Prepare
Di saat yang sama, tepatnya beberapa menit sebelumnya. Di tepi kolam renang.�Dako,, sudah kau kumpulkan semua milik mereka?,,,� tanya Pak Prabu tertawa cengengesan, memasukkan beberapa potong bra milik Sintya dan Bu Sofie kedalam kerdus besar yang dipegang Dako.
�Beres Paak, Semua udah ngumpul disini, dipastikan tak ada satupun yang tersisa,, Hahahahaaa,,,�
�Terus punya Aryanti mana?,,,�
�Tuhh,, dipegang sama Adit,,� Dako memonyongkan bibirnya menunjuk Adit yang berdiri bersandar ke tembok, matanya terpejam begitu khusu menciumi bra berwarna pink dan cream.
�Asseeem,,, terus punya Zuraida, istrimu mana?,,,�
�Tadi, diambil sama Munaf,,,� Mata Dako celingak-celinguk mencari Munaf
�Juancuk,,, taik kau Naf,, awas aja kalo sampe bra istriku basah ama coli mu,,,� rutuk Dako, ketika mendapati Munaf menggosok-gosok bra warna ungu, ke selangkangan celananya, sambil tertawa.
�Cepet banget sih kalian nyerobot hak atasan,,,� umpat Pak Prabu kesal.
�Tenang Pak, bra Aryanti yang sudah dipake dan belum dicuci ada di bagian bawah kerdus,,,hehehehee,,,� celetuk Dako, membuat wajah Pak Prabu berbinar. Dengan cepat tangannya mengais tumpukan bra dalam kerdus.
�Yang ini?,,,� Pak Prabu menarik tali bra warna hitam dengan bahan yang sangat lembut, hampir saja membenamkan wajahnya ke dalam mangkok bra, tapi untunglah matanya masih jeli menangkap gumpalan sperma yang masih basah di kain itu.
�Dakooo,,, taik kaaauu,,, siapa yang udah make bra ini buat coli?,,,�
�Hahahaa,,sorry Paak, habisnya ga tahan kalo ingat tadi malam, tapi itu bener punya Aryanti koq,,� teriak Dako yang sudah lebih dulu menghindar menjauh. Disambut tawa Munaf dan Adit. Lalu masuk ke ruang tengah cottage.
�Waahh,,Dari mana saja kalian, cepatlah makan, kita mau ngadain game paling panas dari semua game yang ada,,,hahahaa,,� sambut Munaf, saat Arga dan Zuraida memasuki ruang tengah cottage, di samping Munaf tampak Aida yang pagi itu terlihat begitu cantik.
Tak jauh dari mereka, Andini begitu mesra memeluk Adit yang tengah ngobrol dengan Pak Prabu. wajahnya masih terlihat kelelahan akibat permainan tadi malam. Tak berbeda dengan Aida, Andini juga mengenakan kaos ketat dan rok pendek dengan lipitan yang lebar, seolah menjadi seragam wajib bagi para wanita selama liburan ini.
Tapi Arga tidak mendapati Aryanti, kemana istrinya? Sedang apa?,,, tanya itu lagi-lagi menyeruak.
�Arga,, Aku duluan ya,, perutku udah lapeeerrr,,,� ucap Zuraida seraya melambaikan tangan. Arga mengacungkan jempol tanda setuju.
�Gaa,, kalo gitu kami juga berangkat sekalian,,,� celetuk Munaf, menggandeng istrinya, Aida, wanita itu melempar senyum penuh makna kepada Arga.
Pak Prabu menghampiri Arga, lalu menepuk pundaknya,,�Mukeee gileee,, kayanya udah sukses nih eksekusi dokter cantik,� tanpa menunggu jawaban dari Arga yang sedikit kelabakan ditembak seperti itu, Pak Prabu berlalu sambil tersenyum.
�Aryanti,,,� gumam Arga, lalu bergegas menaiki tangga. Didalam kamar Aryanti baru saja selesai mandi, mengenakan kaos putih, dengan tulisan �Touch Me� tepat dibagian payudara nya yang membusung.
Begitu serasi dengan rok warna merah menyala yang begitu pendek.�Haaiii Sayaaaang,,� sapa Aryanti sambil menyisir rambutnya yang masih basah.
