Cerita Sex Penghuni Kost yang Menggairahkan – Sesudah sampai dari kampung, maka saya segera menuju tempat kost saya karena saya sendiri sebenarnya belum mengenal kost baru itu. Sesampainya saya segera menekan bel tapi kemudian terdengar dari rumah sebelah seorang wanita setengah baya memanggil saya dan berkata :
“Kamu Deddy yach?”
Dan saya menjawabnya,
“Iya, kok tahu?” tanya saya penuh rasa ingin tahu.
Lalu wanita itu segera berkata,”Nggak, saya adalah ibu kost rumah ini dan saya tinggal di sebelah sini.”
Lalu saya bergumam,
“Ooh..”
Setelah itu ibu ini segera membawa saya untuk masuk dan mengenalkan tempat kost ini.
Setelah di dalamnya ibu itu segera menerangkan keadaan rumahnya, rumah ini terdiri dari 4 tingkat dan di dalam sudah ada penghuninya yaitu sepasang suami istri yang menyewa tingkat 2, seorang wanita yang menghuni tingkat 3 dan 3 orang mahasiswa dari luar kota yang menghuni tingkat 4 yang terdiri dari 4 ruangan kamar 3×2 meter dan kami masing-masing menempati kamar-kamar ini, dan kamar untuk saya tepat menghadap ke arah tempat jemuran.
Cerita Sex Setelah itu saya pun berkenalan dengan para mahasiswa ini dan malamnya ketika kami sedang menonton TV (yang di letakkan di tingkat 3) tercium oleh saya wangi parfum yang sangat menggoda. Ternyata seorang wanita yang saya taksir berusia sekita 35 tahun naik ke atas dan dialah yang menghuni kamar di tingkat 3 ini.
Lalu saya pun segera berkenalan dengannya dan dia bernama Rini, tapi dilihat dari bentuk tubuh dan wajahnya dia tak beda dengan wanita usia 20-an. Wajahnya terlihat sangat manis belum lagi dada dan pinggulnya yang sangat menantang.
Sungguh membuat saya menelan ludah. Lalu saya tahu dari ketiga temen saya kalau Mbak Eva ini bekerja di salon dan mungkin saja menjadi simpanan seorang pria, lalu saya mengangguk tanda mengerti.
Tak terasa saya sudah tinggal di kost itu hampir 2 minggu dan kalau di pagi hari rumah itu selalu kosong karena selain ketiga teman baru saya itu kuliahnya pagi, Mbak Rini juga selalu keluar rumah dan sepasang suami istri itu juga jarang pulang ke rumah ini.
Singkatnya kalau pagi hari saya selalu sendirian, dan pagi ini saya bangun tentu saja suasana sunyi senyap dan saya melihat keluar jendela yang menghadap ke tempat jemuran tampak oleh saya dijemur celana dalam yang berwarna hitam dan tentu saja saya tahu kalau itu adalah celana dalam Mbak Rini, tapi entah kenapa timbul niat saya untuk melihat CD itu dari dekat.
Lalu saya pun segera keluar dan setelah melihat situasi cukup aman saya segera mengambilnya ke dalam kamar saya dan di dalamnya saya segera mencium CD itu dan tercium wangi deterjen yang harum.
Belum puas dengan tindakan itu, saya segera menurunkan celana sekaligus dengan CD saya dan segera memakai CD itu dan tampak oleh saya sangat memikat yaitu terdapat renda di sekelilingnya dan sekitar selangkangannya terdapat jala-jala yang kalau dipakai oleh Mbak Rini tentu akan tampak di jala-jala ini bulu kemaluannya.
Langsung saja kemaluan saya segera menegang dan setelah mengembalikan CD-nya ke tempat semula. Saya segera masuk ke kamar mandi untuk mandi dan tentu saja saya segera melakukan onani untuk memuaskan nafsu saya karena asik terbayang muka Mbak Rini.
