Beberapa menit kemudian, ibu kembali rebah dengan lemas. Aku masih duduk di selangkangannya tak tahu harus berbuat apa. Kulihat celana dalam ibu yang berwarna putih kini sudah gelap karena basah di bagian memeknya. Sementara celana dalam itu dihiasi cairan putih milikku.
Beberapa saat kemudian ibu baru sadar lalu mengangkat telepon.
“Maaf Mbak… tadi ada kucing berantakin dapur. Aku check dulu ke sana. Iya…. Berani benar tu kucing…”
Kini ibu duduk di sofa dan memegang telpon dengan tangan kanan. Tangan kirinya bebas. Gaunnya terbuka di bagian kanan, sementara tali bahu gaun kirinya masih terpasang. Aku yang sudah mulai berani, tanpa pura-pura segera meraih tali gaun tidur itu lalu menariknya turun. Ibu tampak tidak terpengaruh dan terus berbicara dengan tanteku.
Setelah aku mencopot tali itu dari tangan ibu, kini gaun tidur ini sudah tidak menyangkut apapun. Aku tarik gaun tidur ibu kebawah sambil melihat wajah ibu. Ibu terus berbicara dan hanya menatapku saja tanpa ada reaksi.
Keberanianku kini menjadi nekat. Aku terus menarik gaun itu sampai pinggangnya dan berusaha meloloskan gaun yang kini nyangkut di pantat. Ibu mengangkat pantatnya dan dengan cepat gaun tidur itu kuloloskan. Dengan gaun tidur itu aku menyeka celana dalam ibu yang penuh mani dan juga selangkanganku.
Tak henti mataku menjelajahi tubuh ibu yang sedang duduk dengan hanya celana dalam yang basah di selangkangan. Di mataku, semua wanita di dunia ini kalah seksi.
Ibu bagaikan penjelmaan dewi Venus yang mengundang maksiat di kepala semua lelaki, bahkan anaknya sendiri. Dengan tubuh yang tidak gemuk atau kurus, ibu memiliki tubuh wanita sesungguhnya.
Kedua payudara ibu begitu bulat dan indah, dengan lembah payudara yang hanya sedikit di bagian tengah agak ke atas, dekat dengan pusat tulang dada.
Kulit yang putih itu tampak begitu kontras dengan puting buah dada yang coklat muda. Puting itu duduk di bagian tengah payudara namun sedikit ke bawah dan agak ke samping.
Nampak payudara yang kencang dan hanya sedikit sekali kendur. Nafas ibu membuat kedua payudara ibu bagai menari tarian paling erotis yang pernah kulihat seumur hidupku.
Perutnya tidak rata, namun tidak buncit. Agak sedikit berlekuk yang menambahkan keindahan seorang perempuan sejati. Pinggulnya melebar, tanda bahwa perempuan yang adalah ibuku ini adalah perempuan yang diciptakan untuk melahirkan anak. Jembut ibu terlihat membayang di tempat mana yang basah sehingga bagaikan sedikit transparan.
Baru aku mau mendekati dewi sensual ini lagi, tahu-tahu telpon ditutup. Aku terpaku. Mata kami menatap satu sama lain. Aku bingung harus bagaimana. Akhirnya ibu duluan yang berkata,
“sudah malam. Waktunya tidur.” Dan ibu berlalu dari hadapanku…
Paginya ibu bangun seperti biasa. Kali ini dengan baju mandi yang seperti kimono, dengan tali untuk mengikat. Ia menyapaku seperti biasa. Aku menunggu tanda-tanda dari ibu, apakah tanda kemarahan, kekecewaan atau bahkan kebahagiaan. Namun tidak ada yang terlihat. Aku semakin bingung.
Ketika berangkat ke sekolah aku nekat mencium bibir ibu lama. Tidak ada tanda kemarahan, namun tidak pula ada balasan ciuman dari ibu. Aku coba mengeluarkan lidahku dan menyapu bibirnya. Tiba-tiba ibu mendorongku sambil tertawa dan menyuruhku ke sekolah.
