Dengan malas aku bangun dari tempat tidur, aku melangkah ke kamar mandi untuk membersihkan diri setelah seharian capek melayani tamu resepsi pernikahan. Sambil membersihkan make up pengantin, aku mulai menyabuni seluruh tubuh seksi ku.
Aku menyabuninya dengan teliti, setiap sudut, agar Pak Yazid nantinya akan merasa puas dengan tubuhku yang wangi. Sambil menyabuni payudara dan kemaluanku, aku mulai merasa terangsang sendiri.
Membayangkan bagaimana nantinya mulut pak Yazid dengan kumis tebalnya itu mengulum, menggesek, dan menetek pada putingku yang berwarna coklat kemerahan ini. Bagaimana penisnya yang kokoh akan menembusi dan menyirami vaginaku yang masih sempit dan kering tidak tersirami selama dua tahun ini.
Akhirnya aku selesai mandi dan kemudian mengeringkan tubuhku. Aku keluar dari kamar mandi dengan mengenakan kain batik yang ku kenakan saat resepsi tadi. Aku memakainya dengan melilitkan pada belahan dadaku.
Memang kainnya tidak terlalu panjang, hanya menutupi dada hingga sampai pada atas lutut saja. Menampakkan payudaraku yang membusung dan pahaku yang kuning langsat. Karena tubuh yang belum mengering sempurna, puting susuku sangat jelas tercetak, dan sedikit basah di payudaraku bagian bawah.
Akupun melangkah menuju depan meja rias, menata rambutku, dan sedikit memakai wangi-wangian. Aku sangat kaget ketika aku sibuk membaluri tanganku dengan lotion, tiba-tiba sepasang tangan kokoh memeluk pinggang ku dan membelai perut rataku dari belakang.
“Sayangg, kamu cantik dan wangi sekali, tubuhmu yang indah ini sungguh menggoda, ndak salah aku menikahimu..” Desahnya dengan manja di kupingku.
Ternyata itu adalah Pak Yazid, yang telah bangun tanpa aku sadari. Aku sangat tersanjung dengan puji pujian yang dilayangkannya.
“Ahh, Pak Yazid, eh Mas Yazid bisa sajaa..” jawabku dengan gugup. Beliau hanya tersenyum, menyaksikan aku yang kikuk sampai lupa menyebutnya dengan sapaan mas. Memang setelah menikah rasanya lebih nyaman dengan sebutan mas, meskipun beliau tak mempermasalahkannya.
Belum berhenti rasa kikukku, tangan beliau tiba-tiba berpindah menangkup kedua buah susuku yang menantang itu. Kurasakan putingku mulai mengeras karena rangsangan beliau di perut dan segala pujiannya tadi. Aku mendesah ketika jari-jarinya yang besar memijit putingku dari luar,
“aahhhhhhh, mas…” Beliau hanya diam sambil tersenyum. Aku yang sudah keenakan dan merem melek harus menahan diri. Beliau tidak jadi meneruskan permainnya, rupanya ia begitu ahli dalam mengendalikan nafsu perempuan, pikirku.
“Aku tak mandi dulu ya dik, biar segar, dan capekku hilang, nanti kita teruskan.” Ucapnya sambil mengecup pundakku dari belakang, beliau melangkah kekamar mandi.
“Hufftttt, kenikmatanku tertunda,” bathinku..
Sambil menunggu Mas Yazid selesai mandi. Aku sempatkan untuk mengeringkan rambut yang masih sedikit basah karena mandi tadi, sambil melihat pekarangan rumah dari jendela kamar. Entah kenapa, pekarangan rumah ini begitu indah dan asri, membuat hatiku menjadi tenang. Sampai tiba-tiba Mas Yazid telah di belakangku.
“Hayo, ngelamun ya?” Sambil tangannya memelukku dari belakang.
“Ahh, nggak kok mas,” jawabku sekenanya.
“Ayo kita mulai !”, ucapnya dengan antusias.
