Aku sedang enak-enaknya tidur, namun tiba-tiba ada yang menyentil keningku. Akupun langsung terbangun sambil mengaduh kesakitan. Ya siapa lagi pelakunya kalau bukan kak Risa. Hahaha, bangun juga kamu
Kak gak ada cara bangunin yah lebih enak apa? ucapku kesal sambil mengusap keningku. Bangunin pake ciuman di bibir kek gitu biar romantis dikit. Huh!
Hahaha, sorry deh Habisnya buru-buru, udah subuh nih, cepetan balik ke kamarmu gih! suruhnya kemudian. Tentunya aku keberatan, aku masih ingin berlama-lama bersamanya. Apalagi melihat dirinya yang masih hanya mengenakan kaos saja di tubuhnya itu, sungguh menggemaskan.
Subuh-subuh bangun, dengan kakak cantik di atas ranjang, yang pakaiannya sembrono begitu, adek mana sih yang gak bakal ngaceng?? Hehehe.
Nanti deh kak, bentar lagi ujarku sambil berusaha memeluknya, tapi kak Risa menahan tubuhku.
Adeeek udah! Bentar lagi papa mama bangun tuh Emang kamu mau kita ketahuan? Kan kamu udah janji bakal balik ke kamarmu sebelum subuh!
Hmm Benar sih yang diucapkannya. Aku tidak mau juga perbuatan kami yang tidak pantas dilakukan adik kakak ini ketahuan oleh Papa Mama. Tapi setidaknya aku harus mendapatkan sesuatu dulu sebelum balik ke kamarku.
Yaaaah kakaaaak
Kalau gak ada papa mama kakak mau deh nemenin kamu, ujarnya dengan senyum manis.
Iya nih, Papa Mama gangguin aja balasku. Kak Risa tertawa mendengarnya, sebelum akhirnya dia menyuruhku lagi untuk keluar.
Kasih ciuman dulu dong kak
Aduh kamu ini ya udah
Aku di bawah, kakak cium aku dari atas pintaku sambil kembali merebahkan badanku.
Dasar ih
Dia akhirnya mau-mau juga untuk memberi waktu sedikit untukku. Tentunya aku gunakan waktu ini sebaik dan secabul mungkin. Sambil berciuman dengannya aku juga meraba-raba tubuhnya, terutama pantat bulatnya yang tak tertutup itu. Perut, punggung, pinggul, hingga paha mulusnya juga tak luput dari gerepe-gerepean nakal tanganku.
Kak Risa tidak memprotes. Justru sepertinya membuat dirinya makin horni karena ulahku, nafasnya semakin berat. Ciuman kami bahkan sudah berubah menjadi saling berbagi liur. Lama-kelamaan malah hanya kak Risa yang asik menumpahkan liurnya ke dalam mulutku. Tentunya aku terima dengan senang hati. Tak cuma itu, penisku dan vaginanya juga bergesekan sambil dia terus menyuapi aku dengan ludahnya yang membuat aku semakin kesenangan.
Entah sudah berapa kali dia meludah ke mulutku, tapi aku masih saja tidak pernah puas. Ingin lagi dan lagi.
Hihihi Kok jadi kakak nyuapin kamu gini sih? Enak? Udah kenyang belom dek? tanyanya menjawil hidungku sambil bangkit dan duduk di atas pinggangku, tepat menghimpit penisku yang tegang.
Belum kak
Kok masih belum sih? Mulut kakak udah pegel tau ngumpulin ludah buat kamu Hmm.. ya sudah satu menit lagi aja yah
Hehehe oke deh kak yes!
Dasar!
Kak Risapun lanjut meludah-ludah lagi ke dalam mulutku. Meskipun dia bilang satu menit, tapi intensitas meludahnya malah semakin cepat. Aku yang jadi kewalahan menerima ludahnya yang bertubi-tubi masuk ke mulutku. Kak Risa malah tertawa-tawa melihat aku yang kelagapan.
Hihihi rasain kamu dek mesum sih hihihi Ugh kak Risa. Aku rasa aku tidak perlu serapan lagi nanti, air ludah kak Risa ini saja rasanya sudah cukup. Tidak ada yang lebih nikmat dari cairan tubuh kakakku ini. Aku benar-benar tergila-gila padanya.
Udah sana keluar!
Iya iya
Eh, ingat dek, kalau di depan papa mama jangan aneh-aneh kamunya serunya mengingatkanku. Aku hanya membalas membentuk tanda ok dengan tangan.