Setelah kejadian itu saya hampir setiap pagi mempunyai kegiatan rutin yaitu mengamati CD Mbak Rini dan tentu saja memakainya sambil melihat keindahannya, dan tak lama kemudian saya sudah hampir dapat mengetahui jumlah CD Mbak Rini (mungkin karena selalu mengamati CD-nya), CD Mbak berjumlah sekitar 6 potong dan setiap potongnya mempunyai keunikannya baik dalam coraknya maupun warnanya sepeti warna hitam berenda, warna pink dengan lipatan lipatan kecil, dan warna kuning kilat.
Tapi yang paling menarik menurutku adalah CD warna putihnya yang setengahnya yaitu bagian depannya terdiri dari renda dan bagian belakangnya terbuat dari sutra. Selain itu saya juga suka CD-nya berwarna biru langit dan di depannya yaitu tepat di arah selangkangannya terdapat gambar seekor kucing dalam gaya memberikan tanda “peace” (lucu juga CD ini dalam pikiranku).
Semuanya berjalan lancar hingga suatu pagi ketika bangun tentu saja saya segera melihat keluar dan tampak oleh saya CD Mbak Rini. Lalu saya bermaksud untuk mengambilnya untuk diamati.
Begitu melepas jepitan jemurannya dan mengambilnya tiba-tiba terdengar ada suara orang naik ke atas dan tentu saja saya terkejut dan segera melempar CD-nya ke lantai lalu saya bermaksud kembali ke kamar saya, tapi baru sampai di pintu saya melihat Mbak sedang memakai baju tidur terusannya dan Mbak Rini bertanya kepada saya,
“Lho baru bangun yach?” lalu saya mengiyakannya dan bertanya, “Mbak nggak kerja hari ini?” dan dijawab, “Nggak, malas tuh,” dan saya segera masuk ke kamar saya dengan perasaan was-was lalu tak berapa lama kemudian terdengar pintu kamar saya diketuk, dengan perasaan berdebar saya membuka pintunya.
Tampak di luar Mbak Rini dan dengan mata tajam Mbak berkata, “Boleh saya masuk? saya ingin bicara sama kamu,” dan saya pun membiarkan Mbak Rini masuk lalu Mbak Rini masuk dan bertanya sama saya,
“Kamu tadi mau mengambil celana dalam saya yach?”
“Nggak kok.”
“Apanya yang nggak, buktinya itu CD saya terjatuh di lantai padahal saya sudah menjepitnya dengan kuat.”
Seperti sudah tak dapat disembunyikan saya pun mengakui kalau saya yang mengambilnya. Lalu Mbak berkata lagi,
“Sudah berapa lamu kamu melakukan ini?”
“Sudah hampir 2 minggu Mbak.”
“Apa yang kamu lakukan dengan CD saya?”
“Saya menciumnya lalu memakainya, itu saja kok nggak ada yang lain.”
Lalu Mbak Rini tersenyum dan berkata, “Apa enaknya kamu mencium dan memakainya, kamu mau nggak melihat saya yang memakainya dan mencium wangi yang sesungguhnya?”
Seperti mendapat kesempatan emas lalu saya berkata, “Ah.. Mbak jangan bercanda ah..”
Dan Mbak Rini berkata, “Nggak, saya nggak bercanda, saya serius, kalau kamu nggak mau yach sudah, Mbak mau turun,” sambil Mbak Rini membalikkan badannya.
Tapi saya segera menarik tangannya dan segera berkata, “Saya mau kok Mbak!”
Sedangkan tangan saya satunya lagi segera menarik rok baju tidurnya ke atas dan tampak oleh saya CD-nya yang menjadi kesukaan saya yaitu CD berwarna putih dengan renda di bagian depan dan bagian belakangnya terbuat dari sutra.
Lalu Mbak Rini berkata, “Ih.. kamu jangan gitu ah..’” tapi saya segera mencium bibirnya yang mengoda itu dan Mbak Rini membalasnya dengan hisapan dan gigitan kecil dan tangannya memegang kemaluan saya yang sudah mulai mengeras itu, lalu saya melepas ciuman saya sedangkan tangan Mbak Rini masih di kemaluan saya meskipun cuma dari luar celana tidur saya.