Beliau langsung menerkam susuku dengan kedua tangannya, diremasnya dengan perlahan, sambil bibirnya yang berkumis tebal mengulum kupingku. Akupun geli di buatnya. Tangannya kini tak lagi hanya meremas dengan perlahan, tapi di selingi dengan cubitan ketika menemukan putingku yang telah mengeras itu.
Tangan kirinya berpindah dan bergerilnya ke bawah, menyelusup dari belakang, dang bermain-main di belahan pantatku, sambil meremas-remasnya. Akupun hanya melenguh dibuatnya.
Akupun tak mau kalah, dengan susah payah, tanganku yang tadinya memegang tangan Mas Yazid yang meremasi payudaraku, berpindah kebelakang dan kutarik ikatan handuk yang dikenakannya. Jadilah beliau sekarang telanjang bulat di belakangku. Hingga kurasakan penisnya menyentuh tangan dan bokongku..
“Ahh, kamu udah ndak sabar ya?” tanpa menjawab, akupun langsung menggenggam penisnya itu dengan manja. Ternyata penisnya sudah sangat tegang. Ukurannya cukup besar dan panjang, tanganku agak kesulitan menggenggamnya.
“Ahhhh, dik Elsya.” Beliau meracau ketika ku sentuh lubang kencingnya. Karena terlalu asik bermain di belakang, aku tak sadar ternyata kembanku telah luruh sebagian, hanya tersangkut tangan beliau yang kini telah berpindah bermain di vaginaku.
Payudaraku yang bergantung indah, dan menantang itu sekarang lebih leluasa untuk di remasnya. Jari-jarinya kadang berhenti untuk memilin dan menarik putingku. Menciptakan sensasi yang enak,
“Ahhhh, terusss masss”, desahanku lebih keras ketika jari tengahnya mulai menelusup masuk ke liang vagianaku, menggeseknya dengan perlahan. Aku merasakah vaginaku telah mulai basah dengan cairanku sendiri, aku sudah tidak cukup kuat berdiri dengan tegak.
Tangan beliau yang kanan berpindah ke mulutku, memasukkan jari telunjuknya ke mulutku. Akupun paham dan langsung mengulumnya dengan manja. Dengan jari yang basah oleh air liurku, beliau mempermainkan putingku dengan intens.
Memencet, memilinnya, cukup lama beliau mempermainkan putingku seperti itu, bergantian yang kiri dan kanan. Beberapa saat kemudian beliau berindah ke depan, beliau memagut bibirku dengan lembut dan rakus, kumisnya yang tebal itu begitu menggelitik bibirku.
Cumbuan beliau turun ke dadaku, mula-mula hanya dijilatinya saja, namun kini sudah di lahap, nampaknya Mas Yazid berusaha melahap seluas-luasnya. Kadang giginya mengenai putingku yang sudah sangat mengeras. Membuatku tambah mengerang kenikmatan.
Cukup lama Mas Yazid bermain dan menyedoti payudaraku dan putingnya. “Mmmmbb, payudaramu enak sekali sayang, kenyal.” Gumamnya sambil terus menyenyot puting susuku. Sesekali di gigitnya kecil-kecil putingku, dan dicupanginya payudaraku hingga menciptakan beberapa bekas kemerahan.
Setelah cukup puas bermain di dadaku. Cumbuannya berpindah turun ke selangkanganku. Lidahnya dan kumisnya yang kasar itu begitu membuat kau melayang, hingga,
“maasssss, aku tak tahaaaaaaan laaagiii !” Akupun mencapai orgasmeku dengan dahsyat, orgasme yang tercapai tanpa penetrasi dari beliau. Hebat sekali Mas Yazid, bathinku..
Akupun lemas tak berdaya, peganganku pada kusen jendela mulai tidak erat lagi. Mas Yazid dengan paham langsung menangkap tubuh lemas ku yang telah terpuaskan dengan permainan jari dan mulutnya itu. Beliau kemudian membopongku ke tempat tidur dan merebahkanku di sana.
Aku melihat beliau berdiri di samping tempat tidur, raut muka yang bahagia, dan kumisnya yang kembang kempis dan basah di beberapa bagian, mungkin terkena cairan cintaku tadi, pikirku.
