Sedang aku berdiri merokok memperhatikan lalu lalang manusia di terminal, mataku menangkap sesosok perempuan berambut pendek dengan gaya tomboy. Aku tergerak menguntitnya. Jalannya cepat sekali, jadi aku berusaha berjalan lebih cepat lagi agar tidak terlalu jauh. Dia naik ke salah satu bus yang sedang standby. Tidak lama kemudian aku ikut masuk dan mencari kemana dia tadi. Rupanya dari pintu belakang dia duduk di bangku kosong nomor dua di belakang supir.
Aku buru buru mendekat dan pura-pura cuek aku bertanya, “ Mbak tempatnya masih kosong,” Dia mendongak memperhatikanku dan menggeser ke dekat jendela lalu mengatakan, “ya masih kosong.”
Aku langsung duduk di sebelahnya. Bangku di bis itu memang hanya untuk dua-dua penumpang. Setelah membereskan bawaan ku aku lalu duduk.
Belum aku bertanya dia sudah bertanya “mau kemana mas,”
Aku bingung menjawabnya, karena aku tidak tahu bus yang kunaiki ini mau kemana. Tak hilang akalku lalu aku balik bertanya, “ Lha mbak mau kemana ?”
“Ke Jogya,” katanya.
“O saya mau ke Malioboro,” jawabku cepat.
“Norak ah,” katanya sambil memukul bahuku pelan.
Weiiis lumayan cantik juga. Cuma pembawaannya memang agak tomboy dengan rambut sangat pendek, celana jeans biru dan kaus abu-abu ditutup jaket kaus. Balutan bajunya tidak mampu menyembunyikan gumpalan daging di dadanya yang cukup melawan. Ngocoks.com
Kulirik ke bawah pahanya juga mengembang cukup lebar. Kutaksir usianya sebaya denganku.
“ Kok sendiri saja mbak,” tanyaku.
“Emang kenapa,” jawabnya rada ketus.
“Mbok jangan judes-judes, nanti saya pindah tempat duduklah,” kataku.
“Pindahlah,” katanya tetap bertahan ketus. Aku pura pura berdiri lalu memanggil kakek-kakek tua yang sedang celingak celinguk mencari tempat duduk. “ Pak-pak,” panggilku.
Aku menoleh ke cewek sebelahku lalu mengatakan. “ itu aku carikan teman dudukmu.”
“eeeehh eeeeh jangan-jangan katanya sambil menarik bajuku,” katanya berusaha sungguh-sungguh. Kakek-kakek itu memang kelihatan kurang bersih dan membawa keranjang pikulan pula.
Ditariknya badanku agar kembali duduk disampingnya. Si kakek datang. Aku lalu menunjukkan kursi kosong di belakang.
“ Iseng amat sih,” kata cewek itu dengan muka merajuk,.
“Ya kalau gitu kenalan kita dong, saya Jaya,” kataku sambil menyodorkan kelingking.
Dia mengaitkan kelingking dan menyebut namanya Deasy. “Temenan kita kan,” kataku.
Dia mengangguk.
Kami akhirnya akrab ngobrol. Dari pembicaraan itu kuketahui bahwa di ke Jogya juga ingin mencari sekolah. Deasy berasal dari Jakarta. Di Semarang dia tinggal di rumah kakaknya. Di Jogya dia tidak punya saudara.
Menurut dia selama mencari sekolah di Jogya dia akan tinggal di losmen. Kondisinya sama juga denganku yang tidak punya saudara atau teman di Jogya. Orang tuaku cukup membekali uang saku, sehingga aku tidak ragu melangkah.
Aku duga Deasy juga anak orang berpunya karena pakaiannya dan ranselnya bukan murahan. Apalagi HPnya tipe mutakhir yang kuketahui harganya lumayan mahal.
“Kamu mau cari hotel di daerah mana Des,” tanyaku di tengah suara deru bus yang tengah melaju.
“Belum tau nih, kayaknya pengen yang dekat Malioboro, biar dekat kalau mau jalan,” katanya.
