Arga berusaha menahan tawa melihat ulah Lik Marni yang kini berusaha kembali memasukkan kepintu anusnya sambil membelakangi Arga. Tapi lagi-lagi usahanya gagal.
“Kalo pake ini gapapa kan Deen,,” tanya Lik Marni sambil meraih botol Bimoli yang masih tersisa setengah.
“Hahahaa,, boleh juga, tapi abis itu jangan dimasukin wajan yaa,,”
“Ihh,, Aden,,” Lik Marni menyentil batang Arga dengan gemes.
“Ayo cepat olesin,,ntar Mang Oyik keburu kelar lhoo,,” bisik Arga, menarik tubuh Lik Marni hingga terduduk diperutnya menghadap batang besar Arga, dengan cepat tangan lelaki itu mengubel-ubel vagina Lik Marni yang sudah mulai mengering.
“Ooowwhhsss,,,Deeenn,,” sambil mengerang menikmati korekan tangan Arga di vaginanya, Lik Marni mengolesi batang Arga dengan minyak goreng. Dalam hati Lik Marni masih belum puas menikmati batang besar itu dengan vaginanya, tapi entah kenapa dirinyapun kini merasa penasaran untuk menikmati batang itu dengan menggunakan pintu belakang.
“Ayo Deeenn,,,” Lik Marni beranjak dari tubuh Arga, mengambil posisi telentang di dipan, mengangkang, lalu menarik lututnya hingga selangkangannya terangkat dan terekspos bebas.
“Ayo Deeenn,, tekan,,,” pinta Lik Marni saat yakin batang Arga berada di depan liang sempit yang mengerucut.
“Eeeemmgghhh,,,” Sambil berdiri disisi dipan, Arga mengejan agar penisnya mengeras maksimal, dirinya memang memiliki pengalaman mengawini liang dubur istrinya, tapi pintu belakang Lik Marni kali ini jelas lebih rapat.
“Ooowwggghhh,,, Deeen,,,,,” tangan Lik Marni mencengkram lengan Arga saat merasakan penis Arga berhasil menguak perlahan. Bulir air mata menggenang akibat perih yang menyerang, “Teruss ajaaa,, gapapa Deenn,,” Wanita itu memberi izin kepada Arga yang terhenti, wajahnya tampak memucat.
“Eeeeenggghhhh,,, bisaaa masuuuukkk,, Deeeenn,,,” Kepala Lik Marni terangkat mengamati kepala penis yang telah menghilang diliang anusnya.
“Boleh saya terusin,,,” ucap Arga meragu saat melihat air mata Lik Marni menetes.
Wanita itu mengangguk pelan “Yang lembut ya sayaaang,,,” pintanya. Sebagai gadis kampung, dalam percaturan birahi, Arga adalah lelaki dengan kualitas yang terbaik dari para lelaki yang pernah menikmati tubuhnya, dan Lik Marni tak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini.
“Tentu saja sayaaang,,,” jawab Arga seraya menjatuhkan tubuhnya diatas tubuh montok Lik Marni, lalu melumat bibirnya dengan lembut, dalam pagutan bibir Arga bibir Lik Marni tersenyum, membalas melumat seiring batang Arga yang menusuk semakin dalam.
“Ooowwwhhh,,, lagi-lagi mentok, penuh banget,” bisik Lik Marni manja, lalu mata keduanya tanpa dikomando sama-sama melototi sebagian batang Arga yang masih tersisa di luar.
“Masih sakit?,,,”
“Sedikit,,,”
“Sudah siap?,,,”Wanita itu mengangguk sambil tersenyum malu-malu.
“Aaahhhh,,, yaaa,, yang lembut,, yaaa,,, tusuuuk lagiii,, pelaannn,,Eemmmhhh” Lik Marni mengomando pergerakan batang Arga, menusuk pantat nya yang terangkat, berusaha menikmati.
“Lebih cepaaatt,,, ini mulai membuatku melayaaang,,Ooowwwhhh,,,” rintih Lik Marni.
Arga tersenyum, saat bisa melakukan hentakan-hentakan sesuai keinginannya. Tapi lorong itu memang sempit, erat mencengkram batangnya.
