Tante Hani tinggal di daerah Jakarta Timur di sebuah kompleks mewah. Om Hari, suaminya adalah pengusaha sukses yang memiliki beberapa hotel yang tersebar di berbagai tempat di Indonesia. Tante Hani 6 tahun lebih tua dari ibuku.
Tante Hani adalah anak pertama dari empat bersaudara. Ibu anak ke tiga, Kakak kedua ibuku bernama Tante Lidya berusia 4 tahun lebih tua dari ibu dan adik ibu Tante Alya dua tahun lebih muda dari ibu.
Seperti kisahku sebelumnya, kisahku dimulai ketika aku berusia 13 tahun. Aku mendekati ibu dalam usaha menidurinya selama lebih kurang setahun. Dan hanya sebulan aku menikmati hubungan dengan ibu sehingga ibu hamil.
Saat itu ibu yang melahirkanku pada usia 18 tahun, berusia 32 tahun. Berarti, usia para tanteku saat cerita ini adalah Tante Tante Hani 38 tahun, Tante Lidya 36 tahun dan Tante Alya 30 tahun. Mengenai Tante Lidya dan Alya akan aku ceritakan pada kisah yang terpisah.
Kini kembali ke Tante Hani. Tanti Hani telah menikah selama 19 tahun, pada saat ia berusia 19 tahun. Seperti halnya dengan keluarga kami, Tante Hani hanya memiliki satu anak. Anak sulung mereka bernama Mbak Vidya yang kini berusia 18 tahun. Sudah kelas tiga SMA. Sementara, Om Hari berusia 45 tahun.
Om Hari memiliki empat orang isteri. Maklum, orang kaya. Tante Hani adalah istri tertuanya. Tiga isteri lainnya tidaklah penting diceritakan. Yang patut diketahui adalah karena isterinya yang banyak inilah, maka Om Hari tidak setiap hari ada di rumah yang Tante Hani tinggali.
Malahan, pada saat kisah ini diceritakan, yaitu sewaktu aku menginap, Om Hari sudah jarang sekali berkunjung. Hal ini yang menyebabkan Tante Hani menelpon ibu waktu itu.
Tante Hani lebih tinggi dari ibu. Sekitar 168 cm. Badan Tante Hani lebih berisi, dengan perut yang sedikit buncit, namun tidak berkesan gendut. Lengannya juga lebih gemuk dari ibuku. Namun, dadanya sangat besar. Ukurannya (yang kuketahui setelah mendapatkan dia) adalah 36 C. Sungguh stw tobrut.
Kulit Tante Hani juga putih. Semua saudara kandung ibu memiliki kulit yang putih. Namun harus kuakui, walaupun wajahnya chubby, tapi tak kalah cantik dengan ibuku. Apalagi selain mancung seperti ibu, Tante Hani memiliki bibir yang tipis dan sensual. Walaupun rahangnya tidak setinggi ibu, namun dagu Tante Hani lancip menggemaskan. Singkat kata, wajah yang sensual.
Membayangkan Tante Hani ketika mobil kami hampir sampai ke rumahnya, membuatku horny. Saat itu sudah sekitar jam setengah tujuh malam. Aku membujuk ibu untuk parkir dulu di sebuah danau besar dekat komplek Tante Hani yang memiliki banyak tempat teduh.
Banyak juga mobil ataupun motor yang parkir berjauhan di sana-sini, karena kudengar dari orang kompleks bahwa danau itu lokasi orang pacaran bahkan ada juga yang menyewa pelacur dan melampiaskan birahi di situ.
Aku ingin melampiaskan syahwat dulu dengan ibu, ibu mula-mula tidak mau, namun aku membujuknya dengan alasan aku tak punya kesempatan lagi kalau sudah nginap di rumah Tante Hani dan akhirnya ibupun mengalah. Jok depan kami turunkan dan kami beringsut ke kursi belakang sedan kami setelah ibu memarkir di pojokan jalan yang dinaungi pohon-pohon rimbun.
Ibu saat itu memakai blazer dengan tank top di dalamnya, dan rok selutut. Tak sabar aku melucuti blazer, tank top dan BH ibu. Ketika aku hendak membuka roknya, ibu melarang. Alih-alih membuka rok, ia membuka celana dalamnya tanpa membuka roknya.