Dia setuju mencari hotel bersama dengan ku. Sampai sejauh ini belum ada pembicaraan bahwa kami akan menyewa satu kamar bersama. Padahal otakku sudah mengarah ke sana. Tetapi aku mencari jalan yang smooth, agar gak keliatan terlalu bernafsu.
Aku agak menguasai Joygya. Karena belum lama ini aku sempat mampir dalam perjalanan dari Jakarta ke Surabaya. Aku sempat jalan-jalan sendiri 3 hari di Jogya. Sementara itu Deasy menurut pengakuannya dia terakhir ke Jogya sekitar 3 tahun yang lalu.
Kami jalan menyusuri jalan dan masuk gang. Aku menunjukkan hotel murah di wilayah Pasar Kembang. Memang tarifnya murah, tetapi di lingkungan itu, demikian kuberitahu Deasy banyak PSK. “ Pantas tadi banyak cewek dadanannya pada menor-menor.“ Gak mau ah daerah sini. Cari di tempat lain aja deh.
Kami akhirnya meninggalkan daerah Pasar Kembang menuju ke pertengahan jalan Malioboro. Hotel di wilayah itu bagus-bagus, bersih tapi harganya agak mahal. Deasy tertarik pada hotel yang kami datangi. Namun tarifnya agak tinggi. Masuklah racunku. ‘Gimana kalau kita joint, jadi bayarnya agak enteng.
Lagian lu tau kalau kamar itu gak berhantu, jangan-jangan lu tinggal sendiri malam-malam didatangi orang yang pernah tewas di kamar itu,” racunku sudah masuk. Dua hal penting yang dia tidak bisa tolak. Pertama bayar lebih murah dan kedua yang paling penting ternyata Deasy penakut terhadap makhluk halus.
“ Iya deh kita sekamar aja, gw tadinya gak ngebayangi kalau di kamar sendirian lalu malam-malam ada yang datangi,” di mengatakan itu sambil memeluk tangan kiriku sehingga teteknya yang kenyal mendesak lenganku.
Kami sepakat setelah petugas menunjukkan kamar yang hanya punya satu bed besar. Kamar dengan bed terpisah kebetulan malam itu penuh. Kata petugas kalau dua hari lagi mungkin baru ada.
Kami bedua masuk kamar setelah membereskan administrasi di front desk. Di dalam Deasy tetap berpegangan denganku sambil matanya menyelidik ke seluruh penjuru kamar. Dia jadi demikian tercekam, sehingga di dalam kamar pun dia tidak berani jauh-jauh dariku.
Parahnya ketika aku kebelet kencing, aku tidak boleh menuntup pintu, sementara dia berdiri di depan pintu kamar mandi. Aku jadi berpikir sebaliknya, lha bagaimana kalau dia yang kebelet kencing. Prosedur perempuan kencing kan tidak sesederhana pria.
Lha bener juga dia minta aku berdiri membelakangi dia di depan pintu kamar mandi sementara dia duduk di closet. Suara desiran kencingnya terdengar nyaring sekali. “ “Tenang aja Des kencing jangan buru-buru dan gak usah digas habis gitu sampai mendesing,” kataku.
“Ah norak ah,” katanya.
Deasy memang benar-benar penakut meski sosoknya tomboy. Padahal di luar masih terang benderang, dia sudah menempel terus begitu di dalam kamar. Aku lalu berbohong bercerita bahwa pernah aku mengalami tidur di kamar hotel di Lembang ketika sendirian, dikamar mandi malam-malam air krannya hidup sendiri.
“Ah udah ah jangan cerita yang gituan, “ katanya sambil duduk dipangkuanku. Deasy bukan sosok gadis yang kurus tinggi langsing (kutilang). Dia memang tinggi, kutaksir tingginya hampir 170 cm, tapi bobotnya untuk dia mungkin agak lebih. Mungkin beratnya sekitar 60 kg.
Sifat iseng dan jahilku muncul. Kukatakan kepadanya aku mau menikmati mandi air panas dan berendam di bak untuk menyegarkan badan. Aku ingin tahu apa reaksinya. Apakah dia berani tinggal sendiri di bed, sementara aku mandi. Dugaanku dia tidak berani. Kalau tidak berani lantas apa yang dia lakukan.