“Ooowwhhh,,, Saaayaaang,,, jangan terlalu cepaaat,,” Lik Marni merintih berusaha mengimbangi sodokan Arga, tubuhnya menggelinjang liar saat Arga memainkan vaginanya yang menganggur.
“Aaaarrrggghhhh,,, minggir Deeeenn,, saya mau kencing,, cabuuut,,,” Permohonan Lik Marni tak dihiraukan, Arga terlalu menikmati hangatnya liang belakang Lik Marni.
“Oooowwwhhhhssss,, Maaf Deeeenn,, Maaaaaff,,,” teriak Lik Marni yang menghantar orgasme seiring air kencing yang menghambur ketubuh Arga, tapi itu sungguh menjadi pemandangan yang luar biasa bagi Arga.
Tak ayal lelaki itu semakin cepat menusuk-nusuk tubuh Lik Marni berusaha mengejar orgasmenya sendiri.Lik Marni yang sudah bisa menguasai ekstasi orgasmenya tersenyum, melihat Arga yang begitu bernafsu menjejalkan batang besar ke dalam tubuhnya.
“Nikmati sepuasmu Den,,” suara Lik Marni terdengar lirih diantara dengusan nafas Arga.
“Tapi ngecrotnya disini aja ya Deenn,,” Lik Marni mengusap-usap vaginanya, menyibak gerbang dengan kedua jarinya seakan mengundang batang Arga untuk kembali masuk kelorong vagina yang dangkal. “Kali aja saya bisa dapat anak dari Aden” sambungnya manja namun dengan nada serius.
“hahaha,,, bisa aja Lik Marni ini,,,” Arga semakin cepat menghajar Lik Marni.
“Ooowwwgghhh,,, nihh,,, terimaaa,,,” suara Arga terdengar serak, saat mencabut batangnya dari anus Lik Marni dan dengan cepat kembali menghujamkannya ke vagina yang basah.
“Aaakkkhhhh,,,” Lik Marni terkaget-kaget dengan gerakan Arga yang tak diduganya, berusaha mengangkang lebih lebar, membiarkan batang Arga masuk lebih dalam dan dengan bebas menghamburkan benihnya di pintu rahim.
Lik Marni tertawa melihat tubuh Arga yang kelojotan diantara selangkangannya.
“Sedaap,, punyamu sedap banget Lik,,” bisik Arga sambil memaju mundurkan pantatnya menikmati ekstasi yang tersisa.
“Heeyy,, ternyata jamu mu emang manjur Lik,, rasakanlah batangku yang masih mengeras dalam vaginamu,” Lik Marni kembali tertawa saat Arga yang mencabut batangnya dan berusaha memasukkan batang itu ke lubang belakangnya.
“Ooowwhhh,, masih sempit aja punyamu Lik,” dengus Arga merayu.
Blaamm…
“Hhhhmmm,, pantes aja ditungguin lama banget,” suara Aida mengagetkan keduanya.
Sontak Arga dan Lik Marni menoleh ke pintu, namun disitu hanya ada Aida yang berdiri dipintu dapur dengan baju lusuh dan rambut acak-acakan. Dari kaca mereka dapat melihat Mang Oyik yang tertidur kelelahan.
“Sini Non,,, kalo ga salah dengar tadi Den Arga juga pengen nusuk pintu belakang si Non,,” ajak Lik Marni seramah mungkin, dia sadar jika dirinya sudah menyerobot selingkuhan wanita itu.
“Pintu belakang?,, Arga,,apa kau tengah menusuknya di lubang belakang?” tanya Aida yang terkaget sekaligus penasaran, dengan cepat mendekati Arga yang kembali menusuk-nusuk anus Lik Marni sambil cengengesan.
“Siaalan,, ga dapat di aku, lubang dobol Lik Marni yang kau embat, Huuhh,,,” ada nada cemburu dari suara Aida saat melototi batang besar yang tadi sore membuatnya 2 kali orgasme kini menusuk tubuh Lik Marni.
“Ayo sini Nonn,, mumpung batang Den Arga masih keras,,” ajak Lik Marni sambil menarik lengan Aida yang ada dalam jangkauannya.
“Tidak,, aku masih terlalu capek,, nanti sajalah,,”
“Ayolah tak apa,, kurasa kau masih kuat, setidaknya untuk satu ronde,” bisik Arga melepaskan batangnya lalu memepet tubuh Aida ketembok, menarik pinggulnya kebelakang hingga menungging.