�Cantik,,, kau memang cantik,,,� ucap Arga mendekat, lalu memeluk dari belakang. Membuat istrinya tersenyum. Wajah wanita itu begitu segar, seakan pertarungan ganas tadi malam adalah hal yang biasa bagi tubuh indahnya yang terbiasa mengikuti aerobik.
�Apakah kau sudah sarapan?,,,�
�Belum,� jawab Arga, tangannya menyusuri pinggang ramping yang bersinergi dengan pinggul dan pantat yang montok berisi. �Apa kau ingin menemaniku sarapan?,�
�Sebenarnya aku sangat ingin menemanimu makan, tapi aku harus membawa barang-barang itu ke tempat game, mungkin Dako yang akan mengantarku,� jawab Aryanti dengan wajah menyesal.
�Yaa,, kurasa tak mengapa,,,� jawab Arga berusaha rileks saat telapak tangannya tiba di selangkangan wanita yang mengikat janji setia untuk hidup bersamanya.
Tatapan mata sepasang suami istri bertemu di cermin, Aryanti tersenyum, namun seketika berubah murung saat suaminya mengusap lembut gundukan vaginanya.
�Cepatlah mandi sayang,,, kasian teman-teman mu menunggu terlalu lama,�Hampir saja Arga menurunkan kain tipis di selangkangan Aryanti. Menarik nafas panjang, membaui rambut Aryanti, mengecup lembut rambut istrinya.
Aryanti berjalan ke samping kasur, menunduk mengambil pakaian kotor yang ada di lantai, saat itulah jantung Arga tersentak, rok Aryanti terlalu pendek, siapapun dapat melihat pantatnya yang montok bila sedang menungging seperti itu.
Jantung Arga semakin berdetak kencang, pakaian kotor yang ada di tangan Aryanti tidak lain adalah kaos dan leggins yang dipakainya tadi malam.
�Kenapa celana mu robek sayang?�
�Owwhhh ini,,, ini ulah teman-temanmu saat bermain game tadi malam,� jawab Aryanti dengan mimik salah tingkah.
�Game?,,,� Arga berpura-pura tak tau dengan apa yang dialami istrinya tadi malam.
�Yaaa,, hanya permainan yang sedikit nakal, yang diusulkan oleh sahabatmu Dako,,,�
�Hanya permainan?,,,� tanya Arga dengan suara lembut tapi begitu tajam.
Wajah Aryanti berubah pucat seketika, dirinya tidak pernah mampu berbohong saat Arga bertanya padanya dengan sebuah senyum yang menyejukkan. Seketika itu juga Aryanti memeluk tubuh Arga,
�Maaf sayaaang,,,� sesal Aryanti dengan suara berat, �aku terlalu terbawa permainan,� matanya yang indah mulai sembab, penyesalan mengalir tak terbendung.
Sangat sulit bagi Arga untuk meneruskan percakapan itu, yang akan membuat hatinya sakit saat harus mengingat kembali kejadian tadi malam, toh apa yang dilakukannya tak jauh berbeda dengan Aryanti. Lagipula, istrinya sudah mengakui kesalahannya.
�Sudahalah,,, bukan kah itu hanya sebuah permainan?,,,� Arga tersenyum sambil menatap mata Aryanti. Tapi,,,
�Sayaaang,, apa kamu,, eenghh,, tidak memakai bra?,,,� tanya Arga ragu-ragu saat merasakan gumpalan empuk yang menyentuh dadanya tidak mengenakan pelindung bra.
�Oohh iya,, bra ku dan semua bra para wanita disita oleh Pak Prabu, karena kami kalah taruhan saat sarapan tadi pagi,,,��Taruhan?,,,�
�Yaaa,, bos mu itu menantang kami para wanita untuk menebak, batang siapa yang sanggup tetap tertidur bila Lik Marni memperlihatkan payudaranya yang kencang itu,,� Aryanti bercerita penuh semangat.