Apakah mau ikut mandi dan telanjang. Kayaknya terlalu dini, karena kami baru kenal 4 jam yang lalu. Kalau pun tidak ikut mandi tentu dia harus berdiri di depan pintu kamar mandi yang tidak boleh ditutup. Mana mungkin aku mandi tidak telanjang. Lantas bagaimana jika dia melihat aku telanjang. Wah banyak pertanyaan bergaung-gaung di kepalaku.
“Yah gimana dong,” katanya.
“Apanya yang gimana, “ kataku.
“Gua takut sendirian,” katanya.
“ Jadi mau ikut mandi, “ tanyaku.
“Tapi lu jangan macam-macam ya, awas lu kalau macam-macam,” katanya mengancam dengan muka dibuat sungguh-sungguh.
“Ok gua berjanji tidak akan berbuat macam-macam, kecuali lu izinkan,” kataku sambil menjabat tangannya.
Aku dengan santai membuka bajuku sampai tinggal celana dalam lalu menuju kamar mandi.
“Eeeh tunggu dong,” kata Deasy sambil buru-buru melepas celana jeans dan kausnya . Dia tinggal mengenakan BH dan celana dalamnya mengikuti ku masuk kamar mandi.
Aku membersihkan bath tub dengan air panas lalu mengisi nya dengan air hangat. Sambil menunggu airnya agak banyak aku mengosok gigiku biar mulutku segar. Setelah kurasa airnya cukup aku dengan santai membuka celana dalamku. Tidak bisa dipungkiri bahwa aku sebetulnya terangsang, sehingga penisku langsung mengacung ketika celana dalam terlepas.
“Buset deh, laki-laki emang gak bisa menyembunyikan perasaannya,” kata Deasy mengomentari burungku yang berdiri. “Itulah lelaki apa adanya,” kataku sambil meraih shower dan menyiram badanku di luar bak membersihkan diri sebelum nyemplung.
Sambil duduk di dalam bak aku memperhatikan Deasy yang agak ragu bertelanjang di depanku. Begitu semua terbuka terlihatlah susunya yang gempal dengan puting kecil berwarna merah jambu dengan lingkaran aerolanya tidak begitu luas. Memeknya dengan jembut dicukur rapi, sehingga di bagian pinggirnya gundul, tetapi di garis tengahnya dibiarkan lebat.
“Rajin amat lu nyukur jembut sampai begitu rapi, apa lu nyukur di salon,” tanyaku.
“Ngaco, mana ada salon jembut,” katanya
Dia juga membersihkan diri dulu malah pakai cebok segala dengan sabun baru ikut nyemplung.
“Karena sempitnya lahan yang kita tempati, apa pun yang terjadi itu adalah karena ketidak sengajaan,” kataku memperingatkan dia.
“Ok,” katanya.
Setelah dia masuk aku sengaja menyelonjorkan badanku sehingga terendam sampai sebatas leher. Akibatnya kakiku menyelusup dibawah dia dan penisku mendongkrak pantatnya. “ Iiih geli ah,” katanya.
Aku balik ke posisi duduk.
Giliran dia menyelonjorkan tubuhnya. Bedanya kakinya tidak diselonjorkan ke bawah pantatku tetapi diambangkan, sehingga badannya selonjor tapi ngambang. Maka terpampanglah memek berjemput rapi di depan wajahku. Sementara penisku mendongkrak pantatnya. Aku ingin tahu sehebat apa sih pertahanan dirinya. Sehingga aku berketetapan untuk menjaga sekuat mungkin tidak memulai permainan.
Dia mulai cari gara-gara. Penisku digenggamnya dan dijauhkan dari belahan pantatnya. Maksudnya memang benar, tapi dampaknya salah.
“Nah mulai cari gara-gara,” kata ku.
“ Geli tau nyundul-nyundul pantat gua,” katanya.
Pasal pertama ku maaafkan.
Aku ingin menenggelamkan kepalaku, sehingga aku butuh ruang di depan. Deasy kuminta agak kebelakang. Aku lalu menunduk sampai kepalaku terendam. Karena menyelam mata harus tertutup, maka tanpa sengaja mulutku menabrak menabrak gundukan memeknya. Aku sendiri terkejut sehingga buru-buru bangkit.