“Ooowwhhh Shiiit,,mana celana dalam mu,, ,” Arga keheranan saat menyibak rok Aida dan mendapati pantat yang menungging tanpa tertutup kain pelindung.
“Tuhh,, dikelonin sama Mang Oyik,,”Arga dan Lik Marni sontak tertawa.Setelah meremas-remas pantat montok Aida, Arga beranjak mengambil Bimoli dan melumuri batangnya. Sementara Aida terbengong, apa benar Arga ingin menusuk lubang belakanganya sekarang, setelah usahanya tadi sore gagal, namun dirinya tak yakin.
“Aaaggghhh,,, Argaaa,,, bilang dong kalo mau langsung nusuk disitu,,” mata Aida melotot menahan sakit. “Aaawwwhhhh,,, koq bisaa massuuukk cepet bangeeett siihhh,,, aaaggghhh,” minyak goreng ternyata cukup ampuh untuk dijadikan pelumas.
Meski sulit, lorong Aida tidak sesempit milik Lik Marni, kali ini batangnya lebih mudah menerobos masuk. Setelah yakin Aida bisa menyesuaikan dengan batang besarnya Arga perlahan memompa maju mundur.
“Ooowwwwhhh,, Pelan Gaaa,,,punyamu gede banget,,”
“Tenang aja Non, sama persis waktu Non pertama kali ditusuk di depan, sakitnya sebentar aja koq,,” ucap Lik Marni, terinspirasi dari ulah Arga yang mengobel vaginanya, jari Lik Marni terulur menggapai vagina Aida.
“Mau ngapain Lik?,,,”Tapi Lik Marni Cuma cengengesan, lalu menyelusupkan sebuah timun berukuran sedang ke vagina Aida.
“Semoga ini bisa membantu,” ulah iseng Lik Marni benar-benar mebuat Aida kelojotan, dua lorong kemaluannya dipenuhi oleh batang.
“Saya mau istirahat sebentar, biar sperma Den Arga bisa ngetem di dalam,” ucapnya berlalu menuju kamarnya, tanpa rasa bersalah pada Aida yang kini kewalahan.
“Aaarrggghh,, Gilaaa,,,” Aida menikmati sambil sesekali meringis saat batang Arga masuk terlalu jauh.
“Duuuhhhh,,, kali ini bener-bener sesak banget Gaaa,,, udaahh mau nyampe nihhh,,,” erang Aida yang memainkan timun keluar masuk di vaginanya.
“Wadduuuhhh,,, Bu Guru koq cepet banget,,” tanya Arga, namun tak dihiraukan oleh Aida yang sibuk menyambut orgasmenya.
“Aaaaagghhh,, Gaaaa,,,” Aida mengangkat pantatnya lebih tinggi untuk mendapatkan penetrasi yang lebih dalam.
“Siaaal,,,,,” Kini giliran Arga yang ikut panik, pantat montok dan mulus yang tersekspos menerima eksplorasi batangnya ditambah gaya menungging Aida yang begitu menggairahkan memberi fantasi tersendiri bagi Arga.
“Ooooowwwhhhsss,,,aaahhhhhhhh,,, keluaaarrr,,” Tubuh Aida bergetar menoleh, menatap Arga dengan pandangan penuh birahi.
hujaman Arga yang tidak menurunkan ritmenya membuat wajah Aida yang menatapnya semakin terengah-engah.
“Sialan,, Innocent banget sih wajah ni guru,,,” geram Arga tak tahan memandangi wajah Aida yang begitu pasrah.
“Mampuuuusss,,,, Aaagghhh,,,” Batang Arga yang terbenam erat serasa membesar dan tiba-tiba menghamburkan sperma, meski tidak sebanyak sebelumnya tetap saja membuat Aida kegelian.
“Gila,, hanya beberapa menit udah ngecrot lagi,,” gumam Arga seraya melepas batangnya dan terduduk didipan.
“Emang,,, gila banget,, tubuhku juga serasa remuk dipake dua orang,” imbuh Aida yang terhuyung membetulkan roknya.
“Iiiikkhhh,, dari ujung kaki sampai ujung rambut bau sperma,” kali ini Arga tertawa terpingkal mendengar ucapan Aida yang tengah membaui tangan dan rambutnya.