Aku lalu ke kamarku setelah itu. Bersiap menghabiskan hari ini seperti kemarin. Yang mana kami berperilaku sebagai kakak adek yang normal di hadapan orangtua kami. Kak Risa juga kembali berpakaian sopan dan tertutup.
Setelah kami pulang sekolah. Aku ingin bermesraan lagi dengannya. Anehnya justru karena kehadiran orangtua kami di rumah aku malah ingin merasakan sesuatu yang lebih. Aku ingin melakukan hal yang lebih gila lagi bersama kak Risa.
Ketika kami baru masuk rumah, aku langsung memberi kode pada kakakku untuk mencuri-curi kesempatan untuk melakukan hal mesum lagi, tapi dia belagak bego dan tidak mempedulikanku. Malah justru mengerjaiku.
Ma Pa.. tadi adek ngebut bawa motornya teriaknya seenaknya ngomong.
Gak Ma, kakak bohong tuh balasku membela diri.
Ngebut gitu, hampir nabrak anak kucing balasnya lagi.
Mana ada!
Sudah sudah kalian ini memang ribut terus kerjaannya. Kamu Andre, jangan ngebut-ngebut bawa motor. Kan sudah berkali-kali papa bilang
Tapi kan aku gak ngebut Pa Ma Hiks Sialan kak Risa. Dia asik menahan tawa sambil menuju dapur. Aku telanjangi baru tahu rasa nanti!
Masak apa Ma? tanya kak Risa sambil membuka tudung saji. Wah, rendaaaaaang teriaknya girang lalu mencolek bumbunya.
Risa! Kamu ini main colek aja, ganti dulu bajumu sana! suruh mama pada kak Risa. Hahaha, rasain tuh. Lagian kakakku ini gak pandai masak sih, beruntung mama tiap pulang ke rumah selalu masak masakan yang enak.
Habisnya kelihatan enak sih ujarnya memeletkan lidah bergaya imut.
Kak Risa lalu menuju ke kamarnya. Akupun kemudian juga menyusul kak Risa, papa mama melihat aku masuk ke sana. Aku dari dulu memang sering main ke dalam kamar kak Risa, jadi hal itu biasa saja bagi Papa Mama. Tapi tentunya yang ingin aku lakukan adalah sesuatu yang tidak pernah orangtua kami bayangkan.
Adeeeek ngapain kamu ikut ke kamar kakak? Ada papa mama lho di luar bisiknya keras.
Biarin aja kak.. Pengen nih jawabku. Aku sadar ini sangat beresiko kalau aku melakukannya siang bolong begini saat Papa Mama ada di ruang tengah. Tapi aku tak tahaaan.
Kenapa dek? Gak tahan yah?
Iya kak pengen itu..
Pengen apa? tanyanya senyum-senyum manis.
Pengen ngentotin mulut kakak lagi boleh nggak kak? hehe ujarku berani berkata lancang. Sebuah permintaan yang sangat tidak pantas dipinta oleh seorang adek laki-laki kepada kakak perempuannya.
Yang keras dong ngomongnya gak kedengaran nih Duh, kak Risa mempermainkanku. Apa dia sengaja biar kedengaran Papa Mama? Nakal banget sih kak Risa!?
Tapi akupun benar-benar mengulangi ucapanku.
Pengen entotin mulut kakak! kataku lagi sedikit lebih keras.
OH PENGEN ENTOTIN MULUT KAKAK?? Ya ampun kak Risa! Dia berkata begitu dengan suara yang lantang dan lebih keras dari yang aku ucapkan tadi! Dia ternyata benar-benar cari penyakit dengan berkata seperti itu keras-keras! Kalau kedengaran Papa Mama gimana coba!? Jantungku serasa mau copot, tapi sepertinya orangtua kami tidak mendengar.
Kak apa-apaan sih? Jangan keras-keras dong suaranya
Hihihi biarin jawabnya pura-pura santai, meskipun aku tahu kalau dia juga beneran takut ketahuan. Aku yakin dia juga dag-dig-dug karena ulahnya sendiri itu.
Terus, jadi gak nih kamunya genjotin mulut kakak? tanyanya lagi masih dengan suara keras.
Duh Kak pelanin dong suaranya
Ya ampuuuun. Dia sepertinya senang betul melihat aku panik begini, sampai tertawa cekikikan segala.
Kalau berisik nanti mulutnya aku sumbat nih lanjutku lagi.