“biar gampang masangnya lagi. Kamu buka celana aja. Baju ga usah. Supaya gampang juga.” kata ibu. Aku menurut saja dan beberapa detik kemudian bagian bawahku polos sementara ibu telanjang kecuali roknya yang ia tarik ke pinggang.
Dalam keremangan bulan Purnama, ibu terlentang di kursi belakang mobil dengan kepala di bagian kanan mobil, kaki kirinya tertekuk membuka bersenderan dengan bagian tegak kursi sementara kaki kanannya menginjak pinggiran kursi. Ibu sudah siap mengengkang di kursi sambil tiduran menunggu serangan anak tunggalnya.
Aku segera menindihnya dan mencecar bibir ibu yang merekah dengan buas. Kedua tanganku memeluk ibu keras dengan kedua telapak memegang pinggir kepala ibu, ibu jari di telinganya. Dalam sela-sela ciuman, ibu berkata,
“badan kamu panas banget. Kamu udah horny banget ya, Ri? Dasar anak kurang ajar….. nafsu sama ibu sendiri…”
Nafas ibu yang segar aku hirup dalam-dalam sehingga bau nafas ibu dan sedikit bau tubuh ibu masuk ke relung penciumanku. Semenjak kami rutin bersetubuh, aku selalu minta ibu untuk tidak memakai parfum ketika bersamaku, sehingga hidungku saat ini juga dapat samar-samar mencium bau tubuh ibu yang sangat kusukai itu.
Kontolku yang sudah keras kupalangkan sejajar dengan garis bibir memek ibu. Kurasakan sudah lembab kemaluan ibu. Kami berciuman cukup lama sementara selangkangan kami asyik masyuk bergesekkan yang makin lama menyebabkan lubang surgawi ibu mengeluarkan cairan kewanitaannya.
Berhubung mesin mobil mati, AC pun mati. Maka tak lama, peluh kami berdua mulai bercucuran. Suasana dalam mobil yang panas ditambah situasi kami berdua yang sedang menikmati birahi membuat apa yang kami berdua rasakan sangat sensual dan hot.
Bau tubuh ibu yang keluar dari kedua ketek indah ibu makin lama makin tajam pula. Bau yang sama yang kini mulai santer tercium yang berasal dari vagina ibu yang basah. Dari pengalamanku, aku tahu ibu sudah horny berat juga sama sepertiku.
Nafsuku begitu tingginya sehingga kini mulutku tak hanya menciumi bibirnya, tapi seluruh wajah ibu aku jilati, hisapi, kecupi dan ciumi. Bagian lehernya tak lupa kuselomoti, aku ingat untuk tidak mencupang, karena takut Tante Hani nanti curiga.
Kemudian aku menarik tangan kiri ibu ke atas sehingga menyandar di pintu mobil. Serta merta ketek ibu yang wangi alami itu terbuka mempertontonkan bulu ketiak yang tercukur rapi namun tidak sampai gundul. Bulu-bulu ketek ibu tampak kecil-kecil dan tajam menghiasi keteknya yang putih.
Dengan penuh nafsu kujejalkan hidungku ke tengah ketek ibu yang mengeluarkan bau perempuan yang khas. Aroma tubuh ibu begitu nikmatnya kusedoti hingga masuk ke rongga penciumanku, merangsang syaraf-syaraf indera penciumanku, makin membekas di memori dalam syaraf-syaraf sinaptik dalam otakku, membuat rasa cintaku kepada ibu lebih dalam dan luas.
Membuatku tak puas-puasnya menikmati kebersamaan dengan ibu, tak puas-puasnya menghirup aroma tubuh ibu, tak puas-puasnya menikmati kehangatan tubuh ibu. Ibu adalah dahagaku yang tak dapat aku puaskan.
Sementara tangan kiriku mulai meremasi tetek kanan ibu yang besar dan kenyal. Kulitnya yang halus, licin dan basah begitu nikmatnya terasa di telapakku, sementara jari telunjuk kananku menjelajahi mulut ibu yang membalas dengan menjilati dan menyedoti jariku itu.