“aku kekamar dulu,,mandi, makan, tiduuuurrr mpe besok,”
“Hahahaaa,,,” Arga geleng-geleng kepala, menyusul Aida sambil mengagumi pantat Aida yang berayun mengikuti langkah kaki menuju pintu samping.Sementara Arga berbelok ke gazebo. Suasana pantai sudah sangat gelap, untunglah bulan yang tengah menuju purnama cukup membantu mata Arga mengamati sekitarnya.
“Eaalaaahh,, koq malah gerimis sih,,” dengus Arga seraya mengangkat kedua telapak tangan meyakinkan adanya rintikan air dari langit.
“Gaaa,,,” Adit setengah berlari, melambaikan tangannya dari kejauhan. Sementara dibelakangnya tampak Aryanti dan Sintya mengiringi sambil tertawa.
“Ternyata istrimu emang pelit banget, Masa aku dibiarin kentang,,,” tanpa basa-basi Adit ngedumel dengan wajah super mupeng, Lalu bergegas menuju cottage.
“Mau kemana Dit?,,,”
“Nyari Istri kuuu,,,udah ga tahan nih,,,” Teriak Adit tanpa menoleh.Sementara Arga hanya terdiam bingung, tidak tau apa yang telah antara istrinya Aryanti dan Adit.
“Adit kenapa?,,,”
“Tuhh,,tanya sama istrimu, tega banget ngerjain anak orang, hahahahaa,,,” jawab Sintya sambil tertawa.
“Tidak apa-apa sayang, bukan masalah yang perlu dibesar-besarkan, hanya memberi sedikit pelajaran bagi pemula,,Hihihhi,,,” jawaban Aryanti disambut tawa Sintya.
“Tau ga? Tadi istrimu membiarkan Adit meremas payudaranya,, Hahahaha,,,”
GLEKK,,, meremas payudara? Dan itu bukan masalah yang besar?..
“Kita ke sana dulu lah,, biar ku ceritakan semua,,lagipula kakiku capek banget, ingin istirahat sebentar,” Aryanti mendahului melangkah menuju Gazebo, disusul Sintya.
Arga menelan ludah saat menyadari bagian belakang rok ketat Sintya tampak lusuh dan sedikit terangkat, namun pakaian Aryanti jelas terlihat lebih berantakan.
Bahkan bagian atas kaos nya yang lebar dan terjatuh dikedua sisi lengannya, hanya menampakkan satu tali bra, Apakah tali satunya memang sudah terlepas? Tapi oleh siapa? Dan bagaimana bisa tali itu bisa terlepas?,,, APA Yang sebenarnya terjadi.
“Huuufff,,, Jadi begini,,” tutur Aryanti setelah menghempas pantat montoknya di atas bangku dari kayu. “Setelah makan malam tadi, Aku dan Sintya mendapati Dako yang tampak merayu Bu Sofia, karena curiga aku dan Sintya mengajak Adit untuk menguntit kemana tantenya itu pergi,”
“Ternyata mereka menuju sebuah tebing yang sepi, meski agak jauh kami dapat melihat bagaimana Dako akhirnya berhasil menelanjangi bagian bawah tubuh Bu Sintya, yang terlihat pasrah,”
“Sayang,,, Seharusnya kau melihat bagaimana rakusnya Dako melumat kemaluan Bu Sofia, hingga membuat perempuan itu mengerang keras di kegelapan, memang tadi sehabis makan kamu kemana? Aku tidak melihatmu diantara teman-teman,” tanya Aryanti.
“Ehh,, akuuu,, menemui Mang Oyik, untuk menanyakan perlengkapan yang ada disini,” jawab Arga serampangan.
“Aku yakin, Dako berhasil membuat Bu Sofia orgasme di mulutnya,, Ooowwhh,, aku jadi merinding bila mengingat rintihan Bu Sofia tadi,” celetuk Sintya, menyelamatkan rasa bersalah Arga.
“Yaa,, orgasme di mulut seorang lelaki memang sangat menantang sekaligus menggairahkan,” balas Aryanti sambil memejamkan matanya seolah saat itu dirinya dapat merasakan kenikmatan itu.
“Sial, pasti Aryanti teringat permainan nakal yang dilakukan bos dikantornya,” Arga menggeram kesal melihat ulah istrinya.