Hahaha, sumbat pake apa emangnya? Pake burungmu? Nih, coba aja kalau berani godanya dengan nada bicara nakal lalu bersimpuh di lantai kamar. Dia menantangku!
Aku langsung membuka celanaku dan menuju ke arah kakakku itu. Tanpa menunggu lagi segera ku masukkan penisku ke dalam mulutnya. Dia seperti berteriak kecil saat mulutnya tersumpal. Justru bikin aku tambah gemas saja. Akupun menggenjotnya sambil kakakku ini masih berpakaian seragam sekolahnya, bahkan dengan jilbab masih menempel di kepalanya.
Kak Risa
Kamipun mengulangi perbuatan kami tadi malam, dan lagi-lagi hanya selembar pintu yang membatasi kami dengan orangtua kami. Bedanya kali ini aku dan kak Risalah yang ada di dalam kamar. Di dalam kamar yang tidak terkunci yang bisa dimasuki kapanpun oleh Papa Mama. Memikirkan hal itu lagi-lagi membuat aku semakin horni.
Kaaaak Adeeeek. gak makan dulu? teriak Mama tiba-tiba dari ruang tengah. Aku dan kak Risa saling pandang karena kaget. Kak Risa malah memandangku dengan penisku masih tersumpal di mulutnya. Tapi anehnya rasa takut ketahuan ini makin membuat perasaanku gak karuan. Kak Risa sepertinya juga merasakan demikian karena ternyata dia malah terus mengulum dan mengocok pelan penisku dengan mulutnya, tidak menjawab panggilan Mama.
Kak.. mama tuh ujarku mulai panik karena kak Risa tidak menjawab. Kalau Mama menyusul ke kamar gimana coba. Tapi dianya malah menggelengkan kepala seakan berkata tidak akan melepaskan penisku.
Kak Adeeekkk.. Kalian lagi ngapain sih di dalam? teriak mamaku lagi. Duh! Aku betul-betul dibikin jantungan. Aku dapat merasakan nafas kakakku yang terasa semakin berat pada penisku yang masih di dalam mulutnya. Jelas kalau dia juga merasa deg-degkan karena situasi ini, namun dia masih saja belum melepaskan penisku.
Kak! seruku lagi. Barulah kak Risa mau melepaskan kulumannya.
Iya Ma bentar adek nih gangguin aja teriak kak Risa akhirnya menyahut mama.
Andre, masak baru pulang kamu langsung gangguin kakakmu! Ayo makan dulu teriak mama memarahiku. Tentu saja mama tidak tahu apa yang sebenarnya aku lakukan pada kakakku di dalam sini.
Aku tentunya tidak menginginkan aksi kami ini ketahuan. Apalagi oleh orangtua kami sendiri. Sepertinya terpaksa perbuatan ini harus segera kami sudahi. Ku pandangi wajah kak Risa di bawah. Aku dapat melihat dari matanya kalau dia juga tidak ingin ini cepat berakhir. Seakan tidak rela kalau aku tidak mendapatkan kepuasan.
Dek
Ya kak
Kamu genjotin mulut kakak gih Kamu genjotin sekuat dan secepat mungkin ucapnya yang membuatku terkejut tapi juga senang bukan main.
Hah? Boleh kak? Gak apa?
Iya buruan! Kalau kelamaan ntar mama datang
I-iya
Tunggu apa lagi. Aku yang memang menahan horni kembali memasukkan penisku ke mulut kakak kandungku ini. Mendeepthroat kak Risa sedalam mungkin sampai mentok di kerongkongannya, lalu menggoyangkan pinggulku sekencang-kencangnya dengan nafas memburu seakan ingin mengeruk isi perut kakakku. Sebuah pemandangan yang tak lazim tentunya bila dilihat oleh orang lain, terutama orangtua kami.
Tidak sampai satu menit kemudian akupun memuntahkan spermaku di kerongkongan kakak kandungku ini. Tapi berbarengan dengan itu kak Risa juga muntah. Sepertinya dia tidak tahan karena sodokanku yang kencang dan dalam itu. Wajahnya memerah keringatan, nafasnya terputus-putus. Dia tampak bersusah payah mengumpulkan nafasnya sebelum menatapku kembali dan berusaha tersenyum dengan manis.
Setelah kak Risa membersihkan muntahan itu dengan pakaian kotornya, kamipun keluar kamar untuk makan. Tidak ada raut kecurigaan sama sekali dari Papa Mama. Yang ada aku yang dimarahi karena dianggap mengganggu kak Risa di dalam kamar.
