Suara seseorang yang memanggil Calion dengan keras membuat Calion melepaskan Vallery, Calion beranjak meninggalkan kamarnya dan turun ke bawah, di sisi lain Devary terbangun karena teriakan itu lalu melihat Vallery yang terdiam di dekat pintu kamar.
“Sedang apa kau disitu?” tanya Devary membuat Vallery menggelengkan kepalanya, tanpa sepatah katapun Vallery meninggalkan kamar dan hendak turun kebawah dilihatnya ada Calion dan Mira yang sedang berpelukan Vallery pun mengurungkan niatnya untuk menuruni anak tangga dan hanya memperhatikan Calion dari atas saja.
“Cinta pertama Calion,” ucapan Devary membuat Vallery menoleh kearahnya.
“Ahh begitu,” Vallery mengangguk sekarang dia tau kenapa Calion sangat menyayangi Mira seperti itu.
“Dev, aku ingin pulang” ucap Vallery, mendengar permintaan dari Vallery pun membuat Devary mengangguk lalu mereka berdua turun kebawah.
“Kalian disini?” pertanyaan Mira membuat Devary dan Vallery menoleh secara bersamaan.
“A-aku baru mengerjakan tugas untuk Calion,” Ucap Vallery dengan hati hati.
“Baiklah aku akan mengantarnya pulang dulu,” Devary yang berpamit membuat Calion sedikit memasang wajah cemburunya , tatapannya pada Vallery membuat Vallery terasa di ancam untuk tidak terlalu dekat dengan Devary namun tidak dihiraukan Vallery justru sengaja menarik lengan Devary untuk segera pergi dari sana.
Sesampainya dirumah Vallery berterimakasih karena Devary sudah mengantarnya , Devary pun dengan senang hati memberikan senyuman manisnya kepada Vallery, tanpa banyak waktu Vallery memasuki rumahnya meninggalkan Devary yang hendak pergi dari sana juga dengan mobil hitamnya.
*****
Tidak terasa waktu secepat ini hari ini adalah hari terakhir Vallery untuk magang pekerjaan yang semalam diberikan sudah selesai Vallery kerjakan, Vallery bersiap untuk pergi ke kantor dan Vallery benar benar senang karena dirinya tidak lagi harus bertemu dengan Calion ataupun Devary.
Sesampainya di kantor Vallery menaruh dokumen dokumen tugasnya di meja Calion, ya pagi itu tidak ada Calion di ruangannya mungkin dia belum datang atau semacamnya Vallery tidak peduli, seperti biasa Vallery kembali ke ruangannya dan mengerjakan beberapa dokumen lagi karena ini hari terakhirnya.
*****
Mira yang sedari tadi menatap Calion dengan lekat membuat Calion tersenyum, gadis cantik dihadapannya ini benar benar tidak bisa Calion lupakan, Mira dan Calion yang sama sama punya rasa obsesi tersendiri bahkan membuat mereka sampai saat ini tidak memiliki kekasih lain, tapi disamping itu tatapan Calion teralihkan oleh ponsel Mira yang berdering.
Mira dengan cepat mengambil ponselnya dan menjawab panggilan dengan menjauhkan diri dari Calion, Calion merasa ada yang berbeda dari Mira biasanya Mira tidak terburu buru seperti itu untuk menjawab panggilan, bahkan Mira tidak pernah menjauh darinya ketika sedang berbicara dengan seseorang lewat ponsel.
Selesai sudah Mira berbincang dirinya kembali mendekati Calion membuat Calion bertanya tanya.
“Siapa?” tanya Calion.
“Ahh, a-aku emm Call sepertinya aku harus memberi taumu sesuatu,” Mira yang memasang wajah kebingungan membuat Calion penasaran.
“Ada apa? katakan saja,”
“Call, mungkin ini terdengar menyakitkan bagimu, tapi harus kuakui bahwa aku harus kembali ke Sydney,” mendengar penjelasan Mira membuat Calion menghela nafas kasarnya.
“Apa yang membuatmu harus pergi kesana?”
“A-aku sebenarnya, akan menikah”
Degg
‘Menikah?
Calion terdiam sekarang hatinya seperti disayat perih dan sakit, bagaimana tidak apa maksud dari perlakuan Mira selama ini kepadanya? bukankah Mira memiliki perasaan yang sama seperti Calion ribuan pertanyaan muncul dikepala Calion saat ini, dirinya marah , kesal juga sangat kecewa hal yang seharusnya tak didengar sekarang diucapkan oleh Mira orang yang sangat Calion cintai.
“Lalu apa maksudmu?” Calion kini tidak bisa meredam rasa sakitnya.
“A-aku hanya menganggapmu sebagai teman saja Call kau mengerti’kan?”
“Teman? pelukanmu, kasih sayangmu, ciumanmu, semua itu kau anggap teman?” Calion menajamkan tatapannya rasa sakit ini benar benar membuatnya muak melihat wajah Mira.
“Call, jangan marah seperti itu, aku tau kau mencintaiku, t-tapi aku-”
“Cukup! pergilah ke Sydney jangan pernah muncul di hadapanku lagi,” Calion kecewa perkataannya ini kini harus terlontar dari mulutnya, Calion pergi begitu saja meninggalkan Mira yang masih mencoba untuk menjelaskannya.
*****
Akhirnya pekerjaan yang melelahkan telah selesai Vallery yang sudah berkemas untuk pulang dikejutkan oleh karyawan yang menyiapkan suatu acara untuk berpisah dengan pegawai magang, Vallery akan sangat merindukan semua orang yang berada disana pesta kecil yang diadakan di kantor itu membuat Vallery mengabadikan momennya, semua orang bersuka ria Vallery pun merasa senang karena tidak ada Calion maupun Devary yang menganggunya.