Dengan penuh kebingungan aku berangkat.
Waktu pulang sekolah, ibu tidak ada di rumah. Aku menunggunya hingga senja turun. Ketika ia masuk rumah aku bermaksud menciumnya lagi, namun ibu hanya mengijinkan sebentar, berhubung ia membawa banyak belanjaan dan juga Ibu membeli makanan di luar.
Ketika makan malam, ibu mengajakku bicara seperti biasa dan tidak ada sedikitpun menyinggung malam kemarin. Aku benar-benar bingung sebenarnya mau ibu itu apa. Apakah ia senang dengan kemarin, ataukah tidak menyukainya?
Setelah makan ibu bergegas ke kamar dan aku menonton TV dengan penuh pikiran. Sekitar sejam kemudian ibu turun menggunakan baju mandi tadi pagi yang seperti kimono. Sehingga aku hanya melihat sedikit pahanya saja. Mungkin ibu tidak mau mengulang kemarin malam. Aku menjadi sedih.
Sekitar jam Sembilan ibu meraih telepon lalu memutar nomer. Tak lama ia berbicara,
“Ayah…. Telpon rumah dong…. Ibu kangen… Satu jam lagi ya….. aku lagi kangen… jangan…. jangan sekarang….. sejam lagi ya…… nanti ibu angkat dari kamar……”
Telponnya begitu singkat sehingga aku belum sempat duduk dekat ibu. Apalagi ibu bilang bahwa ia minta ayah telpon sejam lagi dan akan diangkat di kamar. Hmmmm, aku berpikiran ngeres…. Apakah ibu akan melakukan phone seks dengan ayah?
Aku cemburu dan sebal dan bingung. Apakah yang harus aku lakukan? Aku belagak tidak mendengar, dan wajahku pasti terlihat jutek. Tapi ibu tampaknya cuek saja dan ikut menonton denganku. Ketika satu jam hampir sampai, ibu bergegas ke atas.
Lama-lama aku penasaran, apa yang akan dilakukan ibu di telpon? Aku mulai horny lagi dan akhirnya memutuskan untuk ikut ke atas dan melihat situasi.
Ternyata kamar ibu dibuka. Ibu sedang duduk di samping kanan tempat tidur, di samping kanan ada meja tempat telpon. Ibu sedang menunggu telpon. Ibu melihatku ketika aku di depan kamar, dan hanya tersenyum. Perlahan aku masuk kamar, namun ibu tampak tidak bereaksi apapun.
Akhirnya aku naik tempat tidur dan beringsut mendekati ibu. Aku pura-pura bertanya,
“Ayah mau telpon ya? nanti Ari mau ngomong ya?”
“Kamu tunggu ya… biar ibu ngomong dulu seperti biasa….”
Ibu sedang bersandar di kepala tempat tidur dengan diganjal bantal. Aku menyelusupkan tangan kananku ke belakang tubuh ibu dan tangan kiriku mendekap perutnya. Ibu hanya terdiam. Baru aku mau cium pipinya ketika telpon bordering…..
“Iya ayahhhh……” ibu mengeluarkan suara yang manja. Aku menjadi horny dan kucium pipinya perlahan. “ih… ayahhhh… kok pura-pura ga tau sih? Aku kan kangen……….. ini lo….. aku mau coba kayak temanku dan suaminya…… itu loh ayah…… phone sex….. ayah mau kan? Aku udah kangen loooo…”
Aku agak terkejut. Ternyata dugaanku benar. Hmmm, ini nih… kayaknya bakal seru, batinku sambil tertawa dalam hati.
“Aku yang mulai ya, Yah.. abis ayah kok kayak malu-malu….” Suara ibuku begitu manja bagaikan anak perawan saja. Kontolku sudah mulai mengeras hanya karena suaranya itu.
“cium dong yah…” Kucium pipi ibu.
“kok enggak ada suaranya? Cium bibirku dong, yah…. coba pakai tangannya jadi suaranya kedengaran kayak asli… Aku contohin ya”
Tahu-tahu bibir ibuku mengecup bibirku berkali-kali sehingga memperdengarkan suara orang berciuman.