Dek, kalau setelah ini kamu pengen bikin kakak muntah-muntah lagi boleh kok, hihihi bisiknya pelan yang membuat jantungku berdebar lagi.
********
Entah kenapa semakin lama orangtua kami ada di rumah, malah jadi pemancing aku dan kak Risa untuk semakin nekat mencoba hal yang lebih gila dan liar. Itu karena sensasi sembunyi-sembunyinya, apalagi mereka adalah orangtua kami sendiri. Tentunya mereka tidak akan menyangka hubungan anak-anak mereka segila ini, terutama kak Risa yang bagi mereka adalah anak yang paling penurut dan baik perangainya.
Aku sesering mungkin meminta ingin berbuat mesum pada kak Risa. Semuanya dituruti kak Risa tanpa keberatan. Bahkan lebih banyak dia yang menawarkan padaku. Kami curi-curi kesempatan untuk melakukan berbagai aksi cabul. Mulai dari hanya cium-cium dan gerepe-gerepe, tukaran air liur, sampai genjotin mulut kak Risa hingga dia muntah-muntah.
Seperti halnya sekarang ini, saat malam waktu Papa Mama sudah tidur aku lagi-lagi menyusul kak Risa ke kamarnya. Senang banget ketika aku masuk aku langsung disambut senyum manis kakakku yang cantik. Busananya juga sangat menggoda. Dia mengenakan setelan favoritku, kemeja putih lengan panjang dengan beberapa kancing atasnya terbuka, tanpa celana dan celana dalam tentunya yang lagi-lagi membuat vaginanya terekspos bebas.
Kak Risa memang kakak yang paling cantik ucapku sambil memperhatikan kakakku dari atas hingga bawah.
Huuu sok muji-muji, paling di pikiranmu cuma ada pikiran cabul sekarang, iya kan dek? hihihi
Hehe, tapi kakak emang cantik banget kok Aku beruntung banget punya kakak kayak kak Risa pujiku tak ada henti-hentinya padanya. Kakakku ini memang pantas dipuja-puji.
Iya deh makasih. Kan emang khusus buat kamu, adeknya kakak yang paling mesum
Ugh kak Risa memang sangat baik. Akupun langsung menyeretnya ke ranjang dan menghimpit tubuhnya, sampai-sampai lupa menutup pintu kamarnya terlebih dahulu. Dia sendiri tampaknya tidak mempermasalahkannya. Bahkan mengatakan sesuatu yang membuat aku terkejut tapi juga sangat excited.
Dek, pintunya gak usah ditutup aja yah malam ini, dibuka aja terus
Hah? Gak ditutup?
Iya terus lampunya juga jangan dimatikan. Pokoknya tetap begini sampai subuh nanti. Okeh?
Eh, i.. iya kak..
Berani gak kamu?
Be-berani kok Dadaku berdebar membayangkannya. Aku juga dapat merasakan dadanya berdebar seperti halnya diriku. Itu karena sensasi nekat yang kami lakukan. Mesum-mesuman dengan pintu yang akan terus terbuka sepanjang malam! Yang mana kalau orangtua kami keluar kamar, maka habislah sudah. Tapi kami tetap juga nekat melakukannya.
Akupun mencium kak Risa habis-habisan di atas tempat tidurnya. Wajahnya, bibirnya, hingga leher jenjangnya. Namun sesekali aku masih tetap melirik ke arah pintu karena aku masih juga merasa was-was.
Adek. Biar aja ujar kak Risa menolehkan kepalaku lagi ke wajahnya. Kak Risa berusaha tenang dan menyuruhku untuk tidak menghiraukan pintu yang terbuka.
Nghh. Kak Risaaa akupun mencium kak Risa lagi. Aku sungguh gemas dengan kakakku ini. Dia betul-betul menunjukkan sisi nakalnya hanya kepadaku, adek kandungnya. Sesuatu yang tidak pernah diketahui oleh oranglain, apalagi orangtua kami.
Aku berhenti sejenak untuk melepaskan seluruh pakaianku hingga telanjang bulat. Kak Risa senyum-senyum melihat aku yang tampak bersemangat. Aku lalu kembali menindih kak Risa dari atas. Menjamah tubuh seksi kakak kandungku yang masih tetap mengenakan kemejanya. Menciumnya, merabanya, serta menggesek-gesekkan penisku ke pahanya.