Tubuhnya penuh keringat, membuatnya begitu menggairahkan. Penisnya kini masih belum tegak sempurna. Penis yang berukuran besar dengan panjang sedikit di atas rata-rata itupun seperti mengengangguk-ngangguk mendiami bulu kemaluannya yang tidak terlalu lebat.
Dengan tenaga yang tersisa, akupun segera bangun dan menarik tubuh Mas Yazid hingga terduduk di sampingku. Akupun segera mendorongnya hingga rebah di samping tempatku tadi.
“Sekarang giliranku Mas,” bathinku. Akupun segera menciumi bibirnya dan bermain-main dengan kumisnya yang menggemaskan itu. Lidah kami saling bertaut, kami berciuman dengan panasnya. Tanganku pun tak tinggal diam, sambil meraba dadanya yang liat dan mempermainkan puting susunya itu.
Kini ciumanku berpindah ke dadanya yang berbulu lebat itu, aku jilati setiap bagian dada bidangnya itu, tak kulewatkan sedikitpun tubuh tegap dengan dada yang indah, berbulu, dan menggairahkannya. Sampailah akau pada puting susunya yang berwarna coklat muda, berdiri dengan kokohnya di bulu dadanya yang membelukar.
Aku jilati dan aku emuti puting susunya, sambil sedikit menggigiti dan menarik-nariknya. Rupanya beliau terangsang cukup hebat keperlakukan seperti itu. Kepalaku ditekannya sambil tangannya menyosongkan dadanya agar bisa lebih dalam akau mengenyotinya.
Kini jilatanku terus berpindah ke bawah hingga ku temukan kejantanan beliau yang telah menantang. Penis beliau sesuai dengan tubuhnya, bersih, coklat kekuningan, dengan otot-otot yang sangat menonjol. Membuatnya menjadi sangat indah dan kokoh. Tanpa basa-basi lagi aku jilat lubang kencingnya. Beliau tersentak,
“aaaaaaaahhhhh”. Tangannya kini memegangi tanganku yang satunya yang dari tadi mempermainkan puting susunya tanpa bosan. Aku semakin giat dan semangat mengulum dan menjilati penis Mas Yazid, sambil kusertai dengan menyedotnya sekuat tenaga agar beliau cepat keluar.
Sesekali ku kulum sambil aku tarik kepala penisnya yang menyerupai jamur itu dengan rakus. Akhirnya tak salah, lenguhan Mas Yazid semakin keras, tangannya kini memegangi dan menenggelamkan wajahku ke selangkangannya, membuatku menelan lebih jauh penisnya itu, meskipun tak sepenuhnya muat.
Akhirnya muncratlah sperma Mas Yazid ke mulutku, “aahhh, sayanggggg, aku keluaaaarr…”
*****
“Minum dulu mas..”
Aku membawakannya teh manis sebelum meneruskan permainan kami yang begitu hebat tadi. Sambil beliau meminum tehnya, aku duduk di sampingnya menunggu, sambil tak bosan-bosan tanganku merangkul punggungnya yang kokoh, dan membelai dadanya yang bidang dan berbulu lebat itu serta mempermainkan putingnya.
“Ahh segarrrr,” ucapnya setelah menghabiskan segelas teh manis buatanku. Sambil beliau mengeluarkan ekspresi siap tempur, dengan kumis lebatnya yang mengembang. Akupun tertawa melihatnya. Tanpa basa-basi lagi beliau langsung merebahkanku, dan menindihku.
Bibir kami berciuman dengan ganasnya, lidah kami saling melilit. Ciuman beliau turun ke payudaraku yang masih penuh dengan bekas air liur dan cupangannya tadi. Kumisnya yang tebal itu mencoba menggelitik dengan menggesek-gesekkan pada susuku. Mulutnya tak kuasa untuk membiarkan putingku terpampang begitu saja.
Dikulumnya putingku dengan gemas, sambil sekali-kali di sedotnya dengan kuat-kuat. Menimbulkan sensasi luar biasa ketika sedotan kuatnya itu beradu dengan rangsangan dari kumis lebatnya itu. Akhirnya beliau bangkit, memposisikan diri diantara selangkanganku, dibukanya kakiku untuk menciptakan ruang yang lebih luas.
