Si perampok dengan puas segera merapikan kembali pakaiannya namun pesta belumlah usai. gantian Riz!!, ujar si Har. giliran lo sekarang ujarnya sembari mengambil alih tugas rekannya mengawalku.
Kembali mama harus mengoral paksa lelaki yang bukan suaminya tersebut walau memohon-mohon sebelumnya. Dan aku pun terpaksa menyaksikan dengan marah dan… terangsang.
Gimana bro? Lo mau gak diemut nyokap lo?, ujar si Riz sambil terkekeh-kekeh, membuatku kian geram namun dalam hati seolah-olah mengiyakan pertanyaannya, selama ini aku kerap marah jika rekan-rekanku rada ngeres kalau mengomentari mama,
Namun di sisi lain aku pikir memang mama sangat menarik walau di usianya yang ke 43 tahun, mirip seorang artis jav kategori MILF.
Mama kembali terbatuk-batuk menelan benda asing di mulutnya dan kembali payudaranya diremas-remas dan dibetot-betot hingga mama kerap menjerit ringan.
Dan tak lama, kembali mama harus menelan paksa cairan sperma pria asing walau sebagian kembali dimuntahkannya dan meleleh di sekitar dagunya. Kupikir peristiwa memalukan ini berakhir, namun ternyata tidak.
Si Riz, entah Riz atau siapa, menyuruhku berdiri dan kembali tertawa-tawa, liat Har, anak kesayangan ternyata ngaceng liat mamanya ngemut kontol.. hahahaha, ujarnya, dan kuyakin wajahku memerah saat itu karena tak mampu menyembunyikan ereksiku yang menyembul di celanaku di hadapan mama. Si Har ikut tertawa, kayaknya dia pengen juga tuh.
Dengan paksa mereka membuka celanaku dan kali ini aku tak melawan karena kupikir tak ada gunanya. Kini aku telanjang separuh badan ke bawah, dengan wajah tertunduk malu karena di depan ibuku sendiri walau aku tahu ia sering melihat kemaluanku ketika aku kecil. Dengan ujung pisau menempel di pinggang mereka mendorongku ke arah mama.
maafkan aku mah, ujarku lemah, ini bukan salahmu Yan, jawab mama pelan setengah menangis. ayo, gak usah pake lama, kulum cepat, ujar si Riz sambil merapatkan bagian bawah tubuhku ke wajah mama sampai ujung kontolku menyentuh pipinya.
Ayo bu, kulum!! perintah si Har. Mama menatap wajahku dan mengangguk seolah menyuruhku tenang lalu perlahan membuka mulutnya, aku memejam merasakan kepala penisku masuk ke rongga yang basah, hangat dan rapat.
Bohong besar kalau aku tak merasakan kenikmatan yang luar biasa. Dan mama melakukannya dengan perlahan namun pasti seolah-olah ikut menikmatinya atau karena wujud kasih sayang karena kali ini batang kemaluan anaknya yang harus ia hisap.
Mama.. oohss… aku mau keluar mah… ahhs, erangku dan mama menatapku, lalu matanya kembali menyipit dan kembali menangguk…
Mamaaah, itulah teriakan pengantar semburan demi semburan spermaku di rongga mulut mama dan luar biasanya mama terus menghisap ketat batang kontolku sehingga aku yakini semua spermaku pun habis ditelan mama.
Nah.. ini baru mantap.. hahaha, ujar perampok sambil tertawa-tawa puas. Dan mama baru melepaskan kontolku ketika kembali ke ukurannya semula.
Kemudian mereka menyuruh kami berjalan keluar ke halaman samping rumah, agak sulit kami berjalan dengan kondisi seperti itu dan beberapa kali nyaris terjatuh namun dua perampok jahanam itu membantu memapah kami,
Dan setibanya di teras mereka membaringkan kami, memutar piringan CD di ruang tamu dengan volume yang cukup keras lalu kemudian pergi.
Tinggal kami berbaring dengan posisi menyamping pasrah, keringat mulai bercucuran membasahi tubuhku dan mama, apalagi perlahan matahari mulai menyinari kami.
Sempat aku berdiskusi dengan mama agar berteriak minta tolong, namun suara musik akan meredam suara teriakan kami ditambah kamipun merasa malu jika orang-orang mendapati posisi kami seperti ini.