Aku berusaha menuruti omongannya untuk tidak menghiraukan pintu yang terbuka meskipun tidak semudah itu. Namun memang dengan pintu yang terbuka begitulah aku semakin nekat berbuat cabul. Kakakku memang pintar membangkitkan nafsuku. Aku semakin ingin melakukan sesuatu yang lebih bersama kak Risa. Saya ingin menyetubuhinya.
Aku tahu kalau kami berdua sudah sama-sama terbawa nafsu sekarang. Dia ikut menggerakkan pinggulnya maju-mundur seirama gesekan penisku di pangkal pahanya. Tingkah kak Risa seperti mau meski tak mau. Kak Risa juga mengerang-ngerang memanggil namaku. Bahkan menyebut Papa Mama, entah apa maksudnya.
Aku mencoba tetap seperti biasa dengan hanya sekedar menggesek-gesekkan penisku di sela-sela pahanya. Mencoba bertahan meskipun penisku sudah gatal ingin masuk ke liang vagina kakakku itu.
Kak aku pengen ngentotin kakak dong
Hmm?? gumamnya memandangku sayu.
Aku pengen ngentot sama kak Risa kataku lagi dengan dada berdebar.
Gak boleh
Yah kak please
Kamu ini segitu pengennya yah kamu ngentotin kakak kandungmu sendiri?
Iya kak pengen ujarku sambil mempercepat gesekan penisku di pangkal pahanya. Aku ingin dia tahu kalau aku memang sudah sangat bernafsu kepadanya.
Gak boleh.. dosa adekku ujarnya tapi malah mengimbangi gerakan pinggulku.
Ngmmh kak Risa please
Kamu ini, bandel banget sih dibilangin!
Gak tahan nih kak Pengen banget rasain ngentotin kak Risa
Kalau Papa Mama ngelihat gimana coba? tanya kak Risa sok takut ketahuan.
Itu urusan nanti kak, yang penting kita ngentot dulu yuk kataku lalu menghentakkan pinggulku berharap penisku masuk, tapi meleset.
Adeekkk ih, kamu ini
Please kak
Hmm kamu selipin dikit aja yah Cuma kepala burungmu aja ujarnya kemudian. Yah kok cuma kepala penis aja sih? Aku kan pengen masukin penisku ke vagina kak Risa semuanya. Tapi ya sudah lah dari pada gak sama sekali. Mungkin aja nanti kak Risa berubah pikiran.
Iya deh kak jawabku. Kak Risa membalas dengan senyuman manis sambil mencubit hidungku.
Aku lalu bangkit dan mengambil posisi di depan selangkangannya. Ku buka kaki kak Risa lebar-lebar dan kutekuk. Dengan dada yang sangat berdebar-debar ku arahkan kepala penisku menuju ke vaginanya. Ku lihat wajah kak Risa, dia menatapku dengan wajah sayu berusaha tersenyum padaku. Senyum yang juga sebagai isyarat kalau jangan sampai nyelip masuk.
Perlahan-lahan kutekan kepala penisku hingga masuk ke liang vagina kak Risa. Akhirnya aku dapat merasakan lagi hangatnya vaginanya meskipun hanya kepala penisku saja yang masuk. Rasanya sungguh luar biasa. Dari posisi ini aku bisa melihat semua keindahan ini dengan jelas. Mulai dari wajahnya yang cantik jelita, lalu kemeja asal-asalan yang memperlihatkan belahan dadanya yang indah serta putingnya yang nyemplak, sampai vaginanya yang sedang dimasuki kepala penisku.
Kenapa dek? Kok diam? Goyang-goyangin dong entotin kakak, tapi cuma kepalanya aja yah hihihi ujar kak Risa menyadarkanku.
Eh, i.. iya kak
Lamunin apa sih kamu? Udah nyelip masa dianggurin sih??
Hehehe, kakak cantik banget sih nafsuin, aku sampai kelupaan
Hahaha, dasar ujarnya tersenyum sambil lagi-lagi mencubitku hidungku. Ugh, kak Risa sungguh bikin aku gemes. Sungguh kakak yang nafsuin.
Seperti yang dia suruh, akupun mulai menggoyangkan pinggulku. Mengocok kepala penisku di dalam liang vaginanya. Rasa nikmat menjalar ke seluruh tubuhku. Belum lagi rasa deg-degan karena pintu kamar kak Risa yang terbuka dan keberadaan orangtua kami di rumah. Sensasinya sungguh luar biasa.
