Pada saat Mbak Vidya melepaskan ciumannya dan mengangkat tubuhnya untuk duduk di kedua pahaku, ia meraih ke belakang tubuhnya untuk membuka bra yang ia miliki. Saat itu tiba-tiba terdengar suara Tante Hani memanggil Mbak Vidya dan dari suaranya Tante Hani, Tante Hani sudah di depan pintu.
Secara cepat Mbak Vidya meninggalkan tubuhku yang ia duduki untuk kemudian duduk di pinggir ranjang. Dan benar saja, pintu terbuka dan Tante Hani masuk.
“Vid, pacarmu Indra telpon tuh.”
Aku kaget sekali mengetahui bahwa Mbak Vidya sudah punya pacar. Aku selama ini mengira Mbak Vidya dan aku sudah pacaran karena kami begitu dekat. Ternyata aku salah. Perasaanku langsung galau dan kecewa.
Setelah Tante Hani keluar kamar, aku segera meninggalkan kamar itu juga tanpa bicara apapun pada Mbak Vidya.
“Ari…….” Panggil Mbak Vidya lirih, namun aku tidak menjawab dan keluar kamarnya tergesa-gesa.
Hari itu aku tidak mau bicara dengan Mbak Vidya. Lalu aku memohon untuk pulang. Ibu menurut saja. Sorenya kami pulang. Ibu berusaha mengorek keterangan dariku mengenai sebab aku murung seperti itu, aku hanya terdiam saja. Akhirnya ibu tidak memaksaku bicara.
Semenjak saat itu aku selalu tidak setuju bila ibuku mengajak ke rumah Tante Hani. Dan obsesiku beralih kepada ibuku. Berkali-kali Mbak Vidya telpon namun aku tidak mau bicara dengannya. Aku sudah punya inceran baru yaitu ibuku sendiri.
Kembali kepada saat aku untuk pertama kalinya datang ke tempat Tante Hani semenjak insiden dulu, seperti yang diceritakan di awal, Mbak Vidya mengajakku ke kamar. Aku menurut saja, lagian aku juga sudah mulai horny.
“Dek, kamu kok jahat? Ga mau ke sini lagi. Juga ga mau terima telpon dari Kakak?”
Aku hanya terdiam tak tahu harus buat apa.
“Kakak tahu kamu cemburu. Dulu Indra memang pacar Kakak. Tapi sudah kakak putusin kok.”
Melihatku yang masih terdiam Mbak Vidya berkata,
“Kakak sama Indra hanya ciuman saja. Paling dipegang-pegang. Ga lebih kok. Kakak kan lebih sayang sama kamu.”
Mbak Vidya saat itu memakai tank top putih. Tali dasternya tidak menunjukkan tali BH di baliknya, tapi pentilnya tidak terlihat. Jadi mungkin ia memakai BH tanpa tali. Namun melihat belahan dadanya yang terlihat di antara kedua payudaranya yang terlihat lebih besar dari tahun lalu, mau ga mau kontolku menjadi maksimal kekerasannya.
Aku tak tahu harus bicara apa, namun melihat cara Mbak Vidya berbicara, aku tahu bahwa ia juga memiliki perasaan yang sama denganku.
Aku segera memeluk Mbak Vidya dan melumat bibirnya. Mbak Vidya awalnya terkejut, namun tak menunggu lama, ia balas memeluk dan menciumku. Lama juga kami saling ber‘silat’ lidah.
Setelah beberapa menit bertukaran ludah, aku menyelusupkan tanganku ke balik tank topnya dan mengusap-usap punggungnya. Sedikit terkejut aku mendapati tidak ada BH di punggungnya. Kulitnya begitu halus di tanganku.
Aku mendorong tubuh Mbak Vidya sehingga ia duduk di perutku lalu aku menarik tank topnya ke atas di bantu Mbak Vidya. Mataku membelalak menatap dua buah gunung kembar yang walaupun lebih kecil dari ibuku, tetapi begitu tegak dengan areola yang kecil juga.