“Yaa,, apalagi saat Dako menghajar kemaluan Bu Sofia yang menungging di tengah hamparan pasir pantai,, Ugghhhh,,, pengeeeennn,,” jerit Sintya menahan hasratnya, disambut ulah istriku yang menjepit lengan dengan kedua pahanya. Arga sangat hapal, itu adalah gelagat istrinya bila tengah horny.
“Lalu apa hubungannya dengan adit,”
“Adit,, hahahaa,, Adit merajuk kepada kami, dan menuntut kami untuk bertanggung jawab karena telah menyeretnya untuk mengikuti Dako dan Sofia, kau taukan? Adit sangat bernafsu pada tubuh tantenya itu. Dan adegan itu membuat batangnya mengeras dengan sempurna,” Jawab Aryanti.
“Dan aku tidak dapat menghindar saat dengan tiba-tiba ia memelukku dari belakang, apa kau tau sayang? Anak muda itu ternyata sangat rakus, belum sempat aku memberi izin, mulutnya telah mencomot payudaraku hingga tali braku terputus,”
“Ooowwwhhh,, lalu?,,” Suara Arga tercekat hampir tak terdengar.
“Yaaa,, dia bagai orang kesurupan, melumat kedua payudaraku, mungkin di dalam kamar nanti kau bisa melihat beberapa tanda merah di payudaraku ini akibat gigitannya,”
“Asseeemmm,,, kenapa istriku bisa sesantai ini bercerita tentang pencabulan pada tubuhnya, mana aku disuruh melihat cupangan ulah mulut Adit,, uugghhh,, juangkrriikk,,” Arga menggumam dengan hati yang kesal.
“Apakah hanya itu?,,”
“Tentu saja tidak, setelah puas bermain dengan payudaraku Adit meminta hal yang sama pada Sintya, dan ternyata payudara Sintya jauh lebih besar dari milikku,”
“Tidak,,tidaak,,, punyamu lah yang lebih besar, hahahaa,,” elak Sintya sambil tertawa.
Aryanti melotot genit kepada Sintya, “Sayang, dari gumpalan dibalik kaosnya kau pasti sudah bisa menebak payudara siapa yang lebih besar diantara kami, atau,,,jika kau tidak percaya remaslah punya Sintya,, hingga kau bisa menilai payuadara siapa yang lebih besar,hahahaa,,”
ZLEEBBB,,,
Meski Arga tidak yakin apakah perintah istrinya untuk meremas payudara Sintya sebuah gurauan ataukah serius, yang pasti tanpa Arga duga dengan mudahnya tangan itu melayang, menyentuh payudara Sintya yang membuat tubuh gadis itu tegang seketika.
Arga meremas cukup kuat untuk merasakan tekstur gumpalan payudara istri simpanan Pak Prabu itu.
“Kurasa payudara kalian sama besarnya,” ucap Arga tanpa menghentikan remasannya.
“Sayang,, jangan membuatku cemburuu,, kau meremas payudara Sintya tepat di depanku,,” Aryanti merajuk, membuat Arga terkaget melepaskan remasannya, sementara wajah Sintya bersemu merah.
“Aku hanya mengikuti intruksimu sayang,,” jawab Arga cengengesan.
“Huuhh,, paling pinter kalo ngeles,,” sambut Aryanti yang akhirnya tertawa karena tidak bisa berpura-pura marah kepada lelaki yang sangat dicintainya itu.
“Sudahlah aku mau kekamar dulu,, celana ku terasa sangat lengket,” ucap Aryanti pamit, lalu beranjak mendekati Arga, mengecup kening lelaki itu dengan lembut.
“Heehh,,, kenapa tubuhmu seperti ada bau pesing? Dan ada bau,, bauu apa ya ini?,, minyak goreng?,,”
JEDEERRR,,,
“Yaa,, aku menyempatkan membantu Mang Oyik membenarkan mesin genset, bukan minyak goreng, tapi Oli,,”
“Oli?,,, tapi koq seperti minyak goreng ya?,,” tanya Aryanti sambil membaui tubuh suaminya. Untunglah sesaat kemudian wanita cantik dengan tubuh semampai itu berbalik dan melangkah menuju cottage.