Kini penisnya telah tegang kembali, siap untuk menyetubuhiku, memberikan kepuasan seksual lebih jauh. Pada mulanya beliau hanya menggesek-gesekkan ujung penisnya pada mulut vaginaku, “masss, masukkkinn, aku sudahhh tak tahannn,”
Ceracauku menahan nafsu yang sudah mencapai ubun-ubun.. Beliau hanya tersenyum menyaksikan aku begitu gelisah tak sabar menanti kan batang nya itu masuk ke dalam liang vaginaku. Akhirnya beliau memasukkan sedikit demi sedikit.
“Ahhh”, aku menggigit bibir bawahku sambil menahan sedikit rasa sakit. Mungkin karena telah cukup lama liang kenikmatan ini tak menerima tongkat pemuas, pikirku.
“Arrgghhh, punyamu sempit sekali dik”. Beliau berhenti sebentar untuk mengambil nafas, dan membiarkanku terbiasa dengan penisnya yang besar itu. Dengan penuh semangat, Mas Yazid terus mengayunkan pantatnya ke depan, mendorong kejantanannya agar lebih masuk ke dalam.
“Ahhhh, desahnya, Begitu legit”, ceracaunya. Akhirnya penis Mas Yazid benar-benar terbenam seutuhnya dalam liang kewanitaanku. Rasanya penuh sesak, dan begitu mengganjal di bawah sana. Beliau membiarkan penisnya terbenam sepenuhnya di dalam vaginaku, sambil tangannya meremasi payudaraku.
“Ahhh, dik, sempppit sekali vaginamu ini”. Beliau mulai mengayunkan pantatnya maju mundur, batang itupun mulai ke luar masuk liang kewanitaanku dengan lebih lancar sekarang. Semakin cepat, dan semakin cepat mas Yazid menggenjotku, bagai tak kenal lelah, kuat sekali stamina Mas Yazid, pikirku.
Aku hanya mendesah dan menjerit kecil sambil menggigit bantal. Staminaku pun rasanya seperti terkuras, di genjot habis-habisan oleh Mas Yazid, tangannya yang kekar itu kini bertumpu di samping tubuhku, kadang meremasi susuku dengan gemasnya.
Akupun tak tinggal diam, aku remasi dada Mas Yazid, aku tarik-tarik putingnya, aku belai dadanya yang berbulu yang meneteskan keringat pada tubuhku dikarenakan genjotannya yang semakin keras.
“Massssss, aku keluarrr”. Aku berteriak tertahan, sambil tanganku merangkul lehernya. Hingga tubuhnya itu ambruk, lengket menimpa tubuhku.
Tubuh kami yang penuh dengan peluh pun berpelukan dengan eratnya. Dadanya yang berbulu begitu menggelitik ketika bergesekan dengan payudaraku. Orgasme kedua yang hebat telah aku alami, dan Mas Yazid sepertinya belum apa-apa.
Dengan sabar dan telaten beliau membiarkanku menikmati gelombang orgasmeku, mendiamkan posisi berpelukan kami. Sesaat setelah merasa telah cukup, Mas Yazid bangkit dan menciumi ku, dari bibir, hingga payudara ku yang montok itu kembali di susunya.
Setelah birahiku sedikit bangkit dan aku telah siap, Mas Yazid merebahkan tubuhnya disampingku. Rupanya beliau begitu telaten, tidak egois dengan memaksakan pemuasan nafsunya, tapi dengan sabar menungguku hingga siap, dan birahiku timbul kembali.
Mas Yazid mulai memasukkan penisnya dari arah samping, dengan aku yang masih rebah dengan telentang. Penisnya yang masih kokoh itupun menerobos vaginaku dengan sangat mulus karena melimpahnya cairan cinta yang baru aku keluarkan tadi.
