Tak mampu menunda lebih lama lagi, aku mengarahkan kontolku dengan tangan kananku ke lubang kencing ibu. Cairan pelumas sedikit keluar dari kontolku, kalo sebutan orang amrik, ini adalah pre-cum. Aku gesek kepala kontolku sepanjang bibir memek ibu yang rapat namun basah karena keringat ibu dan cairan pelumasnya.
Bibir memek ibu tersibak membuka menyebabkan sedikit kepala kontolku terjepit pelan. Gesekkanku kuteruskan beberapa saat, sampai akhirnya kurasakan memek ibu kini benar-benar basah kuyup tanda siap untuk dipenetrasi.
Maka kepala kontolku aku posisikan tepat di lubang vagina ibu yang sempit itu, lalu setelah sedikit bagian palkonku itu tertancap, aku memegang kedua pinggul ibuku dengan kedua tanganku dan setelah bersiap-siap dan mengambil ancang-ancang, akhirnya aku dorong pantatku ke depan sambil menarik pinggul ibu ke arahku.
Terdengar bunyi kecil ‘sleeeb’ benda menancap sesuatu yang adalah kontolku yang menembus lubang memek ibu dilanjutkan bunyi ‘blekk!” yang agak kuat tanda selangkanganku menumbuk pantat ibu yang bundar itu. Aku merasakan surga menjepit penisku yang keras.
Surga itu berbentuk lubang yang bagaikan hidup membuka dan menutup bagaikan bernafas. Lubang yang hangat, licin dan sempit yang memijiti seluruh bagian kontolku. Surga memang bukan di telapak kaki ibu, melainkan berada di lubang kemaluan ibu.
“Ohhhhhh……” kata ibu sambil mendesah,”Kamu masukkin kontol kamu ke dalam memek ibu kamu sendiriiii……… Kamu anak yang mesuuuummmm…….. kontol kamu menggagahi memek ibu sendiri……”
Ibu memajukan badannya ke depan sehingga tubuh dan kakinya hampir membentuk 90 derajat dengan kedua kakinya dengan lengan atas dan lengan bawahnya membentuk juga siku-siku, tangan bawahnya menopang tubuhnya. Ibu memaju-mundurkan tubuhnya menggunakan kedua tangannya itu.
Aku masih baru saja mengenal seks, sehingga pada awalnya aku belum mengikuti irama goyangan tubuh ibu, sehingga aku mengimbanginya dengan mendekap tubuh ibu yang basah oleh keringat.
Dadaku menempel punggung ibu dan kepalaku berada sedikit di bawah bagian antara kedua belikatnya. Sementara kedua tanganku menemukan dua buah dada ibu yang tak mampu kututup dengan kedua telapakku. Sementara ibu terus mendesah, mengerang dan berbicara,
“ssshhhhhh…. Ariiiiii…….. kontol kamu keras bangeeeet…………. Aaahhhhhhhhh………. Kamu menyetubuhi ibu dengan kontol kamu yang keras, Riiiiiiiiiiii……”
Aku mulai menjilati punggung ibu yang penuh dengan keringat ibu bagaikan anjing yang menjilati mangkuk penuh dengan susu. Keringat ibu yang asin begitu nikmatnya aku rasakan di lidahku. Kedua tanganku asyik meremasi kedua tetek ibu yang besar dan mancung itu, sambil sesekali memuntir puting susunya dengan ibu jari dan telunjukku.
Aku berusaha mengimbangi kata-kata yang meluncur dari mulut ibu, namun aku belum begitu nyaman berbicara selagi bersetubuh, tapi aku tetap berusaha. Kataku,
“Iyaaaaa…….sssshhhh….. Ari sukaaaa…… suka punya ibuuuuu……… aaaahhhh………. Ibu cantiiikkk…..”
“Ariiiii……. Kamu keterlaluaaan….. kamu suka punya ibu yang manaaaa??”
“Ari suka memek ibuuuuu…… oohhhhhhh…… sempit bangeeeetttt……… Ari suka….. suka tetek ibu yang….. yang gedeee……… Ari suka keringat ibu….. kulit ibuuuuu….. semua yang ada pada ibu Ari sukaaa….”