�Ohhh,, sayaaang,,, seharusnya kau ada di ruang makan saat itu, karena Lik Marni akhirnya benar-benar memperlihatkan dagingnya yang bulat besar dan kencang itu, kurasa batangmu pun pasti akan dengan cepat mengeras bila melihatnya. Hasilnyaa,,,
semua batang milik teman-temanmu itu mengeras semua, hahahahaa,,,sesuai tebakan kami,,, tapi tidak dengan batang Pak Prabu,,�
�Ohh yaa,,,� Arga meneguk liurnya, apa yang digambarkan Aryanti sama persis dengan apa yang dinikmatinya dari tubuh istri penjaga cottage itu.
�Bagaimana kalian tau, bukankah mereka mengenakan celana,,,�
�Yaaa,, karena penasaran, dan untuk memastikan siapa yang memenangkan pertaruhan, kami mengecek batang mereka satu persatu,,�
�Ohh,, apakah kamu juga ikut mengecek batang mereka satu persatu?,,�
�Yaaa,, karena para wanita melakukannya, kurasa tidak mengapa jika aku turut memastikan,� jawab Aryanti, sambil menggelayut manja, tangannya merogoh ke dalam celana Arga mengelus lembut batang yang mulai mengeras.
�Tapi lucunya,,, batang Pak Prabu yang tetap tertidur setelah disentuh para wanita itu, justru mengeras saat kusentuh,,, dan itu membuat semua yang ada di ruang makan tertawa, jadi aku terus meremasnya hingga batang itu menegang sepenuhnya, tapi aku melakukannya dari luar celana, jadi,, kurasa itu tak masalah,, bukan begitu sayang?,,,�
�Eehhh,, iya,, selama kau tidak menyentuhnya langsung, tapi,,,�
tok,,tok,,tok,,�Sayaaaang,, apa kau sudah siap?,,,�
Seseorang mengetuk pintu, dan pemilik suara itu lain adalah Dako. Pintu terkuak sebelum sempat Arga dan Aryanti menjawab.
�Tidak apa-apa kan, bila Dako yang mengantarku? Nanti kau susullah bersama Zuraida dan Sintya, sepertinya dia juga belum selesai bersiap-siap,�
�Okee,, berhati-hatilah,, jangan ngebut walau pake ATV,� Arga berusaha tidak mempermasalahkan panggilan sayang yang diucapkan Dako kepada istrinya.
�Sob,,, tolong bocengin istriku ya,,,� seru Dako sambil mengedipkan matanya, lalu menggamit pinggang Aryanti yang membawa kerdus berisi bola, menuruni tangga.
�Aryantii,,, Apa kau masih bisa membawa beberapa kain ini?� seru Sintya dari arah ruang makan, membawa segumpalan kain bali, �Pak Prabu memintaku untuk membawa kain ini, tapi sepertinya aku akan terlambat,�
�Waaahh,,,sudah penuh Sin, taruh aja di kamarku, nanti biar Arga yang bawa,� jawab Aryanti sambil memperlihatkan isi kotak.
�Owwhh,, okee,, biar kuantar kekamarmu,,� jawab Sintya yang melihat sosok Arga yang masih di atas, berdiri di pinggiran tangga. Lalu melambai kepada Aryanti yang kemudian menghilang di pintu keluar.
Sintya menaiki tangga, tersenyum penuh makna, manatap Arga dengan kerlingan nakal.
�Apa kau ke kamarku hanya untuk mengantar kain itu?,,,� goda Arga, matanya menatap tonjolan mungil pada kaos ketat Sintya yang membulat padat.
Saat tiba di hadapan Arga, wanita cantik itu menepis poni yang menutupi mata indahnya sambil membusungkan dada semakin ke depan.
�Menurutmu?,,, apalagi yang kubawa selain barang-barang ini?,,� Sintya mengerling matanya menunjuk kain-kain yang ada di kedua tangannya. Tapi itu tak ubahnya seperti menunjuk kedua payudara yang membusung.
Lalu berlenggok genit menuju kamar, sengaja menggoyangkan pantatnya sedikit berlebihan untuk menggoda Arga.
�Okeee,,bawalah barang ini ke kamarku,,,� seru Arga yang menubruk tubuh Sintya dari belakang. Tangannya segera meremas payudara yang hanya ditutupi kaos tipis.