Beliau menempatkan kaki kananku di di atas pinggangnya. Tubuhnya sedikit miring dan mulai meggenjotku dari samping dengan perlahan, kemudian semakin cepat. Hanya desahan yang mengiringi sodokannya, aku hanya merintih kenikmatan sambil berpegangan pada tangan kekar beliau yang berpegangan lengan kiriku.
“Ahhh, enak maaas”. Kadang tangannya tak lagi berpegangan pada lenganku, tapi pada payudaraku, sambil meremas-remasnya. Kini Mas Yazid mencabut penisnya yang mengkilat dan masih tegang itu, sambil memintaku berganti posisi merangkak.
Dengan sigap Mas Yazid menyodokkan penisnya dengan cepat, bahkan sangat cepat, hingga terdengar nyaring bunyi kecipak benturan antara buah zakar dan kulit pahaku. Juga benturan kulitnya dengan pantatku.
Terasa sekali penisnya masih keras, dan staminanya masih sangat kuat. Dengan cepat beliau mencabut penisnya, dan memposisikan diriku telentang. Beliau lalu menubrukku dan memasukkan penisnya dari arah depan.
Mirip posisi yang pertama tadi, hanya saja kini tubuhnya sepenuhnya ambruk menimpa tubuhku. Tubuh kami lekat satu sama lain karena keringat yang cukup banyak. Mas Yazid begitu cepat memompaku dengan tongkat kokohnya itu.
“Mas, aku mau saaampppaiii.” Aku meracau, berteriak tertahan.
“Bareng dikkk, aku juga mau keluarrrr..” Kurasakan penisnya mulai berkedut-kedut.
“Ahghhghh, dik, aku mau keluarrrr…” Dengan sodokan yang lebih cepat dan keras, penis Mas Yazid seperti mencapai rahimku. Akupun meracau, mendesah dengan keras, merasakan orgasmeku akan datang lagi.
“Aghghghhg, aku keluaaaarrrr.” Keluarlah cairan orgasmeku yang ketiga kalinya bersamaan dengan orgasme dahsyat Mas Yazid. Di tembakkannya air mani yang begitu banyak bebarengan dengan cairan cintaku. Membuat selangkanganku begitu becek, sampai-sampai meluber ke pantat dan mengenai lubang anusku.
Sungguh persetubuhan ini begitu membuat tubuhku begitu terasa capek. Namun aku sangat puas dengan permainan yang begitu hebat dari suamiku ini. Setelah orgasme hebat tadi, kami masih saling berpelukan, tanpa merubah posisi tubuh kami, dengan Mas Yazid yang masih menindihku.
Beliau akhirnya mencabut penisnya yang masih setengah ereksi dan menciumku dengan begitu hangat, dan merebahkan diri di sampingku.
“Ahhh, kamu hebat dik, vagianmu begitu keset, sempit..” puja-puji keluar dari mulutnya. Aku sekali lagi dibuatnya tersanjung. Tanpa menjawab, aku pun mencium bibirnya dengan begitu lama dan erat, menikmati kegelian oleh kumis lebatnya itu, sambil mengucapkan rasa terimakasih dan kebanggan atas Mas Yazid di dekat telinganya.
Beliau hanya tersenyum dan kemudian memelukku dengan erat. Aku rebahkan kepalaku di dadanya yang menggairahkan itu, sambil terus membelai bulu dan perutnya yang kokoh. Tak Lama ternyata aku tertidur. Aku sadar ketika Beliau membangunkanku untuk makan malam.
“Dik, ayo bangun dulu,” sambil membelai wajahku.
“Sudah jam 9 malam lho, kamu pasti lapar, ayo makan dulu,” sambil dikecupnya puting susuku dengan mesra.
Tak bisa dipungkiri, perutku memang sudah sangat lapar, sejak persetubuhan luar biasa berjam-jam yang baru aku alami dengan Mas Yazid tadi.
Kamipun makan bersama, karena begitu lapar, aku tak sempat memakai pakaianku kembali, membiarkan tubuhku telanjang bulat tanpai sehelai benangpun. Mas Yazid hanya senyum-senyum genit memperhatikan aku makan dengan lahapnya dengan keadaan tubuh yang polos terbuka.