Tubuh ibu tetap bergerak maju mundur dengan ritme yang tetap. Memeknya berkali-kali melingkupi seluruh kontolku lalu menggesek sepanjang batangku sehingga hanya tinggal kepala kontolku saja yang terbenam dalam vagina ibu, untuk kemudian menggesek balik batangku dan membenamkan seluruh penisku kembali di dalam kehangatan tubuhnya.
Lama kelamaan naluri binatangku mulai keluar, dan secara insting aku mulai mengikuti gerakan ngewe yang ibu lakukan. Ketika ibu memundurkan pantatnya, aku menusuk ke depan, ketika ibu memajukan badannya, aku menarik pantatku.
Pertama-tama, gerakan pantatku hanya maju mundur sedikit saja. Aku hanya menekan ketika ibu menekanku lalu aku sedikit menarik selangkangan ketika ibu memajukan pantatnya.
Perlahan tapi pasti kedua tubuh kami mulai bersinergi. Goyangan tubuh ibu dan aku makin sinkron. Aku lebih berani mengayun pantatku. Dengan menggunakan kedua payudara ibu sebagai titik tolak, aku mulai mengentot ibu lebih keras. Ibu juga mulai mengentotku sama kerasnya.
Suara selangkanganku membentur pantat ibu, dari tak terdengar hingga lama-kelamaan lirih terdengar, lalu menjadi terdengar pelan, sampai akhirnya aku dan ibu mengentot dengan cepat dan keras hingga terdengar bunyi benturan yang keras pula antara selangkanganku dan pantat ibu.
Kini ibu hanya bertumpu dengan tangan kiri di tempat cuci piring, sementara tangan kanan ibu menggosoki klitorisnya sendiri dengan cepat, secepat gerakan kami berdua bersenggama. sumber Ngocoks.com
Suara kedua tubuh kami yang membentur diselingi dengan erangan dan desahan ibu. Aku mulai nyaman pula mendesah, mengerang dan berbicara menimpali suara ibu yang secara konstan terdengar,
“tusuk yang dalam….. yang dalamm……. Tusuk memek ibu dengan kontolmu yang besar… entotin ibu…. Genjot ibu keras-keras……ssshhhh…… teruss…..”
“ini kontol anakmu…..” kataku saat kedua kelamin kami beradu,”ibu suka kan? Hmmmmphhhhh…. Ibu suka Ari entotin kan? Hmmmmphhhhh….. Ibu suka memeknya digenjot anak kandungnya sendiri kan…… hhhehhhhhh…… memek ibu emang nikmaat……hmmmmppphhhhhp. Sempiiiit…… legiiiiit……”
Aku terus mengimbangi kata-kata kotor ibu dengan kata-kataku yang kotor juga, sambil terus menjilati dan mengenyoti punggung ibu. Punggung putih ibu yang indah kini bertanda cupang merah di sana-sini, bahkan ada yang berwarna ungu karena aku menyedot bagian itu dengan sangat keras dan lama.
Memeknya yang sempit bagaikan diciptakan untuk kontolku. Begitu pas kurasa. Tidak terlalu sempit hingga terasa sakit, tidak pula longgar. Lubang vagina ibu yang licin itu tetap saja tidak membuat penisku gampang keluar masuk, berhubung liang senggama ibu sempit, sehingga tiap kali penisku menggesek dinding vaginanya, aku merasakan kontolku bagaikan sedang diperah oleh lubang kencing ibu itu.
“Memek ibu enaaaak……. Sempit bangeeeet………. Padahal Ari udah pernah keluar dari sini……..”
“Memek ibu sempit….. karenaaaa…… karena ibu ngelahirin kamu pakai caesaaarrrr…….. belum pernah ada bayi yang lewat dari memek ibu……. Cuma kontol Ayah kamu saja yang pernah lewat di sini….. Cuma kontol ayahmu kecil…….. makanya memek ibu sempit….. ahhhhhhh….. teruss sayaang…….. entotin ibumuu…… ssshhhhh”
Matahari kini sudah lumayan terik. Tubuh ibu sudah basah kuyup karena keringat, begitu juga tubuhku. Keringat kami bercampur menjadi satu, seperti halnya kedua kemaluan kami yang dari tadi bercampur menjadi satu juga, sehingga daerah selangkangan kami kini sudah dibasahi jus yang terbuat dari campuran kedua keringat kami ditambah dengan cairan memek ibu.