Suasana menjadi panas dan tubuh kami sudah mulai berkeringat. Cukup lama aku aku mengocok penisku di sana sambil menyebut-nyebut nama kak Risa. Kak Risa sendiri juga sepertinya sudah terbawa suasana. Dia merintih-rintih manja sambil menatap mataku, tentunya membuat aku semakin bernafsu. Bikin aku gak tahan untuk betul-betul menghujam penisku seluruhnya ke vaginanya dan muncrat di dalam sana.
Nghh kak Risa kakak kandungku
Iya adekku terus dek entotin kakak kandungmu ini
Kak pengen masukin semuanya
Jangan dek Ugh kak Risa tega. Padahal aku berharap kak Risa akhirnya membolehkan penisku masuk seluruhnya. Mana aku udah mau klimaks pula. Tapi aku belum menyerah. Ku lepaskan penisku sebentar. Aku ingin nyelip-nyelip penisku dari belakang.
Ngapain sih dek? Mau ganti gaya? Tapi mau gaya apapun tetap gak boleh masukin semuanya ya! ujarnya lagi yang betul-betul tahu isi pikiranku.
Aku tidak menjawab dan hanya cengengesan, dia juga balas tersenyum. Aku lalu ikut tiduran dan memeluknya dari belakang. Ku masukkan kepala penisku lagi, kali ini dari belakang melewati pahanya. Sehingga dengan demikian kepala penisku masuk ke dalam vagina kak Risa, sedangkan batangku bisa merasakan mulusnya kulit paha kakakku ini.
Posisi kami sama-sama menghadap ke arah pintu. Perasaan deg-degan takut ketahuan malah membuat aku semakin terbawa nafsu. Berkali-kali aku terus berusaha agar penisku masuk lebih dalam ke liang vaginanya. Anehnya kak Risa malah merespon positif goyangan pinggulku yang semakin berusaha memasukkan penisku seutuhnya ke vaginanya, padahal tadi dia berkata agar berhati-hati.
Entah kak Risa menyadari atau tidak, sedikit demi sedikit aku semakin berusaha memasuk penisku lebih dalam ke vaginanya. Kalau tadi penisku keluar masuk hanya sebatas kepala. Kini sudah keluar masuk sampai sebatas leher penis. Aku semakin nekat. Sekarang bahkan sudah hampir setengah batang penisku yang keluar masuk.
Adeeeek! Kamu pengen ngentotin kakak!? teriaknya pelan tiba-tiba. Tapi aku sudah tidak peduli. Aku sudah betul-betul terbawa nafsu. Aku ingin ngentotin kak Risa.
Nghh. Kak Risa ngentot ngghhh racauku.
Adeekk! Kita itu saudara kandung. Kamu mau ngentotin kakak sendiri hah? Kamu pengen hamilin kakak!? protesnya lagi dengan suara semakin kencang. Aku betul-betul tidak peduli dan makin mencoba masuk lebih dalam.
Pa Ma llihat nih adek nakal, masa kakaknya sendiri mau dientot Pa.. Ma lihat! ujarnya lagi yang malah membuat perasaanku tak karuan. Dia memprotes tapi malah dengan ucapan seakan mengundang Papa Mama melihat aksi kami. Mana aku mau berhenti coba. Yang ada aku semakin hanyut terbawa nafsu.
Ugh kak Risa aku masukin yah semuanya
Kalau kamu emang mau kakak jitak ya masukin aja! jawabnya sok jutek. Dia hanya mengancamku dengan jitakan. Kalau gitu lebih baik ku entotin saja dia. Dengan sepenuh tenaga akupun menghujam seluruh penisku dalam vaginanya.
Jlebb penisku masuk penisku masuk seluruhnya ke vagina kakak kandungku sendiri. Akhirnya!
Adeeeekkkk! Sssshhh… sakiiiitt.. Kok beneran kamu masukin sih! ujarnya kesal sambil mencubit pinggangku. Suaranya cukup keras yang bisa saja membangunkan Papa Mama. Ku lihat mata kak Risa berair. Sepertinya dia merasakan perih. Aku baru saja mengambil keperawanan kakak kandungku sendiri! Tampak ada darah yang mengalir keluar dari sana.
“Kak…” Aku kini jadi takut dia marah. Dia hanya diam selama beberapa saat.
“Awas kamu ntar…” ucapnya lirih sambil memasang wajah kesal, namun kemudian berusaha tersenyum padaku. Seakan meyakinkanku kalau tidak apa-apa dan mempersilahkanku untuk melanjutkan.