“kita tunggu Pak Udin dan Bi Ira aja sampai besok pagi, biarlah kita sabar nungguin, tembok pagar rumah kita kan tinggi jadi mustahil ada tetangga yang liat”, ujar mama.
Dan sepertinya kami tak punya pilihan lain selain menunggu sepasang suami isteri paruh baya yang bekerja sebagai tukang kebun dan tukang cuci kami yang biasa bekerja dari pagi hingga siang hari.
Hanya mereka berdua lah harapan kami karena papa masih berada di luar negeri sementara adik-adikku tengah berlibur dengan neneknya.
“Mama kita harus bergerak biar gak kepanasan dan dehidrasi,” ujarku. “iya Yan, tapi bagaimana? ”, tanya mama. Hmmm… iya juga pikirku. Keringat kian membanjiri tubuh kami hingga akhirnya terlintas ide, “ma…
kita berguling aja ya sampai bisa masuk ke dalam”, ujarku. Mama mengangguk setuju, lalu dengan susah payah akhirnya kami bisa berguling sekali, dua kali, terus hingga mendekati pintu.
Namun kini muncul hal lain, gerakan tadi kembali memicu ereksi batang kontolku dan perlahan memanjang dan mengeras mendesak lubang kewanitaan mama, “maafin aku ma,” ujarku lirih.
”, gak pa-pa Yan, udah gak usah minta maaf, ini bukan salah kamu, ”, jawab mama mencoba menenangkanku. Kami beristirahat sebentar dengan posisi kembali menyamping, dan kunikmati jepitan erat liang senggama mama walau tak bergerak.
Setidaknya posisi kami aman dari terpaan sinar terik matahari. Persoalan adalah bagaimana memasuki pintu ke ruangan dalam tersebut.
Maka kembali gerakan mendorong ke atas yang bisa kami lakukan. Kembali gerakan bagai ulat sutera kami lakukan dan tepat beberapa meter kemudian kembali aku menghunjamkan dalam-dalam batang kontolku ke memek mama, kali ini aku tak mengucapkan apapun selain mengerang menikmati denyutan demi denyutan orgasmeku…
“sshhh gak apa-apa Yan, keluarin aja… nikmatin aja” bisik mama. Akhirnya karena kelelahan, kami berdua tertidur, walau tidak nyenyak, karena sesekali kami harus berguling bertukar posisi, menyamping, mama di atas, aku di bawah, lalu aku di atas, mama di bawah… tanpa alat kelamin kami berpisah.
Dan sebagai lelaki normal dan berusia muda dimana hormon kelelakianku bergejolak, harus berpelukan bertelanjang bulat dengan seorang wanita dewasa yang menarik kendati itu ibu kandungku sendiri, tak mampu aku mencegah semalaman batang kontolku mengeras didalam genggaman erat liang vagina mama walau spermaku nyaris habis.
Namun, sekali lagi demi menghormati mama, aku tak melakukan gerakan apapun. “Yan lakukan aja, mama ikhlas kok, daripada kamu gak tidur,” bisik mama seolah-olah mengerti apa yang aku inginkan.
“Enggak ma, itu berarti aku sengaja mencabuli mama,” jawabku. “Enggak apa-apa Yan, mama mengerti kok, lakukan aja,” bisiknya lagi. sumber Ngocoks.com
“Mama,” ujarku setengah protes, namun sekian detik kemudian kugulingkan tubuhku sehingga aku berada di atas mama, tanpa berkata-kata aku mulai mengayunkan pantatku ke bawah.
Kali ini dengan sengaja aku menyetubuhi ibu kandungku, dan karena beberapa kali mengalami orgasmeku maka kali ini hubungan haram itu berlangsung cukup lama.
Gerakanku yang tadinya halus kini mulai liar dan cepat, mama hanya merintih-rintih dan justru menyemangatiku, “sshh… terus Yan, ayun terus… nnnghh… terus sampe kamu keluar… ssshh,” entah mama menikmati atau tidak aku terus menghunjam-hunjamkan batang kontolku mengobrak-abrik memek mama,
Perlahan Hawa dingin malam mulai terusir oleh hawa panas tubuh kami sampai akhirnya setengah jam kemudian kembali tubuhku mengejang dan semburan spermaku kembali mengisi setiap sudut rongga vagina mama.
Bersambung…