�Uuuugghhh,,, kurasa kau salah,,, karena barang ini milik Pak Prabu, Bos ku di kantor,,� rintih Sitya yang menahan geli ketika payudaranya diremas dengan kuat, memainkan puting yang begitu cepat mengeras.
�Ohh,, yaa?,,, kurasa Pak Prabu tak akan keberatan jika barang spesial ini dihibahkan untuk pimpinan cabang yang baru,,�
Blaam,,,
Arga segera menutup pintu dengan kakinya, ketika keduanya sudah berada di dalam. Lalu menyeret tubuh Sintya ke ranjang.
�Boleh aku mencobanya?,,,� tanya Arga, memandangi payudara yang kini terpapar bebas di depan matanya, tubuhnya beringsut menaiki, menindih tubuh Sintya yang menggeliat manja.
�Sudah kubilang, itu punya Bos ku di kantor,, jika kau adalah bos baruku, maka kau bebas untuk mencicipinya,,,� wajah Sintya memerah, menunggu bibir Arga yang berada beberapa senti dari putingnya.
�Ooowwwhhh,,, Emmmppphhh,,,�
�Yaaa,, yaaang kanaaan jugaaa,,,, aaaggghhh,,�
�Boosss,,, gimanaaa,,, apa aku masih layak jadi sekretarismu nanti,,� tangan Sintya mengelus wajah Arga yang masih sibuk mengenyoti dua puting yang sudah mengeras.
�Apa kau masih membawa alat tester kelamin para lelaki?� tanya Arga, membuat Sintya bingung, lalu tertawa terbahak saat teringat kejadian di gazebo, saat mereka bercanda dalam birahi, tentang barang siapa yang lebih besar, apakah milik Arga ataukah milik Pak Prabu.
�Hahahaa,,Yaa,, kurasa aku membawanya,, cobalah cek, apakah alat itu masih ada di bawah sana?� Sintya menunjuk selangkangannya dengan menggerakkan wajahnya.
Arga tertawa girang, �kurasa kita harus menyelesaikan tugas kita di gazebo, mengukur punya siapa yang lebih besar,� tangan Arga menarik tepian celana panjang dari bahan katun yang membekap tubuh bagian bawah Sintya.
�Yaaa,, benar katamu,,kita harus menyelesaikannya,,� dengus Sintya, mengangkat pantat sekalnya memudahkan usaha Arga. sumber Ngocoks.com
Tapi tiba-tiba terdengar suara derap langkah mendekat dari luar kamar
�Argaaaa,,,�
�Gaaa,,, Argaaaa,,,�
Zuraida memanggil dari depan pintu, sontak keduanya meloncat bangun, membenahi pakaian yang mulai berantakan.
�Yaa,, Ada apa,, engghhh,, apa kau sudah sarapan?,,, aku,, aku belum mandi,,� Arga gelagapan saat pintu terbuka, sementara Sintya baru saja berhasil memasukkan payudaranya yang besar kembali ke dalam kaos.
�Hohohohooo,,, ternyata kau nakal juga yaa,,� seru Zuraida sambil berkecak pinggang, bola matanya melotot menyelidik wajah Arga yang pucat, layaknya maling tertangkap tangan.
�Huuhh,, ku kira kau memang berbeda dengan mereka,, ternyata,,,� wajah Zuraida yang kaget berubah menggoda Arga, tertawa genit, lalu berjalan menghampiri Sintya yang masih di atas kasur.
�Tunggu Zee,,, kami hanyaaa,, emmhhh,, maksudku,,,�
Tapi Wanita anggun itu tampak cuek, mengacuhkan Arga yang mati-matian mencari alasan, menghampiri Sintya lalu membisikkan sesuatu ke telinganya.
�Iiihh,, mba Zuraida apaan sih,,,� wajah Sintya tersipu malu, entah apa yang dibisikkan Zuraida ke telinganya.
Zuraida balik menghampiri Arga, berdiri tepat di depan lelaki yang terlihat canggung itu.
�Sayaaang,, Pak Prabu, Munaf, Bu Sofie, Aida, bahkan suamiku dan istrimu, Sepertinya mereka benar-benar menikmati permainan ini, lalu kenapa kita harus menahan diri,� ucap Zuraida.