Kemudian saya segera mendorong tubuh Mbak Rini untuk merapat di dinding, dan kemudian tangan saya mulai bergerilya di daerah sensitifnya dan tentu saja dari luar CD-nya tapi tak lama kemudian karena tak sabar saya segera memasukkan tangan saya ke dalam CD-nya dan menyentuh kemaluannya, Mbak Rini mendesah “Uuh.. geli Deddy.. tapi nikmat sekali.. terus.. enak sekali.. uh.. ah..” Lalu tak lama kemudian kemaluan Mbak Rini sudah mulai basah.
Karena sudah terangsang maka Mbak Rini segera mendorong tubuh saya ke tempat tidur dan dengan segera Mbak Rini memeloroti celana saya dan CD saya, lalu dengan pelan dia menjilat kepala kemaluan saya yang sudah menegang itu kemudian memasukannya ke dalam mulutnya hingga masuk semuanya ke dalam mulutnya dan menghisapnya seperti menghisap es batangan.
Tanpa sadar karena keenakan saya mendesah, “Uh.. enak sekali Mbak.. isap terus Mbak.. jangan berhenti..!” Lalu tangan saya mulai menjambak rambutnya dan menekan kepalanya terus, sedangkan kaki saya mulai menegang karena keenakan, lalu Mbak Rini menghentikan kegiatannya.
Kemudian Mbak Rini mulai membuka baju piyamanya dan tampaklah oleh saya sepasang buah dadanya yang sangat menantang terbungkus oleh BH yang unik sekali, tapi seperti sudah tidak tahan Mbak Rini segera melucuti BH-nya dan melepas CD sutranya.
Tampaklah oleh saya pemandangan yang sangat indah dengan buah dada yang bulat dan pentilnya yang berwarna kecoklatan menantang dan paha yang mulus tapi yang paling menggoda adalah bagian selangkangan yang ditumbuhi pelindung alami yang cukup lebat tapi terbentuk dan terawat sangat rapi, sungguh membuat saya menelan ludah.
Lalu Mbak Rini naik ke atas tubuh saya, dan dalam posisi jongkok kemudian mengarahkan lubang kemaluannya ke arah kepala kemaluan saya. Begitu tersentuh, saya dan Mbak Rini menjerit pelan bersamaan, “Uuh..” dan dengan pelan Mbak Rini menekan lubang kemaluannya dan kepala kemaluan saya amblas ke dalamnya meskipun tidak terlalu susah tapi untuk ukuran wanita seperti Mbak Rini kemaluannya termasuk sangat sempit, dan Mbak Rini berteriak,
“Aduh.. sakit sekali.. tapi terasa nikmat,” dan saya tak hentinya menjerit, “Terus Mbak.. nikmat sekali kemaluannya.. terus Mbak..” lalu Mbak Rini makin menekan turun tubuhnya dan tak lama kemudian maka masuklah seluruh batang kemaluan saya yang termasuk ukuran besar itu ke dalam lubang surgawinya.
Kemudian tubuh Mbak Rini segera menimpa badan saya dan berteriak, “Aduh sakit sekali.. uh.. aduh.. uh.. ahh..” Sesudah istirahat hampir 5 menit lamanya Mbak Rini mulai bangkit dan batang kemaluan saya tentu saja masih di dalam lubang kemaluannya.
Lalu Mbak Rini mulai menggerakkan pinggulnya maju-mundur sambil tangannya menopang pada tubuh saya dan terdengar suara tubuh kami berbenturan, “Piak pret piak..” dan dengan gerakan yang liar Mbak Rini menaiki tubuh saya dan sambil terus menggoyang tubuhnya dan terus berpacu untuk mencapai puncak kenikmatan dunia dan terus mendesah, “Uuh.. ah.. ah.. nikmat sekali.. uh.. ah..” Sedangkan tangan saya tak hentinya meremas buah dadanya dan memainkannya.
Lalu sesudah hampir 10 menit Mbak Rini berkata, “Saya mau sampai..”
Saya pun berkata, “Saya juga Mbak.. tahan sebentar lagi..”