Setelah beberapa menit menikmati harum ketek ibu, aku mulai menjilati seluruh ketiak ibu. Rasa asin dan getir di lidahku ditambah gelitik bulu-bulu ibu yang pendek dan tajam, kembali mengirimkan sinyal kenikmatan dalam otakku.
Seluruh akalku kini tertuju kepada keindahan bentuk dan aroma tubuh ibu. Seluruh otot dan syarafku kurasakan bersiaga penuh. Sekujur kulitku yang menempel di kulit ibu yang basah dan hangat seakan dapat aku rasakan sekaligus. Ibuku bagaikan kulitku yang kedua. Keindahannya dapat aku rasakan di sekujur tubuh.
Saat itu kami berdua sudah basah kuyup oleh keringat. Pada bagian kulit kami yang saling menempel, peluh kami bercampur menjadi satu, tanda bahwa ini adalah permulaan, permulaan percampuran yang lebih indah lagi. Dan ibu tampaknya tidak sabar menunggu percampuran yang terindah itu, karena tangan kanannya telah menggenggam kontolku saat itu dan menariknya ke lubang memeknya.
Kepala kontolku tahu-tahu sudah menancap di ujung lingkar lubang memek ibu yang sudah banjir oleh cairan pelumas dari ibu di tambah keringat kami berdua. Aku tak tahan dan segera menghujam lubang kencing ibu dalam-dalam dengan kontolku yang sudah tegang itu. Dalam satu gerakan cepat kemaluan kami berdua sudah bersatu hingga selangkangan kami menempel tanpa ada jarak lagi.
Kami berpelukan ketika kontol dan memek kami bersatu lagi dan bersama-sama mendesah keras karena sensasi ini. Kami akhirnya menjadi satu tubuh tanpa ada yang menghalangi. Kulit dengan kulit, otot dengan otot. Otot vagina ibu membungkus secara sempurna seluruh otot kemaluanku. Lubang surgawi ibu memang surga bagi kontolku. Begitu sempit, hangat dan licin.
Aku selama ini berasumsi bahwa setelah kami sering bersetubuh, memek ibu seiring waktu tidak akan seketat pertama kali kami ngentot. Tapi, tidak begitu kenyataannya. Vagina ibu selalu saja sempit. Mula-mula kukira karena otot memek ibu yang selalu elastis dan kembali ke ukurannya, tetapi, ternyata aku salah.
Ketika pertama kali aku mengukur penisku (setahun yang lalu), penisku sepanjang 13 cm. tapi ketika beberapa hari yang lalu aku ukur, ternyata kini panjangnya hampir 15 cm. rupanya penisku masih dalam pertumbuhan. Ini mungkin yang menyebabkan sensasi persenggamaan dengan ibu selalu bagaikan saat pertama kami bersetubuh.
Ketika ibu kuberitahu, ibu tertawa dan berkata ukuran penis ayah 13 senti. Jadi saat ini, penisku sudah lebih panjang, bahkan diameter penisku kini sudah jauh lebih besar dari ayah. Aku selalu bangga dengan fakta ini.
“Ohhhhh Ariiiii….. kontol kamu enak banget sayaaanggg… memek ibu jadi penuh rasanya….. hmmmmmm genjot memek ibu lebih keras lagi sayaaangg…. Gagahi terus ibu…… gesek terus kontol kamu dalam-dalam…..”
Aku memperkeras sodokanku sehingga kontolku menghujam vagina ibu lebih kuat. Ini menyebabkan suara benturan selangkangan kami mulai membahana di dalam mobil. Aku sudah tak peduli bila mobil kami dilihat orang lain bergoyang-goyang. Yang jelas aku hanya konsen menikmati tubuh ibuku yang seksi ini.
Kami berdua selalu menatap mata satu sama lain bila kami mengoceh ketika kami bersenggama. Kami saling berbicara jorok sambil bertatapan untuk kemudian diselingi berciuman atau salah satu kami menjilat atau menciumi atau menyupangi bagian tubuh kami yang lain untuk kemudian meneruskan pembicaraan kotor kami.
Sambil menatap ibu aku berkata, “memek ibu hangat dan sempit. Nikmat banget Ari rasakan”
“dasar bandel! Kamu suka memek ibu kamu sendiri. Ibu yang ngelahirin kamu. Yang ngerawat kamu.”