Yang hebatnya lagi, puting Mbak Vidya begitu kecil sehingga tampak agak rata dengan areolanya karena pentilnya hanya menyembul sedikit sekali. Inilah tetek perawan, pikirku.
Dengan buas aku mengenyot payudara kiri Mbak Vidya. Wangi kulitnya yang sudah kukenal menambah birahiku yang sudah di puncak. Payudara itu begitu kenyal namun lembut. Tak lama payudara itu sudah berlumuran ludahku dan berhiaskan cupangan di sana-sini.
Segera aku beralih ke payudara satunya lagi dan kembali menggarapnya dengan mulutku. Sementara, tangan kananku meremas-remas payudara kirinya yang sudah aku selomoti sebelumnya. Mbak Vidya mendesah-desah nikmat.
Aku sudah tak tahan, maka segera aku mendorongnya lagi hingga kini ia telentang di tempat tidur. namun mbak Vidya kembali bangkit dan segera menarik celana pendekku sedikit bernafsu sehingga agak kasar. Aku terkejut lagi melihat ia juga tidak memakai celana dalam. Memeknya tidak ditutupi sehelai benangpun! Tampaknya Mbak Vidya rajin mencukur jembutnya.
Memek Mbak Vidya tampak bagai garis dengan sedikit labium mayora menyembul. Tampak rapat sekali. Aku berharap ia masih perawan. Secara cepat aku lempar celananya ke lantai, lalu aku segera melebarkan kedua kakinya sehingga mengangkang dan kemudian menjilati memeknya itu.
Kini Mbak Vidya sedikit mengerang-erang. Bibir vaginanya begitu rapat sehingga aku menggunakan jemariku untuk membukanya. Kulihat lobang memeknya yang berwarna pink Nampak begitu kecil bila dibandingkan dengan memek ibuku.
Dengan Bahagia lidahku menjelajahi seluruh dinding kemaluan Mbak Vidya dan untuk akhirnya setelah beberapa menit kujulurkan masuk ke dalam lobang kecil itu.
Memek kakak sepupuku itu kini sudah basah oleh cairan birahi miliknya dan ditambah dengan ludahku. Bau memek Mbak Vidya cukup menyengat namun dalam artian yang menyenangkan. Bau yang sedikit berbeda dengan ibuku, namun tak kalah wanginya bagi hidungku.
Setelah daerah mahkotanya sudah benar-benar licin, aku membuka jeans dan celana dalamku sambil terus menjilati dan merogoh-rogoh lubang kenikmatan Mbak Vidya.
Setelah kontolku bebas, aku berlutut dengan lutut masuk di antara paha dan betisnya yang membentuk segitiga dan menaruh ujung kontolku di lubang memeknya. Kulihat dada Mbak Vidya naik turun sementara matanya menatap kontolku.
Dengan tangan kanan memegang batang penis, sementara tangan kiri menekan pelan paha kanannya, aku mendorong pantatku maju perlahan. Lingkar vaginanya begitu sempit sehingga beberapa detik ujung kontolku bagaikan ditolak sehingga tak dapat masuk, namun akhirnya lobang itu menyerah karena aku terus mendorong secara pelan tapi pasti. Dengan bunyi plop! Kepala pelerku masuk ke dalam memek kakak sepupuku yang cantik itu.
Mbak Vidya mendesis dengan kening mengerut. Aku kemudian beringsut sehingga aku maju ke arah kepalanya. Mbak Vidya saat itu mengangkang dengan kedua siku tangan membentuk segitiga sehingga tubuh atasnya membentuk sudut tumpul agar dapat melihat kelamin kami.
Mbak Vidya lebih tinggi dariku, namun posisi ini membuat aku dapat meraih bibirnya dengan bibirku. Kami berciuman penuh nafsu. Perlahan tanganku kulingkarkan di pinggangnya, lalu aku mendorong lagi pantatku. Liang surgawi Mbak Vidya begitu sempitnya sehingga membuat kontolku ngilu. Mbak Vidya sendiri merintih dengan muka menahan sakit.
