Teriakan panik Bi Ira dan Pak Udin membangunkan kami pagi hari itu. Kami beritahukan kalau kami berdua kemarin dirampok dan menyuruh mereka untuk tidak panik apalagi lapor polisi.
Dengan wajah jengah, dua orang itu membantu melepas ikatan kami, mama segera berlari ke lantai atas menuju kamarnya, sementara aku tanpa mempedulikan kondisiku yang telanjang berlari ke dapur menuju kulkas,
Haus ini tiada terkira sehingga satu botol besar air kemasan kureguk habis hingga tumpah membasahi dadaku, lalu kuambil satu botol lain dan berlari menyusul mama.
Di dalam kamar mandi mama tengah mengeramas rambutnya, kusodori botol minuman tersebut dan segera disambut mama setelah terlebih dulu membilas rambutnya hingga tiada lagi busa di kepalanya lalu mereguk isi botol tersebut sampai habis. “Kamu juga mandi sini Yan,” perintah mama sambil menarik lenganku.
Tanpa di suruh kuambil sabun dan mulai menyabuni punggung mama sampai pantatnya yang montok itu terus hingga betis, lalu bagian depan tubuh mama, bahu, payudaranya yang besar dan masih menantang itu dan kali ini dengan nakal kuremas-remas dan mama sama sekali tidak protes,
Terus ke perutnya yang putih mulus dan sedikit membuncit sexy sampai ke bagian bawah pusarnya yang berbulu lebat itu, lama kusabuni daerah tersebut dan perlahan mama membuka pahanya, dengan sengaja kuselipkan satu jariku mencoba menggali liang memeknya,
Dan ketika kutarik keluar maka lelehan demi lelehan spermaku berjatuhan ke lantai bath tub, aku tak menyangka sedemikian banyak produksiku tadi malam.
Mama merintih pelan, “Aduh banyak banget sperma kamu nak,” ujar mama dengan wajah serius. “Ryan mama lupa kalo bulan kemaren mama udah lepas spiral, mama takut hamil anak kamu,” ujarnya lagi sambil khawatir dengan isak tangisnya yang pelan.
Aku pun menjawab “maafkan aku ma, mungkin ini sudah jadi takdir kita, tapi yang jelas kalo mama beneran hamil aku bakal bertanggung jawab kok” kataku sambil menenangkannya.
“Tapi kan kamu belum lulus kuliah nak” ujar mama. Aku berujar “sebentar lagi kan skripsian aku selesai, setelah lulus nanti aku bakalan cari kerja untuk bahagiain mama”. Mendengar itu, mama pun langsung memelukku dengan erat dan bilang “makasih ya nak, kamu memang anak yang berbakti sama mama” ujarnya lembut.
setelah itu mama melepas pelukannya dan kembali kusabuni vagina mama dan sengaja berlama-lama mempermainkan klitorisnya, mama kembali merintih.. “udah, jangan nakal kamu, terus ke bawah,” ujarnya lagi.
Lalu aku mulai menyabuni paha hingga betis mama, kini ganti aku yang disabuni mama, mulai dari mengeramasi rambutku, kemudian menyabuni bahu, dada, tangan, perut sampai …
alat kelaminku. Mama melakukannya dengan lembut, jari jemarinya mengeramasi bulu-bulu kemaluanku, menyabuni biji pelirku sambil meremas-remasnya pelan, lalu batang kontolku pun disabuninya sambil dipijit-pijit pelan sehingga tak menunggu lama kembali tegak mengeras menjulang… “dasar anak muda,” ujar mama sambil menyunggingkan senyuman manis.
Lalu mulai mengocok-ngocoknya pelan dengan genggaman erat jari jemarinya. “Punyamu lebih besar dari punya papamu,” ujar mama sambil menatapku… “ahhss… mama, gak tahan nih” erangku.
Mama membilas tubuhku dengan siraman shower, usai bebas dari busa mama kembali memegang dan mengocok pelan batang kontolku, lalu membelakangiku dan satu kakinya diangkat diatas tepi bath tub, mengarahkan kepala penisku ke belahan pantatnya yang montok itu,
Dengan surprise aku segera paham apa yang mama inginkan, kuarahkan batang kontolku ke rongga memek mama, dan perlahan mulai memasukinya dimana wajah mama mengerinyit ketika proses infiltrasi itu terjadi, persetubuhan haram dengan gaya doggy style pun berlangsung dahsyat di bawah siraman air hangat.
Kali ini atas permintaan mama yang juga mulai menampakan karakter aslinya dari wanita sopan santun menjadi wanita liar ketika berhubungan seks, erangannya sangat ribut sehingga kerap kubekap mulutnya takut terdengar bi Ira atau pak Udin di lantai bawah meski aku tahu itu tak munkin.
Lalu kami berpindah ke toilet, dalam posisi duduk kembali lubang vagina mama kugali dalam-dalam hingga ke ujungnya, hingga akhirnya mama tiba-tiba memelukku erat-erat dan menggigit bahuku, tak perlu jadi jenius untuk memahami kalau mama tengah orgasme.
Dan pagi itu paling tidak 3 kali aku membuat mama menggapai puncak kepuasan sampai akhirnya kubaringkan ia di lantai kamar mandi hingga aku rebah di sampingnya usai memberikan semprotan spermaku di atas payudaranya. Batas hubungan ibu dan anak telah kami langgar dengan sengaja.
Kembali kami mandi dan akhirnya kembali ke kamar masing-masing setelah saling berjanji bahwa apa yang terjadi dari kemarin hingga pagi itu menjadi rahasia kami berdua.