“mandi,,dan gantilah bajumu sayang,, aku tunggu kamu dikamar,,” teriak Aryanti dengan gaya yang genit, lalu melanjutkan langkahnya.
“Istrimu cantik banget Mas, plus seksi,,,aku yang sesama cewek aja kagum, apalagi mata lelaki,,”
“Yaa,, aku memang beruntung memilikinya,”
“Jaga bener-bener, banyak lelaki yang menginginkan tubuhnya lhoo,,”
“Iya,, Heh,, tunggu maksudmu,,,?,,”
Sintya hanya menjawab dengan senyuman.
“Apa benar yang terjadi tadi hanya sebatas itu?,,,” Arga berusaha mengorek dari Sintya, sesaat gadis itu memandang mencari sesuatu dimata Arga yang memiliki tatapan tajam.
“Huufff,, Lebih dari itu,,”
Arga berusaha bersabar menunggu bibir Sintya membeber cerita.
“Adit terus merajuk kepada kami, aku sempat meremas batangnya yang ternyata memang sudah sangat keras, dan aku terpekik karenanya.
Aryanti yang penasaran akhirnya juga meremas batang Adit yang tersembunyi dibalik celana pantainya, ohh,,, tidak,,tidak,, Aryanti langsung merogoh ke dalam celana Adit, dan merasakan batang itu langsung dengan telapak tangannya, sepertinya istrimu tertarik dengan bentuk batang Adit yang bengkok itu,” Sintya berusaha mengingat-ingat detil kejadian yang terasa begitu cepat dengan mata menatap buih ombak yang bergulung.
Sementara nafas Arga tertahan. “Laluu,,” sumber Ngocoks.com
“Laluuu,, yaa,, kami terpaksa mengizinkan Adit mencumbu tubuh kami bergantian tanpa dengan syarat tidak melepas pakaian kami, kami terbawa gairah permainan Dako dan Bu Sofia yang begitu panas.
Arga semakin penasaran, apakah kejadian di kantor istrinya terulang lagi, “Laluu,,?,,”
“Istrimu sungguh wanita yang memiliki gairah yang meletup-letup,, akupun begitu,,,” bibir Sintya hening sesaat, pahanya menjepit erat.
“karena tidak tahan, istrimu yang berinisitif lebih dulu menurunkan celana hingga kedengkul dan meminta Adit memanjakan vaginanya dengan mulut pemuda itu, sementara ia berpegangan pada pohon kelapa, aku dapat melihat dengan jelas bagaimana lidah Adit menyapu setiap inci pintu vagina dan anus Aryanti,,Uuugghhh,,”
Suara Sintya tertahan saat merasakan tangan Arga meremas pahanya yang terbuka.“Sialan,, rupanya istriku tadi bukan menghayalkan kejadian di kantornya, tapi justru teringat ulah Adit yang menservis vaginanya,, siaaal,,siaaal,, aku kecolongan lagii,,” Arga ngedumel dalam hati.
“Apakah Adit juga melakukan itu padamu?,,,”
“Iyaaa,,, aku penasaran dengan lenguhan orgasme istrimu saat wajah Adit sepenuhnya terbenam diantara pantatnya dengan lidah terjulur masuk ke dalam vagina, aku tau itu karena aku juga meminta Adit melakukannya pada vaginaku, memang benar kata istrimu,, orgasme sambil mengangkangi wajah lelaki itu sungguh sesuatu yang luar biasa,, Owwhhh,,,” suara Sintya tertahan saat jari-jari Arga berusaha menyelusup kedalam roknya yang sempit.
“Apakah terjadi enghhh,, terjadi sesuatu yang lebih jauh setelah itu,,”
“Tidaakk,, yaaa,, eeenghh,, aku tidak tau pastinya, karena setelah Adit berhasil membantu kami menuntaskan hasrat, giliran dirinya yang meminta kepada kami, aku menawarkan oral tapi Adit menolak dan ingin menyetubuhi salah satu dari kami,”
“Dan akhirnya istrimu bersedia karena setau ku istrimu sangat tertarik dengan bentuk penis Adit yang lucu, pastinya ia ingin merasakan bagaimana sensasi bila batang bengkok itu bergerak didalam vaginanya, tapi dengan syarat Adit memuntahkan spermanya diluar,” Duduk Sintya mulai gelisah, pahanya menjepit jemari Arga yang berhasil mengusap-usap vagina gemuk yang terbalut kain tipis.
