Malam setelah pertama kali aku dan ibuku bersetubuh dan setelah ibu menaruh telpon, kami berpelukan dengan telanjang dan saling berciuman perlahan, romantis sekali. Kami saling meraba sambil mulut dan lidah kami beradu berkali-kali.
Saat itu kami berdua hanyut dalam cinta terlarang antara ibu dan anaknya, namun berhubung sudah malam dan kami berdua baru saja orgasme yang amat hebat, kami berdua tidak merasakan birahi, hanya rasa cinta terhadap satu sama lain yang begitu besar. Akhirnya, dalam pelukan dan ciuman ibu, aku tertidur di kamar ibu dengan perasaan puas dan letih.
Aku terbangun ketika matahari menyinari kamar dikarenakan tirai yang telah dibuka oleh ibu sebelumnya. Aku sempat merasa kejadian semalam hanya mimpi, tapi demi melihat aku tidur telanjang di kamar ibu, hatiku menjadi Bahagia sekali. Aku segera turun dari tempat tidur dan mencari ibu, dengan masih tanpa berpakaian.
Ibu sedang mencuci piring di dapur yang terletak di luar bangunan di bagian belakang. Di belakang dapur ada taman kecil dan tempat untuk menjemur pakaian. Untung rumah kami sudah bertembok tinggi sehingga tak akan ada tetangga yang dapat melihat dapur kami.
Saat itu Ibu hanya memakai gaun tidur merah tipis yang transparan. Gaun itu tak pernah kulihat dipakai ibu. Kurasa demi melihat potongan gaun itu, aku mengerti bahwa gaun tidur itu hanya dipakai di depan ayahku sebelumnya. Ibu tidak memakai BH ataupun CD. Gaun tidur itu hanya menutupi sampai bawah pantatnya, dan karena transparan, pantat ibu yang bulat terlihat menantang.
Bagian dapur berada persis di samping tembok rumah. Namun lebih rendah dari lantai yang memanjang dari pintu sampai hampir ke dapur. Memang bagian belakang selain dapur juga sebagai tempat makan kami sekeluarga, dan tempat makan itu dibuat lebih tinggi dari dapur dan taman.
Sehingga bila aku berdiri di ujung lantai yang tinggi itu tepat dibelakang ibu, maka walaupun aku lebih pendek dari ibu, namun kontolku akan pas mengenai pantatnya. Ini membuatku mendapatkan ilham.
Aku memeluk ibu dari belakang. Ibu kaget namun memalingkan wajahnya sambil tertawa.
“Sudah bangun nih?” kata ibu, “adiknya bangun juga tuh….”
Ibu merasakan kontolku yang keras di belahan pantatnya.
“Bu, kita kalau Cuma berduaan di rumah, lebih baik telanjang aja… biar gampang….”
Ibu tertawa renyah menggemaskan dan berkata,
“Dasar kamu! Kecil-kecil otakmu sudah ngeres…..”
Aku menarik tali gaun tidur yang diikat dipinggang gaun ibu itu, lalu cepat-cepat membukanya. Ibu hanya tertawa dan membiarkan aku menelanjanginya. Gaun itu kugantung di dinding tempat menggantung panci.
Ibu meneruskan pekerjaannya mencuci baju. Dilihat dari belakang, bentuk tubuh ibu yang proporsional bagaikan gitar spanyol dengan lekukan besar dimulai dari pinggul dan berakhir di ujung bawah pantatnya.
Tulang belikat ibu yang sedikit menonjol menghiasi punggung putihnya yang mengkilat terkena matahari pagi yang malu-malu bersinar dari arah kanan kami karena belum sepenuhnya keluar dari awan, dari arah timur. Sengaja ayah tidak mengatapi bagian taman, agar suasana lebih terlihat lapang dan asri. Hanya bagian atas dapur yang mempunyai atap, agar tidak kehujanan.