Aku senang bukan main. Aku yang memang sudah sangat bernafsu kembali menggenjot kakak kandungku ini. Kali ini dengan penisku yang sudah benar-benar masuk ke vaginanya. Aku lakukan dengan pelan, tapi semakin lama menjadi semakin cepat. Aku betul-betul menggunakan kesempatan ini untuk mereguh kenikmatan yang sudah lama aku dambakan.
Pa lihat, kak Risa yang kalian kenal sopan sedang ngentot dengan adeknya sendiri kataku ngasal sambil terus menggenjot. Kak Risa yang mendengar ucapanku itu malah tertawa pelan, bahkan dia juga ikut-ikutan. Sepertinya rasa perih yang dia rasakan sudah mulai hilang.
Lihat Ma lihat, anak-anak mama sedang berzinah ria sekarang, ucapnya.
Pa Ma boleh kan aku hamilin kakak sendiri kataku lagi.
Adek.. kakak, kalian ngapain!? Masak ngentot-ngentotin gitu sih! ujar kak Risa meniru gaya bicara mama. Kakakku benar-benar nakal! Kak Risa yang tadinya menolak-nolak mau kini sudah benar-benar tampak dengan senang hati disetubuhi olehku. Kami sama-sama telah terbawa nafsu.
Sambil terus ngentot, kami terus meracau tak jelas. Tertawa cekikikan di tengah suasana nikmat tiada tara. Keringat kami mulai bercucuran karena panasnya hawa persetubuhan ini. Persetubuhan sedarah betul-betul memberikan sensasi yang bikin aku melayang-layang. Apalagi wanita itu secantik kak Risa. Dia tampak semakin cantik dengan posisi disetubuhi dari belakang olehku.
Aku ingin muncrat! Aku tidak tahan dengan rangsangan super hebat ini.
Kak Risa aku keluarin di dalam yah pintaku sambil menggoyankan pinggulku makin cepat, begitupun kak Risa yang juga ikut mengimbanginya seakan membantuku untuk menjemput orgasme kami.
Bandel banget sih kamu dek kamu nafsu sama kakak sendiri?
Iya kak
Pengen kamu entotin terus?
Ngh iya
Pengen hamilin kakak kandung sendiri? Ya udah.. hamilin gih.. ucapanya dengan centil. Membuat aku tidak tahan lagi!
Crooottttt crottttt.
Spermaku muncrat berkali-kali. Rahim Kak Risa ditembaki bertubi-tubi oleh benih adeknya sendiri. Ku keluarkan semuanya sampai tubuhku kelojotan. Ini merupakan orgasmeku yang paling luar biasa, orgasme di dalam vagina kak Risaku yang cantik. Aku langsung terbaring lemas di sampingnya. Nafas kami sama-sama berat dan terputus-putus.
Adek panggilnya tidak lama kemudian.
Ya kak?
Sini deh panggilnya sambil tersenyum manis. Akupun mendekat ke arahnya.
JITAAAAAK! Dugh, keningku kena jitak olehnya. Sakit! Ternyata ucapannya tadi memang benar kalau dia bakal menjitakku.
Rasain! Itu karena udah berani ngentotin kakak!
Ugh.. sakit tau kak
Dia mendekatiku sekali lagi, aku pikir dia akan menjitakku lagi, tapi
Cup Dia mencium keningku.
Dan itu karena kakak sayang kamu ujarnya sambil tersenyum manis. Ugh kak Risa. Aku merasa melayang-layang karenanya. Rasa sakit yang tadi ada kini tak terasa lagi. Langsung ku dekap dirinya jatuh ke atas badanku. Ku peluk erat dirinya. Dia juga balas memelukku. Aku sungguh sayang kakakku.
Dek
Ya kak?
Ngaceng lagi?
Hehe iya nih boleh satu ronde lagi gak?
Hmm iya deh dasar katanya sambil tersenyum.
Kamipun melakukannya sekali lagi sebelum tidur. Kali ini kak Risa membuka kemejanya yang telah basah oleh keringat itu. Kami sama-sama telanjang bulat sekarang. Ngentot-ngentotan sambil pintu kamar terbuka dan lampu menyala. Bersetubuh sambil tukar-tukaran air liur dan saling menjilati keringat yang membanjir.
*****
Subuhnya aku dibangunkan kak Risa. Ini sebenarnya sudah agak telat, tapi untung Papa Mama masih belum bangun. Rencananya aku ingin langsung kembali ke kamarku, tapi melihat kak Risa yang bugil polos membuat nafsuku bangkit. Kamipun bersetubuh lagi subuh itu. Aku bahkan meminta hal yang cukup gila.