Setelah acara selesai Vallery bergegas pulang angin malam dan suasana jalanan membuat Vallery merasa tenang, tapi tidak lagi ketika Vallery melihat Calion yang tengah duduk dan bersandar di depan pintu rumahnya.
‘Kenapa dia ada disini? ‘
Vallery mendekati Calion mencoba untuk bertanya namun saat ini Calion mabuk berat botol wine digenggaman Calion kini sudah hampir habis, Vallery hanya bisa membuang nafas kasarnya kenapa Calion bisa ada disini tanpa pikir panjang Vallery membawa Calion masuk kerumahnya karena angin diluar mulai terasa dingin.
Vallery membaringkan Calion di sofa, melihat Calion yang sudah sangat mabuk membuat Vallery berinisiatif memberi Calion minuman madu agar Calion merasa reda, namun setelah meminumnya Calion masih tertidur mungkin terlalu banyak meminum Wine sehingga efek alkoholnya tidak mudah hilang.
Vallery meninggalkan Calion di sofa lalu menuju ke kamarnya untuk mandi, setelah beberapa menit menghabiskan waktu untuk mandi Vallery terkejut Calion kini sudah ada di kamarnya , duduk dikasur sembari menatap Vallery yang baru saja keluar dari kamar mandi.
“Kau gila yaa???!!!!” Vallery berteriak sontak menutup seluruh tubuhnya dengan kedua tangan walaupun saat ini Vallery memakai handuk tetap saja Vallery menyilangkan kedua tangannya untuk menutupi dirinya.
Calion hanya terdiam menatap Vallery dan menampilkan smirk nya Vallery yang merasa ketakutan dengan tatapan Calion mencoba untuk kembali masuk ke dalam kamar mandi namun Calion dengan cepat menghampiri Vallery dan memojokkan Vallery ke tembok.
“Call jangan bodoh, keluar dari kamarku,” Vallery sedikit ketakutan bagaimana tidak sekarang jaraknya dengan Calion hanya menyisakan sedikit ruang.
“Kenapa? aku tidak boleh menatapmu?” ucap Calion dengan santai.
“Ini kamarku, keluarlah” pinta Vallery lagi.
Calion tidak menghiraukan permintaan Vallery, dirinya menatap Vallery dari ujung kaki hingga pucuk kepala Vallery.
“Kau menggodaku?” pertanyaan Calion membuat Vallery membuka matanya lebar.
“Menggodamu? keluarlah aku harus memakai pakaianku”
“Aku ingin lihat”
“Call kau gila ya?”
“Benar aku bisa gila melihatmu seperti ini”
“Kau mabuk Call, menjauhlah dariku”
“Biarkan aku bermain sebentar”
“Bermain? Apa maks- mmpphhh” tanpa aba aba atau persetujuan dari Vallery Calion menciumnya , bibir cherry milik Vallery ini tidak bisa Calion diamkan begitu saja Vallery juga tidak bisa menahannya karena kedua lengannya kini memegang erat handuk yang melekat ditubuhnya takut saja tiba tiba Calion membuka handuknya.
Calion makin memperdalam ciumannya dirinya tidak membiarkan Vallery bernafas secara teratur lengan kekar Calion membuat Vallery tidak bisa berbuat apa apa, sudah bosan dengan posisi seperti itu Calion menggeser posisi Vallery agar mengikuti arahnya yang dimana sekarang Vallery harus terdorong ke kasur membuat
Vallery makin ketakutan, Calion menciumnya dengan nafsu tak terkendali Vallery yang terbaring dikasur membuat Calion semakin mudah untuk memimpin.
“Call- mpphhh lepaskan akuu-mpph” perkataan Vallery tidak digubris oleh Calion yang sibuk memainkan bibir Vallery.
Selesai menciumnya Calion memberi sedikit ruang bagi Vallery untuk bernafas secara teratur namun Vallery hanya bisa bernafas dengan terburu buru membuat Calion merasa senang.
“Kau suka?” pertanyaan Calion sangat tidak wajar Vallery kini mencoba mendorong tubuh kekar Calion.
“Lepaskan aku brengsek!” Vallery mencoba mendorongnya lagi namun Calion tidak beranjak ataupun menjauh.
“Kau mau lagi?”
“Kau ini bodoh atau gila? tidak mengerti ucapanku ya?”
“Kau menolak?”
“Kau bukan siapa siapa Cal, menjauhlah”
“Baik sekarang kau kekasihku, jadi aku boleh menciummu kapan saja kan?”
Calion mendekati leher jenjang milik Vallery dirinya menghisap lalu membuat tanpa kepemilikan di leher Vallery, ya itu menandakan bahwa Vallery miliknya sekarang, Vallery hanya bisa diam dan mengerang agar Calion melepasnya namun kini lehernya sudah berbekas setelah membuat tanda itu Calion menjauh dari Vallery dan tidur dengan pulas di kasur Vallery, dengan cepat Vallery beranjak menggunakan pakaiannya.
Vallery bercermin, tanda yang diberikan Calion sangat terlihat jelas di lehernya , ‘brengsek’ hanya itu yang sekarang dipikiran Vallery bagaimana bisa dipaksa seperti ini, bagaimana saat besok ke kampus nanti apakah syal berguna untuk menutupi nya? atau baju berkerah yang bisa menutupi tanda itu? menyusahkan saja Vallery kini harus memilih pakaian yang akan digunakannya besok saat pergi kuliah, dan terpaksa malam ini Vallery harus tidur di sofa.