Selama satu minggu kemudian, ketelanjangan di antara kami menjadi hal lumrah. Mama tak lagi menutup pintu kamar ketika berganti pakaian dan keluar kamar mandi tanpa sehelai benangpun kecuali handuk yang melilit di kepala. Masih satu hari lagi week end ini usai dan aku harus kembali ke kampus.
Malamnya kami menonton tv bersama di ruang keluarga tanpa mengucap sepatah katapun, tenggelam dalam pikiran masing-masing mengenang kejadian memalukan namun juga erotis kemarin.
“kapan kamu balik Yan? ”, mama membuka percakapan. “Besok pagi ma, kalau siangan dikit keburu macet,” jawabku. “ya udah, malam ini kamu tidur di kamar mama ya?” pinta mama. Aku sedikit terkejut namun merasa pucuk dicinta ulam pun tiba.
Malam itu hingga menjelang pagi kuhabiskan sisa-sisa spermaku di lubang tempat aku lahir, mama entah berapa kali melonjak-lonjak menikmati orgasmenya sampai tenaga kami habis dan kami bangun kesiangan, saling berpelukan… telanjang.
Keesokan siangnya ketika akan pamit ke Bandung untuk melanjutkan skripsiku, sebagai tanda perpisahan aku pun melayangkan ciuman ke seluruh bagian wajahnya seperti kening, pipi, bibir, dan tidak lupa sepasang anting-anting emas cantik di kedua telinganya juga tidak luput dari ciumanku. Aku berjanji pada mama akan pulang setelah urusan akademik kuliahku selesai.
Setelah perampokan tragis itu hingga menjelang kembalinya Ryan ke Bandung untuk menyelesaikan studinya seminggu kemudian, selama satu minggu kami berdua terus melakukan hubungan seks layaknya pasangan suami istri. Pada awalnya aku merasa sangat bersalah dan berdosa karena melakukan hubungan incest dengan anakku.
Namun karena kenikmatan yang diberikan Ryan jauh lebih hebat dari papanya ditambah lagi dengan usianya yang masih 21 tahun dimana tenaganya yang masih sangat kuat dan spermanya begitu banyak dan kental membuat diriku tak bisa menahan diri untuk menikmati cinta terlarang ini.
Hal ini ditambah dengan suamiku yang masih berada di luar negeri sedangkan Sergi dan Natasha masih berada di rumah neneknya membuat kami berdua lebih bebas melakukan hubungan intim terutama pada malam hari karena waktu pagi sampai sore ada Pak Udin dan Bi Ira yang bekerja di rumahku, selebihnya kami bebas berhubungan seks.
Sebenarnya jauh di dalam lubuk hatiku aku merasakan ketakutan yang mendalam mengingat aku telah melepas KB Spiral dan parahnya setiap kali berhubungan Ryan selalu mengeluarkan spermanya di dalam rahimku.
Pada awalnya aku memintanya untuk mengeluarkan spermanya di luar namun rupanya anakku kesulitan menahan gejolak birahinya sehingga permintaanku tidak pernah diturutinya,
Lagipula belakangan aku juga merasakan kenikmatan yang amat sangat ketika dia menyemburkan spermanya yang kental ke dalam rahimku sehingga aku pun seakan-akan lupa bahwa hubungan seks ini sangat beresiko karena aku sudah tidak memakai pengaman apapun lagi.
Ada satu kebiasaan unik dari anakku Ryan, setiap kali akan memulai ataupun selesai berhubungan intim, dia suka sekali mencium dan memegang anting-anting emasku seperti layaknya anak kecil yang mendapat mainan baru. Di sewaktu malam sehabis berhubungan seks aku pun bertanya padanya “Ryan kenapa kamu suka banget cium-cium sama pegang-pegang anting mama?
“Ryan menjawab “Karena mama cantik banget kalo pake anting, mama keliatan lebih muda”. “Yang bener kamu?” ujarku. “Sebenarnya ma sewaktu peristiwa perampokan pas kita diikat erat sama dua penjahat itu, di saat tubuh kita menyatu dengan erat, sewaktu bisa ngeliat anting mama dari dekat lalu mulai saat itu aku sadar kalo mama memang cantik banget kalo pake anting ini” ujarnya seraya memegang dan mencium antingku.
Sambil tertawa aku “Mama tau kamu sebenarnya ngeres kan liat mama pakai anting ini bukan karena suka? kataku tersenyum. Ryan pun hanya tertunduk malu tak menjawab. “Ma, aku janji setelah selesai skripsi dan dapat pekerjaan aku bakalan nabung buat ganti perhiasan mama yang dirampok kemaren dan beliin mama anting emas yang lebih bagus dari yang mama pakai sekarang” kata Ryan.
“Memangnya kamu punya uang berapa? Kan perhiasan itu harganya lumayan mahal nak?” tanyaku. “Mama gak usah bingung, intinya aku bakalan kerja keras dan nabung buat kumpulin uang sebanyak itu karena aku sebenarnya udah jatuh cinta sama mama semenjak peristiwa perampokan itu” ujar Ryan sambil mencium dan menggerayangi tubuhku.
Setelah Ryan kembali ke Bandung aku pun melanjutkan aktivitasku sebagai ibu rumah tangga. Kedua anakku yang lain Sergi dan Natasha juga sudah kembali dari rumah neneknya kecuali suamiku yang masih berada di luar negeri. Walaupun kedua anakku sudah pulang kau tetap merasakan kesepian karena mereka berdua sibuk dengan urusannya masing-masing.
Sergi mahasiswa kedokteran di Perguruan Tinggi Negeri di Salemba Jakarta Pusat lebih sering menghabiskan waktu bersama teman-temannya untuk bermain dan mengerjakan tugas sehingga seringkali dia baru pulang pada larut malam.
Bersambung…