“ Eh lu sekarang yang cari gara-gara,” katanya.
“ Gak sengaja tau, coba aja lu nyelem, gw pengen tau gimana caranya,” tantangku.
“Awas,” katanya mendorongku kebelakang.
Dia menyelam dengan merunduk ke depan. Aku sengaja sedikit memajukan penisku. Maka mulutnya menabrak ujung penisku yang berdiri. Dia kaget dan aku buru-buru ke posisi semula.
“Nah kan cari gara-gara lagi,” kataku.
“Gak liat tau, kan gw gak sengaja.” katanya.
“Udah deh kita gencatan senjata aja berdamai, gak usah bersikap saling memusuhi,” kataku mengajak berdamai.
Deasy setuju dan mengaitkan lagi kelingkingnya.
Kami puas berendam dengan air hangat, rasanya nyaman sekali. Selanjutnya sentuhan-sentuhan tidak kami perkarakan lagi. Dia boleh saja menggenggm penisku dan aku boleh meremas teteknya. Kami harus membuang sifat kemunafikan kami.
Karena sesungguhnya kami berdua saling terangsang. Tidak mungkin tidak. Kami berdua berdiri saling menyabuni, sehingga aku puas meremas-remas seluruh tubuh Deasy termasuk membersihkan belahan memeknya. Sementara Deasy menyabuniku tapi berlama-lama di bagian penisku.
Sampai kami selesai mandi, solusi mengatasi ketegangan belum tercapai, sehingga penisku tetap tegang dan pentil Deasy tetap kaku. Mungkin juga lubang vaginanya basah berlendir. Tapi yang itu kan tidak bisa dilihat, kecuali diraba.
“Des kita telanjang aja yuk, langsung masuk bawah selimut, males ganti-ganti baju lagi, toh tidak ada masalah mandi bareng aja telanjang dan tidak terjadi apa apa, masak di tempat tidur yang luas terjadi insiden,” kataku.
“Ok siapa takut,” katanya.
Kami akhirnya tidur dalam keadaan bugil langsung masuk ke bawah selimut yang sama. Aku langsung mengambil posisi membelakanginya. Sadar aku membelakanginya yang bagi dia berarti aku tidak mengawasi dirinya, maka timbul lagi rasa takutnya.
“ Jangan gitu dong tidurnya, masak gua dipantatin,”
Aku berubah posisi telentang. Deasy lalu merapat dan langsung merangkul. Sebelah kakinya dinaikkan ke atas kakiku dan tangannya memelukku. Kepalanya bersandar di dadaku. Sensorku langsung aktif memindai persentuhan vital. Teteknya menekan tanganku sebelah kiri, memeknya menangkup ke pahaku juga sebelah kiri. Sementara penisku tertindih paha gempalnya.
Perempuan memang merasa nyaman pada posisi seperti ini, karena dia merasa dilindungi. Tapi bagi laki-laki bukan hanya nyaman rasanya, tetapi sekaligus pening. Aku diam saja. Deasy pun pada awalnya juga diam saja. Tapi dia sendiri tidak bisa menahan gejolak birahinya sehingga tangannya mulai memainkan penisku.
Digenggam-genggamnya penisku lalu malah dikocok pelan. Aku pura-pura bertahan, tapi lama lama ya gak kuat juga aku mengetatkan rangkulanku sejalan dengan itu Deasy menengadahkan wajahnya ke wajahku dengan mata tertutup dan mulut sedikit menganga. Aku langsung menyambar dengan mencium mulutnya. Deasy langsung bereaksi dia terus mengejar mulutku dan dengan buasnya menghisap-hisap mulutku. Deasy tidak lagi memelukku dari samping dia sudah menaiki tubuhku dan dengan ganasnya menciumku.
Dia terus menyerang dengan mengendus-endus kupingku, leherku lalu dihisapnya kedua pentil susuku. selimutnya dia sibakkan. Tangannya makin aktif mengocok penisku. Aku sejauh ini masih pasif membiarkan saja sejauh apa yang dikehendaki Deasy. Dia makin melorot dan berakhir mengulum penisku dalam dalam. Biji zakarku dijilat-jilat membuat aku kelojotan gak karuan.