Sementara, punggung ibu memiliki jus cairan yang sedikit berbeda, yaitu campurang keringat kami ditambahi ludah dari mulutku. Tahu-tahu ibu bergerak maju secara cepat hingga kontolku copot dari memeknya, lalu ibu berbalik dan naik ke lantai ruang makanan di mana aku sedang berdiri.
Lalu ibu menarik kursi dari meja makan yang tak jauh dari situ, lalu dengan agak kasar menarikku sehingga aku duduk di kursi itu, kemudian ibu mengangkangiku, lalu memegang kontolku, menaruh lubang vaginanya tepat di atas kepala kontolku dan menurunkan badannya sehingga kontolku amblas lagi di memek ibu.
Kulihat wajah cantik ibu tampak begitu dikuasai birahi. Matanya setengah terpejam. Kedua tangannya memegang pundakku dan ia menggoyang pantatnya maju mundur menyebabkan kedua payudaranya yang besar bergoyang ke sana-kemari.
Aku otomatis menyedot puting kanan ibu, lalu kurasakan ibu mendekap kepalaku erat-erat, yang kubalas dengan memeluk ibu erat-erat. Gerakan ibu begitu liar dan begitu cepat, membuat kontolku agak ngilu. Namun birahiku sudah sangat tinggi sehingga aku juga berusaha menggoyangkan pantatku keras-keras.
Sambil mengenyot dan menghisapi pentil kanan ibu, tangan kananku meremas tetek ibu yang sebelah kiri, sementara tangan kiriku memegang pantat kanan ibu dan meremas sambil mendorong pantat itu kala pantatku menghujam ke atas. Gerakan kami makin lama semakin liar dan cepat.
Akhirnya, dalam kekuasaan birahi, kami berdua mencapai puncak kenikmatan itu. Dalam rahim ibu, spermaku akhirnya dikeluarkan lagi. Mulai saat itu, hampir setiap hari kami berdua berhubungan badan. Tidak ada satu jengkalpun rumah yang belum pernah dijadikan tempat kami memadu kasih.
Kami tenggelam dalam nikmat keduniawian selama satu bulan. Aku sekarang tidur di kamar ibu. Setiap malam kami bersetubuh, setiap pagi bila aku bangun duluan, aku akan menggerayangi dan menciumi ibu sampai ia bangun dan kami bersenggama sesudah itu.
Bila ibu yang bangun duluan, maka aku akan terbangun sendiri dan aku akan menyusul ibu yang biasanya di dapur untuk mengajaknya bersebadan. Bila aku pulang sekolah, aku akan segera masuk rumah untuk mencari ibu untuk kuentot lagi.
Bulan berikutnya, ibu memberikanku suatu berita mengejutkan. Ternyata ibu sudah hamil! Aku tak mampu berkata-kata karena terkejut. Namun, ibu sudah merencanakan segala sesuatunya.
Tiga minggu lagi adalah liburan sekolah. Ibu akan memakai waktu itu, untuk mengunjung ayah. Mereka akan berhubungan badan sehingga nanti ayah akan mengira ini adalah anak ayah. Sementara, aku akan dititipkan pada Tante Hani.
Pada mulanya, aku protes keras. Berhubung aku baru saja sebulan merasakan indahnya berhubungan dengan ibuku. Namun akhirnya, setelah aku menerima kenyataan bahwa ayah tidak boleh curiga, aku menerima usul ibuku.
Ada sedikit harapanku, mungkin saat berlibur di rumah Tante Hani, aku dapat mengintip ia mandi, atau, bila Tante Hani mirip ibuku dalam hal keinginan seks, ada kemungkinan aku bisa merasakan tubuh tanteku itu. Ya, biarlah waktu yang berbicara, untuk sementara, aku akan berjalan mengikuti arah angin…
Bersambung…