“mirip dong…. Soalnya ibu pura-puranya pakai penghayatan, coba ayah…..”
Aku mau cium ibu lagi tapi ia berkelit. Terdengar suara ayah yang pura-pura ciuman, bibirnya mengecup sesuatu, mungkin pakai tangannya sendiri seperti yang disarankan ibu tadi. Lalu ibu berkata,
“nah… gitu dong anak baik….. hihihi” ibu terkikik bagai gadis saja. “ibu balas ya…….”
Lalu ibuku menciumku lagi kini sambil memainkan lidah. Terkadang bibir kami menimbulkan suara kecupan, dan terkadang lidah kami bertautan. Saat itu ibu mengeluarkan gumaman nikmatnya,
“mmmmphhhh…..mmmmmmpppphhhhhh”
“kenapa yah? Ayah jadi horny? Ibu juga….. sekarang ayah jamah aku dooonnggg…..”
Aku mulai menikmati permainan ini.. ibu beringsut sehingga tiduran telentang, kedua kakinya sedikit terbuka. Aku segera memposisikan kedua kakiku di sela-sela kaki ibu, dan berhubung ibu suruh aku nenen, maka kepalaku sejajar dadanya,
Sementara kontolku kena tempat tidur, karena ibu lebih tinggi dariku. Aku segera menarik baju mandi ibu melolosi kedua lengan ibu, walaupun tali di pinggang masih terikat, sehingga hanya bagian atas yang terbuka. Bagiku ini sangat sensual.
Kedua buah dada putih ibu tampak mengacung menantang. Bulir keringat mulai muncul perlahan-lahan. Ibu menatap mataku, lalu meloloskan kedua tangannya dari gaun mandi kimono itu. Dengan tangan kiri ditaruh di bibir, tanda bahwa aku tak boleh bersuara, ibu menekan tombol speaker. Lalu perlahan ibu menaruh telepon itu di meja samping.
“Ibu… aku ngaceng nih…”
“jangan dulu, Ya… coba belai dada istrimu dulu…”
“aku belai ya…..”
Sementara ayahku yang bersuara, aku yang mulai menggenggam kedua payudara ibu dengan kedua tanganku. Kedua gundukan nikmat ibu begitu besar sehingga telapakku tak bisa menutupi seluruh payudaranya…
“Iya……. Begitu, sayangku……… shhhhhhhh….. coba remas sedikit dong yah…..”
“ini aku remas, dik….. kerasa ndak?”
Sementara tanganku mulai meremasi payudara ibu yang tambah berkeringat. Begitu lembut dan kenyal di tanganku yang coklat. Jempolku berkali-kali mengusapi puting ibu yang mulai mengeras, sama seperti kontolku yang mengeras perlahan.
“terus, Yaaah……. Nenen dong, yahhhhh……”
Sebelum aku mendengar balasan suara ayahku, aku menyerbu pentil kiri ibu dan aku sedot dalam-dalam. Ibu mendesah keras dan hampir berbarengan dengan suara ayahku yang pura-pura mmperdengarkan suara orang sedang netek, ibu berkata,
“Terus yaaaah….. iyaaaa, begituu”
Suara kecipakan mulut ayahku berpura-pura masih terdengar, sementara kini aku secara buas menjilati, menciumi dan mengenyoti seluruh toket kiri ibu. Bahkan aku mulai juga mencupangi kulit putih berhiaskan urat-urat biru halus gundukan tetek ibuku. Tak lama kulit putih payudara kiri ibu sudah dihiasi bercak cupang di sana-sini.
“sebelah lagi yah.. sshhhhh”
Aku menggerakkan kepalaku ke sebelah, dan kini buah dada kanan ibu yang menjadi sasaran mulutku. Kugagahi seluruh jengkal tetek ibu yang besar itu sampai seluruhnya berlumuran air liurku. Sampai saat itu aku mulai hafal bau tubuh ibu yang memabukkan.