“Pelan dek….”
Kontolku baru setengah masuk ketika membentur pelan sesuatu di liang vaginanya. Tampaknya ini adalah selaput dara Mbak Vidya. Aku perlahan memaju mundurkan batangku. Lama kelamaan Mbak Vidya terlihat mulai dapat menahan sakitnya dan kerutan di keningnya tidak separah tadi.
Ia kini merintih terus-menerus. Aku kemudian melepaskan bibirku lalu konsentrasi sebelum akhirnya dengan suatu gerakan cepat dan keras, menghentak pantatku sehingga dalam hitungan sepersekian detik kontolku mendobrak keperawanan Mbak Vidya dan seluruh batang kontolku amblas masuk ke dalam vaginanya.
“Aaaauuuuuuuu!” teriak Mbak Vidya keras. Badannya menengang dan memelukku erat-erat, lalu perlahan ia jatuh ke belakang sembari menarikku. Kedua tanganku kini memeluk punggungnya.
Bibirku hanya mencapai lehernya. Kedua kakinya kini menjepit kedua pahaku erat-erat, sementara dinding memeknya yang sempit mencengkram dengan kuat batangku. Perlahan-lahan memeknya kurasakan melepas cengkraman setelah sekitar semenit.
Walaupun ototnya tidak berkontraksi sehingga mencengkram, tetap saja lubang yang basah dan hangat itu kurasakan menyesakki sekujur kontolku.
Perlahan kugoyang pantatku maju mundur sedikit, sehingga penisku mengocok memeknya namun selangkangan kami tetap menempel. Mbak Vidya merintih lagi, kini lebih keras suaranya dibanding sebelumnya namun tetap tidak terlalu keras. Ia menahan suaranya karena takut kedengaran dari luar.
Lama kelamaan pantat Mbak Vidya bergoyang pula. Ia sudah siap bersetubuh dengan benar karena memeknya yang sudah tidak lagi perawan sudah beradaptasi sedikit dengan kontolku. Maka aku kini mulai mengentoti Mbak Vidya dengan lebih cepat dan kuat.
Kontolku kini bergerak maju mundur lebih jauh lagi. Setiap tarikan pantatku, kontolku akan keluar dari vagina Mbak Vidya sebatas kepala kontol lalu aku dorong pantatku sehingga terbenam seluruhnya ke dalam mahkota kehormatannya.
Mbak Vidya perlahan dapat mengikuti irama kocokanku sehingga akhirnya suara selangkangan kami beradu terdengar dari perlahan menjadi cukup keras. dan kemudian mbak vidya gantian yg berada di atas .. sontak saja di setiap genjotannya, toket indah nan mungilnya pun ikut naik turun.
Peluh kami sudah keluar deras. Mbak Vidya kini menyandarkan kepala di tempat tidur semenjak aku membobol keperawanannya. Satu tangannya yang kiri memegang pundakku sementara yang kanan di taruh ke samping atas sehingga ketiaknya yang bersih terlihat.
Ketiak itu begitu putih tanpa rambut, namun kulihat ada sedikit daki di tengah-tengah, hasil dari keringatnya yang membanjir selama aktivitas terlarang kami. sumber Ngocoks.com
Aku segera menjilati ketiak itu sambil terus mengocok memeknya yang sempit. Keteknya begitu asin dan gurih membuatku akhirnya mengenyoti daerah itu penuh nafsu. Bau tubuhnya begitu indah membuatku kecanduan.
Tak lama sambil menggigit bibir, Mbak Vidya memelukku begitu eratnya, sehingga kurasakan badanku sakit. Sambil sedikit menekuk tubuh, ia membenamkan wajahnya ke leherku dan suara erangannya yang tertutup leherku kudengar begitu panjang durasinya mengiringi memeknya yang mencengkram kontolku lagi.
Beberapa saat kemudian ia terjatuh ke belakang dan terdiam. Dengan kedua tangan membuka kulihat dadanya naik turun bagai baru saja berlari 10 KM.