Tangan lentiknya perlahan meraih selangkangan Arga, lalu tertawa genit, saat mendapati batang Arga yang keras mulai lunglai karena kaget.
�Kau punya waktu beberapa menit, sampai aku selesai mandi, tapi ingat,,, berusahalah untuk tidak memasukkan barang ini kedalam tubuh Sintya, karena aku bisa cemburu,,� ucap Zuraida dengan suara bergetar, tangannya mencengkram erat batang Arga yang dengan cepat kembali keras.
�Weelll,, aku mandi dulu ya sayang, manfaatkan waktumu dengan baik,,, Sintya, ingat kata-kataku tadi ya,,� seru Zuraida melepaskan batang Arga, mengedip genit ke arah Sintya. Lalu melangkah keluar dan menutup pintu.Tinggal Arga dan Sintya yang saling pandang.
�Apa yang dikatakan Zuraida tadi?,� tanya Arga, duduk ditepi ranjang.
�Adda aja,,,� Sintya tertawa genit, berusaha menurunkan celananya yang ketat hingga ke lutut, memamerkan gundukan vagina yang begitu indah, tersembunyi penuh misteri di balik kain segitiga berenda yang tipis.
�Soo,,, apa kau masih ingin alat ini mengukur batangmu itu,� tanya Sintya, jarinya mengusap-usap kain tepat di bibir vagina, membuat kain itu mulai basah.
�Aaaawwww,,, Argaaa,,,� Sintya terpekik, Arga membenamkan wajahnya ke selangkangannya, lalu mengusapi kain pelindung dengan hidung dan bibirnya.
�Gaaa,, ingaaat kata Zuraida, waktu kita hanya sebentaaar,,� Sintya berusaha melepaskan celana dalamnya, lalu membuka lebar pahanya.
Arga yang tengah melepas celana, harus meneguk ludahnya, barang itu statusnya memang milik Pak Prabu, tapi bos nya itu sangat jarang menggunakan, hanya pada saat berpergian keluar daerah bersama Sintya.
�Maaf Sin,, aku ga bisa memasukkan punyaku,,, tapi,,, kurasa bibir mu ini cukup mahir untuk mengukur seberapa besar batangku ini,,,� Arga memegangi batang besarnya yang sudah mengeras sempurna.
Mau tak mau Sintya harus mengakui keunggulan batang Arga dari milik Pak Prabu, tanpa menyentuhnya pun semua wanita pasti sudah tau.
�Sini Gaaa,, biar bibirku yang memastikan,,� Sintya membuka lebar mulutnya, tanpa basa-basi wanita itu ingin segera melumat seluruh batang Arga ke dalam mulutnya.
�Eeemmmhhh,,, Ghheedhheee bhhaaangheeed,,,� Sintya memutar-mutar wajahnya, membuat batang Arga serasa dipelintir. Menariknya keluar memandangi dengan takjub, lalu kembali memasukkan sambil menggerakkan kepalanya maju mundur.
Arga tertawa bangga. �hehehee,,,bagaimana? punya siapa yang lebih besar,,,�
Wanita itu memandangi Arga dengan tatapan birahi, �Masukkanlah ke dalam tubuhku,,, hingga aku benar-benar bisa mengukurnya,,,� Sintya mengangkat pinggulnya, seolah memamerkan kenikmatan yang siap diberikan oleh kemaluannya.
Sintya menggeliat, tubuhnya sudah tak tahan untuk merasakan kejantanan Arga, apalagi saat teringat kejadian di gazebo, saat batang itu memenuhi lorong vaginanya dengan sempurna.
Mata Arga memandangi vagina yang terus dielus-elus oleh Sintya, membuat permukaannya begitu basah. Tapi Arga menggelengkan kepala dengan sangat berat.
�Aku ga bisaaa, Sin,,� pesan Zuraida terombang-ambing di pikirannya.
�Gaa,, Pleasee,,,� Sintya merengek, semakin tinggi mengakat vaginanya, memamerkan pada Arga yang masih berlutut di samping kepalanya. Menguak kedua pintu vagina, hingga mata Arga dapat melihat lorong yang begitu sempit.