Selama penjelajahan mulut dan lidahku di dada ibu, aku telah menanggalkan celanaku diam-diam dan aku menunggu kesempatan untuk dapat menggeseki selangkangan ibu lagi.
“aku ga tahan, diiiik……..” tahu-tahu ayahku setengah berteriak,” aku mau masukkin burungku ke sangkar kamuuuuuu…….”
Aku segera beringsut ke atas, mulutku tak lagi menggauli tetek ibu, aku lihat kesempatan untuk menggeseki selangkangan ibu lagi, maka sambil terus meremas kedua payudara ibuku, aku tergesa bergerak maju tepat saat ibu sedang membuka kedua kakinya untuk ngengkang sehingga memudahkan kedua kakiku yang tadi masih terjepit di antara kaki ibu.
Ibu sedang terpejam sambil mendesah-desah. Untuk dapat menggesek kontolku di selangkangan ibu dengan mudah, aku harus agak duduk lalu menaruh kontolku di selangkangan ibu untuk kemudian menindih ibu.
Namun ketika kulihat selangkangan ibu yang sedang ngangkang, kulihat baju mandinya sudah tertarik ke perut karena kedua paha ibu yang merapat ke atas, dan ternyata ibu tidak pakai celana dalam!
Dengan tiba-tiba kulihat jembut ibu yang dicukur rapi menjadi segitiga terbalik dengan belahan memek di bagian bawahnya. Kiri kanan memek ibu tercukur rapi sehingga bibir memek merah muda ibu terlihat jelas.
Bibir itu sedikit merekah terbuka namun hanya memperlihatkan warna bagian dalam merah muda sedikit saja di bagian agak bawah. Warna sedikit lubang memeknya.
Semua terjadi begitu cepat. Aku lihat kesempatan. Segera dalam hitungan detik tangan kananku menuntun kontolku ke rekahan kecil lubang memek ibu.
Detik kepala kontolku bersandar di depan lubang kemaluan ibu itu, mata ibu melotot, namun detik berikutnya aku dorong pantatku keras-keras ditolong dengan tangan kiriku yang aku taruh di pinggul kanan ibu sebagai pegangan dan secara cepat juga tangan kananku memegang pinggul kiri ibu.
Kurasakan kontolku tiba-tiba diselimuti gua yang sangat basah dan hangat. Dan secara cepat aku tindih ibu sehingga seluruh kontolku amblas dan selangkangan kami bertemu.
“kontol ayah masuuuuuuukkkkkk!” teriak ibu sambil membelalakan matanya padaku.
Kudengar ayahku di telpon sedang mendesah-desah juga sambil mengeluarkan kata-kata kotor mengenai persetubuhan virtual-nya dengan ibu. Kurasa ia sedang ngocok, tanpa mengetahui bahwa desahan dan erangan ibu bukanlah pura-pura melainkan sungguh karena vaginanya sedang ditusuk oleh kontol anak mereka sendir.
Aku menindih ibu sambil secara buas menghujami lubang memek ibu yang basah, licin dan hangat yang menyelimuti batang kontolku. Dinding vagina ibu bagai mencengkeramku.
Aku tahu bahwa ukuran kontolku masih ukuran anak remaja. Panjangnya hanya 13 senti saja. Namun dibanding dengan teman-teman sekelasku, aku termasuk yang terpanjang dan tergemuk. sumber Ngocoks.com
Selama ini aku di kala aku membayangkan bersetubuh dengan ibu, aku selalu membayangkan bahwa kontolku yang tidak terlalu besar ini, mungkin tidak akan sama rasanya dengan kontol ayah, dan mungkin agak susah bagi ibuku untuk menikmatinya.
Selain itu, aku juga membayangkan bahwa memek ibu akan longgar bila kuentoti. Tetapi, semua bayanganku ternyata berbeda dengan kenyataan. Kontolku merasakan dinding kemaluan ibuku walau basah dan licin, tetapi dinding vaginanya itu kurasa mencengkramku dengan kuat. Dinding memek ibu kurasa cukup ketat menjepit batang kontolku.
