukan ini semua hanya untukmu, Bud. Aku sayang kamu.”
Empat jam kemudian istriku kembali dengan wajah yang sangat lelah dan rambutnya berantakan. Saat aku hendak memeluk dirinya ia menghentikanku. Lisa mencampakkan sebuah kaset video ke tanganku dan berkata, “Nih, ini yang kau inginkan.”
Tanpa berhenti, ia terus berjalan masuk ke kamar. Lisa benar-benar kesal memikirkan aku mengirimnya untuk melakukan ini semua. Namun sebenarnya aku hanya ingin menyelamatkan pernikahan kami.
Aku bergegas ke ruang keluarga dan memastikan bahwa kaset video ini benar-benar berisi kejadian malam permainan kartu itu. Aku menarik kursiku mendekat ke TV dan menekan tombol “play”.
Setelah beberapa detik, pada layar TV-ku aku melihat sebuah ruangan namun bukan ruangan tempat kami bermain kartu! Yang kulihat adalah sebuah ruang keluarga dengan dua sofa dan sebuah meja di antaranya.
Karel duduk di salah satu sofa itu dan Rony duduk di sofa lainnya, jadi aku menduga Mario-lah yang memegang kamera.
Istriku berdiri di samping meja dan kelihatannya sedang berbicara dengan Rony namun aku tidak dapat menangkap pembicaraan mereka dengan jelas karena Mario memegang kamera dari seberang ruangan.
Video ini jelas-jelas bukan hasil rekaman malam itu! Mereka masih menyimpan kaset video tersebut dan mereka hanya memberikan hasil rekaman malam ini!
Perhatianku kembali ke layar televisi. Pengambilan gambar semakin mendekat saat Mario maju menghampiri mereka.
Aku dapat mendengar suara Rony. “Jujur saja, gua ngga tau siapa, Lisa. Budi bilang dia akan mengirim seseorang datang kemari dan kita hanya boleh melakukan foreplay sampai orang itu datang.”
Lisa sangat kesal dan hal itu terlihat dari wajah Lisa yang termakan bualan Rony. Bagaimana bisa ia percaya aku mengirim seseorang ke sana sementara aku hanya menyuruhnya menuruti perkataan Rony, Mario dan Karel.
“Jadi sampai orang itu datang, apa yang ingin elu lakukan untuk foreplay, Lisa?” tanya Karel. Mario men-zoom kamera ke wajah Lisa dan menunggu jawaban darinya. Lisa tidak menaruh minat sama sekali dan hal itu terlihat jelas dari raut wajahnya. “Apa saja. Tidak ada pengaruhnya denganku.”
Rony membungkuk meraih kolong meja dan menarik sebuah tas. Lalu ia menjelaskan, “Elu kelihatannya bosan jadi lebih baik kita segera mulai aja permainan ini. Kita bermain Truth or Dare (Jujur Atau Tantangan).”
“Lalu tas itu buat apa?” tanya Lisa.
“Isi tas ini akan membantu kita melakukan foreplay,” jawab Rony sambil mengosongkan isi tas tersebut ke atas bangku. Walau tak bisa melihatnya di layar TV, aku dapat mengira isi tas itu adalah berbagai jenis sex toy.
“Kami membeli mainan ini untuk membantu permainan Truth or Dare ini menjadi lebih menari,” Rony menambahkan penjelasannya.
Rony melanjutkan lagi, “Aturannya adalah secara bergiliran kita akan mengajukan satu pertanyaan. Elu punya satu kesempatan untuk menjawab dan kalau kita pikir elu menjawab dengan jujur, elu bisa lanjut ke pertanyaan berikutnya tanpa harus melakukan tantangan.
Tapi kalau elu menolak untuk menjawab atau kalau kita pikir elu berbohong berarti elu harus menjalankan tantangan dari orang yang sedang mendapat giliran bertanya.”
Rony meletakkan tangannya di atas mainan-mainan itu, “Dan seperti yang sudah gua bilang, mainan ini untuk membuat tantangannya menjadi lebih menarik.” Ngocoks.com
Lisa tidak menjawab dan hanya menunduk menatap barang-barang yang Rony maksud. Kemudian Mario pasti duduk di salah satu bangku di sana karena pengambilan gambar video tersebut sedikit bergerak turun namun aku masih belum dapat melihat sex toy yang berada di hadapan Lisa.
“Sebelum kita memulai ini, elu harus melepaskan BH dan celana dalam seperti malam itu,” perintah Mario.
Istriku memasukkan kedua tangannya ke balik kaosnya dan melepaskan kait BHnya. Lalu ia menarik BH itu keluar tanpa memperlihatkan tubuhnya kemudian dengan hati-hati ia menurunkan celana dalamnya sambil memastikan roknya tetap pada tempatnya.
Lisa masih mencoba mempertahankan harga dirinya walau Rony, Mario dan Karel jelas-jelas mempunyai maksud yang berbeda.
“Silakan duduk di atas meja supaya kita bisa langsung mulai,” kata Rony.
Lisa menurut. Ia duduk di atas meja, menyilangkan kakinya lalu menurunkan ujung roknya untuk menutupi pahanya, memastikan Ronny tidak mendapat ‘tontonan gratis’.
“Baik, gua mulai duluan!” kata Karel. “Lisa, elu pasti sudah menduga akan bermain seks dengan kita malam ini, jadi kenapa elu masih juga mengenakan BH dan celana dalam?”
Aku tidak dapat melihat wajah Lisa karena Mario duduk di seberang meja di hadapan Karel. Lisa menjawab, “Aku tidak keluar rumah tanpa mengenakan pakaian dalam, Karel. Aku bukan pelacur!”
Rony lalu berkata, “Giliran gua. Ok, elu bilang kalau elu bukan pelacur tapi elu tetap datang kemari walau sudah tau bakalan berhubungan seks dengan kita, tiga laki-laki sekaligus dan elu sudah menikah. Pertanyaan gua: bukankah itu bisa dibilang pelacur?”
Lisa menoleh ke arah Rony dan dilihat dari raut wajahnya aku tahu ia marah sekali. “Tidak, itu tidak bisa dibilang pelacur! Aku melakukan semua ini untuk suamiku dan hanya itu saja alasanku!” jawab Lisa dengan suara yang keras.
Bersambung…