“Iya… Ari lahir dari tubuh ibu lewat memek ibu yang legit. Sekarang Ari kembali masuk dalam tubuh ibu juga lewat memek ibu…. Ibu memang perempuan yang paling sayang sama Ari… semuanya dikasih untuk Ari… bahkan memek ibu yang suci dan indah juga dikasih untuk Ari…. Ari mencintai ibu luar dan dalam….”
Lalu aku mencium bibir ibu. Ibu membalas tak kalah hot-nya. Lidah kami menarikan tarian rujak bibir yang sangat basah hingga ludah kami tak hanya bertukaran di mulut tapi terkadang merembes keluar, seirama dengan tarian persenggamaan yang sedang berlangsung di bagian bawah antara kontol mudaku dan memek dewasa ibu.
Terkadang kami bertukaran ludah bukan dengan jilatan-jilatan saja. Aku perlahan meludahi mulut ibu dan ibu membuka mulut dan mengeluarkan lidahnya menyambut air liurku.
Ketika air liurku jatuh di lidah ibu, ibu akan memainkan lidahnya dalam mulut sehingga ludahku tersebar di relung mulutnya, gigi, langit-langit dan gusinya untuk kemudian ia telan dengan gerakan yang amat erotis.
Terkadang lidahku menjelajahi wajahnya. Bahkan lubang hidung ibu kuentot dengan lidahku. Dapat kurasakan bulu hidung dan dinding hidung ibu di lidahku. Terkadang telinga dan lubangnya yang kugagahi dengan lidahku. Singkat kata seluruh wajah ibu dan rambutnya pernah kurasakan dengan lidahku.
Bahkan di rumah, pernah aku sejam hanya menjilati ibu dari ubun-ubun sampai ujung jempol kakinya. Seluruh tubuh ibu telah kurasakan dengan mulut dan lidahku. Tidak ada satu titik pun yang terlewati. Aku tahu rasa kulit ibu di seluruh tubuhnya. Tubuh ibu adalah idamanku. Tubuh ibu adalah hidupku. Aku tak dapat hidup tanpa ibu.
Hubungan seksual kami memang selalu intens. Bahkan ketika kami tidak bersetubuh, kami selalu mengeksplorasi tubuh satu sama lain.
Pernah kami saling menjilat lidah dengan posisi tiduran dengan kepala kami yang terbalik satu sama lain sehingga ujung lidah atas kami bertemu dan kami lakukan hampir setengah jam. Terkadang aku di atas terkadang ibu yang di atas.
Aku paling suka bila aku di bawah kala kami saling menjilati lidah dengan posisi itu, karena air liur ibu akan jatuh ke mulutku. Dan aku suka rasa maupun aroma ludah ibu. sumber Ngocoks.com
Bahkan ketika makan, kami pernah melakukan sambil kontolku di dalam memek ibu. Kami makan di ruang tamu di mana mejanya rendah. Dengan tubuh kami yang menyamping, lengan kami sejajar dengan meja dan piring makan di meja persis di samping kami.
Aku duduk di lantai dengan kaki melonjor sementara ibu menduduki kontolku dengan memeknya, kedua kakinya menjepit pinggangku dengan posisi duduk kaki di tekuk. Kami tidak ngentot, tapi kami makan dengan kemaluan kami bersatu.
Ibu akan mengunyah makanan tanpa menelan lalu melolohkan makanan di mulutku bagaikan induk burung menyuapi anaknya. Ini memang ideku. Ibu akan menyuapi aku sampai habis makanan di piring dengan cara ini.
Kemudian giliran ibu yang aku suapi. Ibu akan sedikit merebah di lantai dengan kedua siku menyangga tubuhnya, sementara kepala ia senderkan di kaki sofa sehingga tubuhnya akan melengkung agar aku mudah mencapai mulutnya dengan mulutku.
Lalu aku akan gantian melolohkan makanan dari mulutku ke mulutnya. Barulah setelah kami selesai makan, aku akan mengentoti ibu di lantai setelah ibu beringsut merebahkan kepalanya di lantai.
Bersambung…