�Aaagghhh,, Siaaal,,, Zeee,,, maaaf sayaaang,,aku ga tahaaaan pengen nusuuuk lubang Sintyaaa,,,� Arga menggeram, menindih tubuh montok Sintya, mengarahkan batangnya ke pintu vagina, dan dalam tiga hentakan batang besar itu berhasil masuk sepenuhnya.Tanpa sepengetahuan Arga, mata indah milik Zuraida mengamati dari celah pintu yang tidak tertutup rapat. Tersenyum lembut sambil menggeleng-gelengkan kepala.
�Gaa,,Usahamu untuk bertahan boleh juga,,� gumamnya pelan, lalu berbalik menuju kamar dengan birahi yang ikut tersulut.
�Gaaa,,, Oooowwwhhh,,, penuh banget Gaaa,,,�
�Mba Zuraidaaa,,,sudaaah masuk semua Mbaaa,,,�
�Oooowwwhh,,,�
Arga terkaget, menghentikan gerakannya, �Apa maksud mu Sin,,,�
�Mba Zuraida membisikiku,, menantang, apakah aku bisa menelan semua batangmu,,,�
�Owwhhh yaaa?,,,jadi memang ini yang diinginkannya?,,lalu apalagi,,� Arga menjadi bingung dengan Zuraida, dirinya dilarang tapi justru menantang Sintya untuk menggodanya.
Tapi masa bodoh lah bila itu adalah ujian untuk dirinya, karena vagina Sintya sangat mahir memanjakan batangnya di dalam sana. Pinggulnya kembali bergerak menghentak dengan ganas.
�Mba Zuraida juga pengen Pak Arga nyemprot di dalam sebelum dia selesaai maandiiii,,, Aaahhhh,, yaaa,,,Oooowwwhhh,,,�
�Owwwhh,,,tapi apa kau sanggup membuat aku keluar secepat itu? Arrggghhh,,,�
�Aaahhhssss,,, bisaaa,, haruuusss bisaaa,,, Sintyaaa pengeeen disemproot punyaaa bapaaaak,,,� paha montok itu menjepit pinggul Arga, kakinya membelit kaki Arga dan menekan pinggulnya keatas. Membuat batang Arga masuk semakin dalam dan terjepit begitu erat.
�Gilaaa,, ada jugaaa ternyata tehnik seperti ini,,, Uuugghhh,, tapi ini belum cukup Sin,,,� Sintya tertawa sambil terengah-engah di sela sodokan Arga yang semakin keras. Lalu mendorong Arga hingga duduk bersimpuh di atas kedua kaki, dan menaikinya, tanpa menunggu Arga siap, Sintya yang kini dalam posisi dipangku segera menggerakkan pantatnya dengan liar.
�Oooowwwhhh,,, Paaaak,,, bagaimanaaa,,, Aaagghhhh,,,�
Membekap wajah Arga di antara kedua payudara, pinggul montok itu kini bergerak menghentak dengan kasar dengan lorong vagina yang menjepit erat.
�Paaaak,,, cepeeet keluaaarin Paaaak,,, Sintya udaaah ga kuaaaaat,,�
�Ooowwwhhh,,, batang mu gedeee bangeeet Paaak,,,�
Gerakan liar wanita cantik berponi itu membuat Arga kelabakan, batangnya dengan cepat keluar masuk.
�Uuugghh,, gila kamu Sin,,, Aaaghhh,, barangmu ini haruss menjadi milikkuuu Aaarrgghh,,,�
�Please semprotin meeeemek aaahh,,,Sintyaaaa,,�
�Pleaseeee,,, Sintyaaa keluaaaarrrr,,,�
�Aaarrrgggghhh,,,�
�Akuuu semprooot memeeeeeek mu Siiin,,, Aaaarrrgghhhh,,,�
Kedua tubuh manusia berlainan jenis itu berkelojotan, saling melumat bibir, bertukar ludah, seiring cairan kelamin mereka yang menyatu dalam vagina Sintya.
�Oowwhh,, nikmat banget punyamu Sin,,,hehehee� ucap Arga, menjatuhkan tubuh Sintya ke kasur, dan menindihnya.
�Punya bapak tuh yang gila,, nusuknya dalem banget, sampe mentok,,hihihi,,,�
�Paak,, Apa bener bapak mau ngambil saya dari Pak Prabu,,,� tanya Sintya, tatapannya begitu serius, membuat Arga bingung.