Ibu sedikit membungkuk karena sedang mencuci wajan di tempat cuci piring. Aku merapatkan badanku ke badan ibu. Kontolku kutaruh di bawah selangkangan ibu yang membuka karena kedua kakinya renggang,
Sementara kedua tanganku meraih kedua buah dada ibu yang besar dan ranum yang sedang bergoyang-goyang saat ibu sedang mencuci wajan. Kucium perlahan punggung ibu tepat di tengah kedua belikatnya. Bau tubuh ibu perlahan memasuki indera penciumanku. Aku berada di surga.
“Ari, kamu ini penjahat kelamin ya? itu kontol kamu udah keras, kamu terangsang ngelihat ibu sendiri. Otak kamu pasti isinya Cuma keinginan menyetubuhi ibu sendiri, kan? Dasar kamu anak yang nakal!”
Bau tubuh ibu ditambah kata-kata ibu yang isinya vulgar yang disampaikan dengan nada manja seorang perempuan dan dilengkapi dengan hangatnya tubuh telanjang ibu yang halus dan putih, membuat otakku benar-benar tidak ingat apapun selain keinginan merasakan liang surgawi ibuku itu.
Selain selalu membaca Cerita Dewasa Aku juga selalu suka membaca puisi ataupun karya-karya sastra. Dari situ banyak sekali karya yang mengagungkan wanita. Kini, aku merasakan kecintaan kepada wanita, walaupun wanita itu ibuku sendiri. Maka, aku segera menjawab ibu dengan menumpahkan isi hatiku kepadanya,
“Ibu, salah ibu sendiri…. Kenapa ibu harus memiliki wajah yang cantik? Kenapa ibu harus memiliki tubuh yang sempurna keindahannya? Kenapa ibu memiliki bau tubuh yang memabukkan? Kenapa ibu memiliki suara yang sensual?
Semua lelaki pasti inginnya menggagahi ibu terus-menerus tanpa berhenti. Semua lelaki ingin menikmati setiap jengkal tubuh ibu. Semua lelaki ingin merasakan kehangatan ibu. Bahkan anak kandungnya sendiri, ingin bersebadan dengan ibunya!
“Ari sudah mendapatkan kenikmatan yang tidak ada bandingannya di dunia ini. Uang, makanan, kemewahan, tiada artinya. Ari sudah merasakan kehangatan tubuh ibu luar dan dalam. Ari sudah pernah merasakan manisnya tubuh ibu dengan lidah Ari.
Ari pernah merasakan kemaluan ibu mencengkeram kemaluan Ari. Tidak ada kenikmatan apapun di dunia ini yang mampu menggantikan itu semua. Ari mendapatkan bahwa seluruh tubuh ibu membuat Ari kecanduan. Ari kecanduan ibu. Ari butuh tubuh ibu. Ari butuh merasakan lagi menjadi satu tubuh dengan ibu, tanpa ada halangan di antara kita.
“Ketika kita berpelukan erat. Ketika kontol Ari terbenam di memek ibu, Ari merasakan betapa ukuran memek ibu begitu pas menyarungi kontol Ari. Betapa penis Ari sepertinya tercipta untuk dimasukkan ke dalam vagina ibu.
Betapa belasan tahun yang lalu Ari yang tumbuh di dalam badan ibu dan dilahirkan ke dunia untuk keluar dari badan ibu, kini telah kembali masuk ke dalam badan ibu itu. Ari menemukan kembali rumah Ari yang dulu pernah ditinggalkan. Sekarang Ari tidak ingin berpisah dengan badan ibu yang indah ini. Ari ingin selalu memasuki badan ibu.
“Ari mencintai ibu. Dan tidak ada orang yang dapat mencegah Ari untuk mencintai ibu seutuhnya, jiwa dan raga.” Aku diam sejenak lalu berkata lagi dengan nakal,”tentunya mencintai raga ibu yang seksi ini sesering mungkin kalau bisa…..”
Ibu yang masih memalingkan wajahnya untuk menatapku, kini memandangku dengan mata yang berkaca-kaca penuh haru. Lalu katanya,
“kamu pinter banget dengan kata-kata. Romantis…..”