Aku serasa di surga. Baru beberapa saat kemudian aku menyadari kini kepalaku sejajar dengan dada ibu, dengan kepalaku yang hanya mencapai hidungnya dan mulutku yang beberapa senti di atas leher ibu. Dengan sedikit menekuk, mulutku mencapai puting kanan ibu dan mulai menyedot-nyedot.
“iyaaa terusss yahhhh……. Entotin ibu teruuuus…….. sambil sedotin tetek ibu……. Ayo yahhhh…… jangan berhenti……”
“Iya sayaaaang……. Kuentot kamu keras-keras….. itu yang kamu suka, kaaaan…..” terdengar jawaban ayahku di speaker phone ditingkahi erangan dan desahannya.
Bergantian pentil kiri dan kanan ibu aku sedoti dan jilati, terkadang aku juga menjilati dan menyedoti bagian dada ibu yang lain. Kini tubuh kami sudah bermandikan keringat akibat persetubuhan kami yang sudah hampir sepuluh menit berjalan.
Asin peluh ibu kunikmati di lidahku, dan seluruh dada ibu kini sudah habis kucupangi juga. Tubuh kami bermandikan keringat ibu, keringatku dan ludahku yang bercampur satu. Suatu cairan jus birahi yang terus kami aduk dalam luapan hasrat seksual.
Makin lama memek ibu yang sempit itu kurasakan semakin licin dan juga semakin hangat. Kini ibu hanya mengerang-ngerang tanpa ada satu kata pun terdengar.
“aaahhhhh……. Aaahhhhhhhhh…… ahhhhhhh…….” Dalam suara yang baru kudengar, yaitu suara ibu yang melengking sementara kedua matanya setengah terpejam dan yang terlihat hanya bagian putihnya saja. Ibu sudah tenggelam dalam kenikmatan surgawi.
Kutarik kepala ibu agar menunduk dan kuserang bibirnya dengan buas. Kami berciuman dengan ganas dan liar. Bahkan kurasakan air liur ibu keluar membasahi kedua bibir kami. Kini suara ibu yang menggumam nikmat namun cukup keras terdengar sampai ke telepon di samping tempat tidur.
Makin lama gerakanku makin cepat, dan ibu juga menggoyang pantatnya makin cepat. Kami berdua sedang berpacu menuju puncak kenikmatan. Kontolku sudah merojok-rojok lubang kemaluan ibu dengan cepat dan hampir tak ada hambatan sama sekali karena kelamin kami berdua sudah basah kuyup oleh cairan pelumas yang keluar dari dalam vagina ibu.
Ibu melepas ciumannya dan mendongakkan kepalanya ke atas sambil mengerang keras,
“Aaaayaaaahhhhh….. ibu sampaaaiiiiiiiiii…… aaaahhhhhhhh!!!!”
Kurasakan memek ibu berdenyut-denyut keras mencengkram melepas dengan cepat berkali-kali. Cengkraman ini membuat kontolku dijepit-jepit dengan keras membuat aku membabi buta merojoki vagina ibu dengan sekuat tenaga, tahu-tahu hidungku mendarat di ketiak kiri ibu yang basah, karena aku tak menyadari gerakan sendiri.
Bau tubuh ibu yang alami kuhirup, hidungku merasakan bulu ketiak ibu yang pendek-pendek dan basah, aku menjadi tak tahan lagi.
Sambil mengenyoti ketek ibu akhirnya aku menekan kontolku di lubang kelamin ibu dalam-dalam, dan menyemburkan air maniku ke dalam memek ibu yang nikmat itu berkali-kali. Kami terdiam beberapa saat. Baru kemudian kami tersadar ketika kami mendengar ayah berteriak di telepon,
“aku juga sampaaaaiiiiiii” Aku dan ibuku berpandangan sebentar lalu tersenyum nakal satu sama lain. Saat itu kami berdua tahu bahwa segala sesuatunya akan menjadi berbeda.
Bersambung…