Tak lama kemudian terdengar Mbak Rini menjerit “Uuh.. saya sampai.. uh..”
Dan saya juga merasa bendungan saya sudah jebol dan mendesah, “Uh.. saya juga.. nikmat sekali.. ahh.. enakk..” dan terasa adanya cairan hangat di kemaluan saya, lalu Mbak Rini jatuh lemas di tubuh saya, sedangkan kemaluan saya juga belum dicabut keluar karena kami sudah lemas sesedah pertempuran yang hebat tersebut.
Lalu setelah hampir 15 menit Mbak Rini bangkit dan sambil tersenyum berkata, “Nikmat sekali Deddy.. kamu hebat dech..” dan saya berkata, “Sekali lagi dong Mbak.. yach..!” tapi Mbak Rini berkata, “Lain kali aja yach, Mbak capek..’ dan saya mengiyakannya dengan sangat kecewa.
Setelah itu Mbak Rini bangkit dan bermaksud mengambil pakaiannya, tapi melihat bukit kemaluannya Mbak Rini, nafsu saya bangkit kembali. Lalu saya menarik tangan Mbak Rini serta mendorongnya merapat ke dinding lalu saya jongkok dan saya benamkan kepala saya ke selangkangan Mbak Rini dan dengan pelan saya menjilatinya, tanpa bisa berkata apa – apa lagi Mbak Rini merasa tidak berdaya dan pasrah karena sudah keenakan.
“Aduh.. geli.. ah.. udah dech!” sambil tangannya menekan kepala saya, tapi saya tidak menghiraukan peringatannya sambil terus memainkan lidah saya di kemaluannya. Setelah seluruh bulu kemaluan Mbak Rini basah, saya beralih ke klitorisnya dan Mbak Rini mendesah hebat sambil menjambaki rambut saya,
“Uuh.. terus.. enak sekali.. sungguh.. ah.. ahh.. ehmm..” dan terus saja lidahku bermain di klitoris dan lubang kemaluannya. Tak lama kemudian jambakan Mbak Rini makin dahsyat dan menjerit serta mencapai orgasme keduanya, “Aduh.. saya sampai.. terus Deddy.. uh.. ehm.. uh.. hu..” dan saya segera menghisap habis seluruh cairan kemaluannya. Cerita dewasa ini di upload oleh situs ngocoks.com
Setelah agak lama Mbak Rini mulai tenang dan setelah itu saya bangkit tapi tubuh Mbak Rini seperti kehilangan keseimbangan dan mau jatuh, untung saya segera menangkapnya dan dia berkata, “Huh.. kamu ini, Mbak lemas sekali gara-gara kamu..”
Dan saya berkata, “Sorry Mbak, soalnya saya nafsu sekali melihat Mbak, tapi Mbak musti janji yach, lain kali Mbak harus menebus kekurangan hari ini.”
Mbak berkata, “Iya dech.. Mbak janji tapi sekarang Mbak musti istirahat, Mbak capek sekali, kalau nanti sudah pulih Mbak pasti datang jumpai kamu lagi, tapi sekarang sebagai hukuman kamu musti nemenin Mbak ke bawah, soalnya Mbak lelah sekali nanti jatuh lagi.”
Saya berkata, “Beres Mbak!”
Setelah mengantar Mbak Rini ke tempat tidurnya saya mencium pipinya dan berkata, “Selamat beristirahat Mbak!” Mbak Rini tersenyum. Sebelum keluar dari kamarnya, tangan saya pun meremas buah dadanya yang empuk sedangkan tangan satu lagi bergerilya di dalam CD-nya dan memainkan bukit kemaluannya. Mbak segera melototkan matanya kepada saya dan saya segera berlari keluar dengan tersenyum dan Mbak berkata,
“Dasar kamu ini nggak pernah puas yach.. dan tolong kunci pintunya..!” dan saya menjawabnya penuh kepuasan, “Beres Mbak..’ Lalu saya kembali ke kamar tidur saya lagi. Begitulah awal nya saya bisa merasakan kepuasan yang tidak dapat terlupakan.