Kubiarkan beberapa saat, lalu aku melepas kontolku. Ia pasrah ketika kakinya kutarik sehingga jatuh kelantai sementara tubuh atasnya masih di tempat tidur. Kubalikkan badannya sehingga ia tengkurap di tempat tidur sementara kedua kakinya menjejak lantai. Posisi doggy yang pasrah.
Aku menghujamkan lagi kontolku di memeknya yang masih basah. Kedua tanganku menyelusup sehingga kedua teteknya yang seksi itu kugenggam, lalu kuentot Mbak Vidya lagi kini dengan keras sehingga bunyi selangkanganku menumbuk pantatnya membahana seisi kamar.
Punggung putihnya yang mengkilap karena keringat yang disinari lampu kamar segera aku jelajahi dengan lidahku. Kujilat-jilat punggungnya bagaikan anjing minum air. Rasa kulit Mbak Vidya begitu gurih di lidahku, apalagi digarami dengan air keringatnya. Tubuh Mbak Vidya adalah es krim bagi birahiku.
Setelah puas menjilat aku mulai mengenyoti punggung seksi kakak sepupuku itu dengan keras. Pelan-pelan punggungnya dihiasi oleh cupangan merah keunguan akibat sedotan mulutku. Tentu saja, selama itu pula pantatku asyik bergoyang sehingga kontolku berkali-kali merojok-rojok memek Mbak Vidya yang baru saja berhasil dibobol.
Lama-kelamaan Mbak Vidya menjadi nafsu lagi. Ia mulai mengangkat tubuh atasnya dengan kedua tangan di sisi badan, dan kepalanya menoleh ke belakang. Matanya menatap mataku dalam-dalam.
Aku berkata padanya setelah menyadari tatapan matanya,
“Memek Mbak emang ga ada duanya. Memek perawan yang sempit. Nikmat banget ngejepit kontol Ari. Badan kakak juga seksi banget. Putih. Harum. Sekarang udah Ari nikmatin. Udah Ari jilatin. Udah Ari cupangin. Memek Mbak udah Ari gagahin. Sekarang Mbak jadi milik Ari.”
Mata Mbak Vidya mengeluarkan kilatan birahi. Ia berkata,
“kontol kamu juga enak, dek. Memek Mbak jadi penuh. Mbak sayang Ari. Cinta sama Ari. Ari jangan nyakitin Mbak ya.”
“Ari ga bakal nyakitin Mbak selama memek Mbak Cuma buat Ari aja.”
“Mbak udah kasih kamu segalanya, Ri. Mbak udah milik kamu. Terus gagahi Mbak. Terus setubuhi Mbak. Terus entotin Mbak.”
Aku hampir tak tahan lagi. Aku segera menindih tubuh atasnya lalu mengenyot punggungnya keras-keras lalu menghujami memek Mbak Vidya keras-keras dengan kontolku. Suara tubuh kami beradu aku yakin kedengaran sampai ke luar kamar.
Untung saja kamar ini letaknya di lantai 2. Suara selangkanganku menumbuk-numbuk pantat Mbak Vidya tak akan sampai ke ruang tamu di bawah.
“terus sedot punggung Mbak, Ri. Minum keringat Mbak. Hujami memek Mbak dengan kontolmu yang gede itu, Ri. Mbak udah ga tahan lagi. Sebentar lagi Mbak mau orgasme kayak sebelumnya. Terus ngentotin Mbak, de…. Ngentoooot…… enakkkk…… teruuussss entooooottt…..”
Tak tahan ucapan jorok kakak sepupuku, aku berkata,
“ngentot lu Mbak…… gue akhirnya bisa ngentotin elo…….. elo milik gue sekarang Mbaaaaakkkkk….. memek lo miliki gueeee…………. Aaaaaaaaahhhhhhhhh……”
Pada saat bersamaan kami melenguh dan berteriak……. Spermaku di lepas di dalam tubuhnya…. Dan untuk beberapa saat kami tertidur lemas dengan aku yang menindihnya dari belakang.
Bersambung…