“Istrimu beralasan, tak ada bedanya antara lidah dan batang penis, toh Adit sudah merasakan bagaimana bentuk vagina kami, sama-sama daging hanya bentuknya saja yang berbeda, dan aku mengangguk setuju, hanya ukurannya saja yang berbeda,”
“Apakah batang Adit lebih besar dari ini,” ucap Arga sambil mengeluarkan batangnya hingga membuat mata Sintya melotot.
“Tidaakk,, milikmu jelas lebih besar,,” tanpa diminta wanita berambut sepundak itu menggapai batang Arga, menyusuri otot yang terukir. “Tapi jika dibandingkan dengan milik Pak Prabu aku tidak tau, karena punya Bapak juga berukuran besar sepertimu,” suara Sintya bergetar, meremas batang Arga dengan gemes.
“Apa kau bersedia mengukurnya, agar kita tau milik siapa yang lebih besar,,?,,” ucap Arga, menarik pinggul Sintya, tanpa menunggu persetujuan mengangkat rok ketat yang membalut paha sekal sang sekretaris.
“Mungkin,, jika kau mau, aku bisa mengukurnya sebentar, yaa,, hanya sebentar,, untuk memastikan batang siapa yang lebih besar,” ucap Sintya, matanya mengamati sekeliling, lalu mengangkangi Arga, mengangkat roknya semakin ke atas dan menyibak celana dalamnya ke samping.
Semua terjadi begitu cepat dan,,,, “Oooowwwgghhh,,,,,” Sintya menekan pinggulnya kebawah, vaginanya sedikit kesulitan saat harus menelan ujung batang Arga yang besar.
“Oooowwwhhhsss,,, Siiinn,, Kau tidak akan tau jika tidak menekannya lebih dalaaaamm”
“Yaa,, kurasa kau benar Gaaa,,Aaahhh,,,”
“Punyaaamuuu,, punyamuuu lebih besaaarr dan panjaaaaaaang darii batang Bapaaak,,” lenguh Sintya saat berhasil melumat penis Arga.
“Pantas saja Aryanti begitu mencintaimu,,” bisik Sintya yang bergerak liar mengiringi remasan tangan Arga dipantatnya.
“Istrikuu,, Laluu,, apa Adit berhasil memasukkan batangnya ketubuh istriku,,seperti aku memasuki tubuhmu ini?,,,”
“Aku tidak tau pastinya, karena Adit menindih istrimu yang berbaring diatas pasir menutupi pandanganku,,, kalaupun Adit berhasil menyelusup kan batangnya kevagina istrimu kurasa itu tidak lama,, karena saat Adit menggerakkan pantatnya yang membuat istrimu mengarang, Dako dan Bu Sofia yang telah selesai bejalan menuju kami, dan aku segera memberi tahu hal itu kepada Aryanti, Akhirnya tubuh Adit terjengkal akibat dorongan istrimu yang kaget,”
“Adit masih merajuk, tapi kami sudah berlari meninggalkannya,” ucap Sintya sambil mempercepat goyangan pantatnya membuat batang Arga begitu dimanjakan.
Tapi tiba-tiba Sintya meloncat turun melepaskan batang Arga. “Ada yang menuju kemari,,” ucapnya dengan takut.
“Siaaaall,,,” kondisi Arga tidak jauh berbeda dengan Adit. Namun terpaksa menyarungkan pusakanya.
“Heeyyy,,, sedang apa kalian gelap-gelapan disini, Hayoooo,,,” terdengar suara lembut Zuraida yang menghampiri mereka, diiringi Pak Prabu yang menatap penuh selidik kepada Arga dan Sintya.
“Hahahaa,, kami hanya mengobrol koq,,,” jawab Sintya cepat. “Kalian dari mana?,,”
“Aku habis jalan-jalan sama Pak Prabu,, dijalan kami ketemu warung yang ngejual kentang goreng, renyah banget lhooo,, Arga mau?,,” ucap Zuraida dengan sangat lembut menyerahkan bungkusan kepada Arga.
“Kentang?,,, owhh,, tidak,, terimakasih,,,” jawab Arga dengan lesu…
Bersambung…