�Eeeenghhh,, maksud ku,,�
�Hehehe,, tenang aja pak,, Sintya Cuma bercanda koq,,hehehe,,�
�Tapi kalo kapan-kapan bapak mau nyoba alatnya Sintya lagi, boleh koq,� Wanita itu tersenyum, menyembunyikan wajahnya ke dada bidang Arga. Memeluk erat, dalam desir hati yang berbeda.
* * *
�Waahh,,, cepet banget,,, tau-tau udah makan disini,,,� Sapa Zuraida saat mendapati Arga dan Sintya sudah berada di ruang tamu. �Tapi kamu sudah mandi kan Ga?,,�
�Ya sudahlah,, kamu aja yang terlalu lama mandinya,,� jawab lelaki itu sambil memandangi tubuh Zuraida yang dibalut kaos putih yang ketat. lebih ketat dari biasanya.
�Gimana tadi?,,,� bisik Zuraida, duduk di sisi Sintya.
�Aku menang,,Mba kalah,,,� jawab Sintya malu-malu.Zuraida langsung melotot ke arah Arga, yang tiba-tiba keselek dipandangi wanita berwajah cantik itu. penutup kepalanya diikat keleher seakan sengaja memamerkan sepasang gundukan payudara yang membulat padat dibalik kaos ketat.
�Aku ke kamar sebentar, ngambil kacamata, pasti panas banget nanti,,� pamit Sintya, menuju kamar.
�Sempurnaaa,,� ucap Arga pelan. Matanya tak sengaja menangkap tonjolan mungil, puting Zuraida tercetak jelas di kaos putihnya yang ketat. Bulatan payudara yang tidak ditopang oleh bra itu tetap membusung tegak, bergerak begitu indah mengikuti gerakan tubuh sang wanita. Sontak wanita itu tersipu malu, menundukkan wajahnya.
�Argaa,,, apakah aku masih terlihat cantik?,,� Hati Zuraida bergemuruh, ingin mendapatkan pengakuan dari lelaki yang dulu begitu dikaguminya.
�Cantik, bahkan sekarang kau bertambah lebih montok,,� Arga berdiri, mendekati bangku Zuraida. �Tapi bagiku, kau lebih dari sekedar cantik dan seksi, kau masih yang terindah,,�
�hohohoo,,, tidak,,tidaaak, jangan menggodaku lagi,,,� Zuraida bangkit, berusaha mengelak dari Arga yang ingin merengkuh pinggangnya. �Kau sudah gagal tadi,, u are a looser,, hahaaha,,,� lalu berjalan menuju keluar.
�Aaahhh Siaaaal,,,� Arga memang sudah menduga jika Zuraida tadi tengah mengujinya.
�Zeee,,, Sayaaaang,,,� Arga menggenggam tangan Zuraida, menahan wanita itu. Menatap dengan penuh harap.
Setidaknya…
Biarkan di waktu yang tersisa ini aku memilikimu…
Merengkuh hatimu yang begitu jauh…
Meski sesaat, itu sangat berarti bagiku…
Aku ingin dirimu…
ZUraida terdiam, mendengus kesal atas pertahanan hatinya yang begitu lemah, Lagi-lagi harus menyerah pada tatapan teduh itu. Berjalan mendekat, masuk dalam pelukan sang lelaki.
�Arga,,, meski untuk sesaat, liburan ini juga sangat berarti bagiku,,, berusahalah untuk mendapatkan ku,, mendapatkan tubuhku,,,� ucap wanita yang hatinya tengah goyah itu.
Ada hasrat untuk menyerahkan tubuhnya dalam keperkasaan sang pejantan, tapi tidak dalam birahi liar. Wanita itu menginginkan sang pejantan menikmati tubuhnya dalam ritual hasrat yang sengaja dicipta, mencinta dan dicinta.
�Mbaaa,, Hehehee,, sorry,, lagi-lagi aku ngeganggu, Cepet Yuk,,, udah ditunggu sama yang lain,� seru Sintya, tepat saat Arga mengecup lembut Zuraida, yang menyambut dengan bibir terbuka.
Bersambung…