Ia mendoyongkan wajahnya untuk menciumku, aku berjinjit dan menyambut bibir ibu dengan bibirku. Ibu mengecupku perlahan dan lama. Lalu menghentikan kecupannya dan berkata, sumber Ngocoks.com
“Tapi romantis dan vulgar. Dari segitu banyak kata-kata, tetap saja kepalamu mikirin seks doang….”
Ibu tertawa renyah lalu melanjutkan mencuci wajan. Aku lalu kembali menciumi punggung ibu sementara pantatku mulai kugoyang-goyang. Kontolku menggeseki bibir memeknya sementara kedua tanganku asyik meremas lembut kedua payudara ibu. Lama-kelamaan vagina ibu mulai basah dan mengeluarkan bau memek yang sedap.
Bibirku mulai menjilati dan mengenyoti punggung ibu. Dari tengah punggungnya aku mulai menyusur ke bawah menggunakan mulutku. Perlahan lidahku akhirnya mencapai bagian atas pantatnya. Kedua pantatnya yang putih dan ranum mulai aku garap. Bercak cupang menghiasi dari punggung sampai kedua bongkah bokongnya itu.
Kubuka pantatnya dengan kedua tanganku setelah aku tinggalkan dua tetek ibu yang kenyal. Lubang anus ibu yang dihiasi lingkaran kecoklatan tampak tertutup dan mengerut. Aku julurkan lidahku ke lubang dubur ibu. Ibu mengerang ketika lidahku menyapu lingkar anusnya. Lingkar itu tampak merekah ketika kedua tanganku menarik kedua pantat ibu lebih keras. Lalu lidahku kurojok-rojok ke dalam lubang dubur itu.
Ibu melepas wajannya dan berpegangan tangan di tepian tempat cuci piring. Kepalanya mendongak ke atas. Lidahku menerima rasa getir dan kelu ketika memasuki anus ibu. Kulihat tangan kanan ibu bergerak dan ia mengusapi klitorisnya sambil mendesah-desah.
“Anak nakal….. lubang tai ibu dijilatin…….. pikiranmu jorok, Ri…… masa dubur ibu kamu jilat-jilat….. kamu kurang ajar sama ibu sendiri…… ibu kamu anggap pelacur ya? ahhhhhh …… sshshhh…….”
Terkadang aku mengenyoti anus ibu, terkadang hidungku aku benamkan ke dalamnya untuk menghirup dalam-dalam aroma yang disebarkan dari dalam liang ekskresi ibu itu. Tapi lebih banyak aku menjilati dan menjulurkan lidahku sehingga memasuki lubang anus ibu sejauh yang lidahku mampu mencapainya.
“Ohhhhh… Ari…….. ga sopan ya kamu…….. lubang pantat ibu diendusi…… disedot-sedot……. Kamu ga bermoral, Ri……. Sssshhhhhhh……..”
“mmhhhhh…. Lubang tahi ibu enak………mmmmmhhhhhh……… baunya sedaapppp….. mhhhhhh……. Rasanya legit……… mmmmppphhh…….”
Tangan kananku tak tinggal diam, telapaknya kugerakkan untuk mulai menggeseki bibir vagina ibu yang mulai basah karena cairan kewanitaan ibu yang mulai merembes keluar melumasi lubang kenikmatan ibu dan mengeluarkan bau memek yang sedap.
Ketika jariku menemukan klitorisnya, ibu mengerang dan mendesah dengan keras. Punggung ibu yang berkilat karena mulai mengeluarkan keringat tertekuk bagai busur.
Bau tubuh ibu yang harum mulai merebak keluar dari pori-pori kulitnya dan juga dari arah kemaluannya sementara matahari telah mulai menyinari tubuh kami berdua yang telanjang dengan sepenuhnya tanpa terhalang awan lagi.
Kurasakan kehangatan matahari yang makin lama makin memanas, membuat suasana hot di dapur bagaikan membara dalam birahi. Kedua tubuh kami mulai banjir keringat. Dapat kurasakan peluh ibu di lidahku menanamkan rasa sedikit asin yang memperkeras nafsu binatang yang mulai menggetarkan ujung urat kemaluanku.
Bersambung…