Pipis di dalam vagina kakak? Gila kamu tanyanya terkejut mendengar permintaanku. Aku sendiri tak tahu dari mana bisa mendapatkan ide ini. Terlintas begitu saja. Keinginan untuk melakukan hal yang lebih gila dengan kakakku lah yang menjadi pendorongnya.
Iya kak kebelet nih..
Iya tapi masa gitu sih?
Penasaran aja kak mau yah kak, sekali ini saja
Duh kamu ini ada-ada aja. Hmm iya deh kakak turutin fantasimu! Tapi jangan di atas kasur yah ntar repot bersihinnya, bisa ketahuan mama ntar
Oke deh kak
Kamipun turun dari kasur dengan penisku tetap berada di vaginanya. Kami mendekati lemarinya kak Risa, lalu ngentot berdiri sambil melihat bayangan kami yang ada di cermin. Tampak kakakku yang cantik, dengan tubuh indah dan kulit putih mulus sedang disetubuhi olehku.
Aku pipis yah kak ujarku sambil menatapnya melalui cermin. Diapun mengangguk tersenyum manis mengiyakan sambil juga balik menatapku. Ugh sungguh cantik.
Akupun mengerahkan seluruh tenagaku untuk kencing. Serrrr.. air seniku mulai keluar di dalam vaginanya.
Dek
Ya kak?
Kita pipis barengan aja deh
Hah?
Ku lihat kak Risa juga seperti mengejan. Kak Risa juga kencing sewaktu aku kencing di vaginanya.
Sambil aku terus kencing aku juga menggoyang-goyangkan pinggulku menggenjot vaginanya hingga membuat air seni kami menghambur kemana-mana. Sungguh bukan pemandangan yang lazim untuk dilakukan oleh saudara kandung. Apa jadinya kalau Papa Mama terbangun sekarang dan melihat ulah kami.
Sungguh hangat saat air seni kami bercampur di dalam vagina kak Risa. Aku melihat senyum lega kak Risa seperti halnya diriku melalui cermin. Setelah itu kami terus ngentot sampai akupun muncrat lagi di dalam vaginanya. Rahimnya kini bercampur air seni kami dan juga pejuku.
Barulah kemudian aku kembali ke kamarku. Sebenarnya aku mau membantunya mengelap ceceran air kencing kami di lantai, tapi kata kak Risa gak usah. Kak Risa memang baik.
****
Tentunya tidak hanya hari itu saja kami bersetubuh dan melakukan perzinahan sedarah ini. Namun terus-terusan tiap malam setelah Papa Mama tidur, bahkan pernah kami curi-curi kesempatan melakukannya di siang hari waktu mereka tidur siang atau nonton tv. Seandainya orangtua kami melihatnya!
Kami juga melakukan hal yang semakin gila, seperti saling mengencingi satu sama lain. Aku mengencingi tubuh kak Risa, dia juga mengencingi tubuhku. Sensasinya benar-benar luar biasa. Kami melakukkannya di kamar mandi. Tapi pernah juga sekali waktu itu aku mengencingi kakak kandungku ini di kamarnya.
Dan kini, orangtua kami akan kembali ke kota XX untuk mengurus kerjaan. Meninggalkan kami berdua di rumah ini. Cerita dewasa ini di upload oleh situs ngocoks.com
Kalian akur-akur yah jangan ribut terus ujar Mama.
Dek, jaga kakakmu, jangan kamu usilin terus, dengerin dia ngomong nasehat Papa padaku.
Sip Pa aku pasti bakal jagain kakakku kok ujarku sambil tersenyum pada kak Risa. Tentunya hanya kami berdua yang tahu maksud ucapanku jagain kakakku itu.
Ya sudah jaga diri kalian baik-baik yah
Iya. Bye Pa Ma.. pamit aku dan kak Risa pada orangtua kami. Merekapun berangkat dengan mobil.
Aku dan kak Risa lalu saling pandang.
Dek sekarang kita cuma berdua nih di rumah, bebas hihihi. Iya kak, hehehe
Yuk dek masuk ujarnya sambil menarik tanganku menuntunku masuk ke dalam rumah. Pintu depanpun tertutup. Kalian tentu tahu bukan apa yang akan terjadi selanjutnya?? Hanya ada aku dan kakakku yang cantik ini di rumah. Kalian pasti tahu bagaimana kami akan menghabiskan hari-hari kami selanjutnya bukan?
Risa Andre buka pintunya, itu kacamata Papa ketinggalan!
Waduh!
****
TAMAT