Lama-lama aku gak bisa bertahan diam terus, apalagi rasanya spermaku sudah mendekati letupan. Kutarik keatas. Kubaringkan tubuh Deasy. Sekarang gantian aku menjilati seluruh tubuhnya dari atas sampai ke bawah, tanpa mampir ke selangkangan. Bagian selangkangan adalah hidangan terakhir.
Setelah Deasy kegelian aku jilati akhirnya dia pasrah ketika kakinya kulebarkan aku tiara diantara kedua kakinya dan mulutku mendekat ke vaginanya. Lidahku mulai bermain disekitar gundukan memknya. Terasa tajam pada jembut-jembut yang baru tumbuh karena dicukur. Tanpa menyibakkan belahan memekmya lidahku memaksa masuk. Terasa agak asin dan berair memeknya.
Agak sulit juga menguak memek Deasy karena badannya gempal. Kedua tanganku membantu menyibak kedua bibir memeknya sehingga terlihatlah lipatan-lipatan di memeknya. Kuperhatikan sebentar untuk memastikan sasaran lidahku berikutnya. Aku melihat tonjolan kecil di ujung atas memek. Dengan menguak memeknya aku membekapkan mulut ke memeknya.
Lidahku langsung menari-nari menjawil-jawil itilnya. Deasy berjingkat-jingkat seirama dengan sentuhan lidahku di itilnya. Aku terus menstimulir itilnya sampai akhirnya mencapai orgasme. Deasy adalah tipe cewek yang berisik seperti kucing kawin. Dia meracau entah apa saja dan suaranya cukup keras. Aku khawatir juga terdengar sampai keluar kamar. Apalagi ketika mencapai orgasme dia menjerit seperti orang kesakitan. Ampun deh berisik banget anak ini.
Aku mencoba mencolokkan satu jari masuk ke dalam lubang memeknya. Terasa lancar saja tanpa halangan. Di dalam terasa banyak sekali lipatan-lipatan daging dan lemak. Ini untuk memastikan dia perawan apa sudah jebol. Dari observasiku kupastikan kalau dia sudah tidak virgin lagi.
Aku merangkak naik dan penisku kedesakkan ke mulut vaginanya. Pelan tapi pasti penisku masuk ke dalam lubang hangat sampai tenggelam semuanya. “Nah ya lu melanggar janji. Katanya, baru berbuat kalau ada izinku, sekarang kenapa lancang itu barang dijebloskan ke dalam memekku.
“ Oh aku lupa dengan perjanjian tadi abis mabok kena cairan bau pesing, “ kataku.
“Sialan lu bikin malu gua aja,” katanya.
“Ok deh kalau gitu gua cabut aja,” kataku sambil mencabut penisku dan aku berbaring di sampingnya
“Ok-ok sekarang gua izini ayo naik lagi,” katanya sambil menarik badanku menindih badannya.
Aku kembali mengarahkan penisku masuk ke gua vaginanya. Terasa hangat dan lembut. Meski kurang menjepit, tetapi racauannya itu membuat aku jadi terangsang. Aku mulai menggenjot dengan posisi konvensional.
Mungkin karena penisku masih kenyang dan juga karena jepitan memek Deasy kurang mencekam. Aku bisa bermain cukup lama sampai aku lelah. Aku tidak tahu Deasy sudah berapa kali di mencapai orgasme. Tipe ribut begini cepat sekali mencapai orgasmenya. Deasy termasuk cewek yang mudah mencapai kepuasan.
Dia akhirnya menyerah dan minta aku menghentikan permainan. Deasy mengaku badannya lemas dan lelah sekali setelah berkali-kali orgasme. Padahal aku belum finish. Aku bilang sebentar lagi aku akan sudahi. Aku minta dia merapatkan kakinya.
Sementara aku seperti mengambang diatas tubuh Deasy. Dibagian bawah berat badanku ditopang oleh celah antara jempol kaki dengan jari telunjukku berstumpu pada pergelangan kaki Deasy. Dan diatas aku berstumpu dengan sikutku. Lumayan terasa jepitannya. aku memacu dengan ritme lebih cepat.
Deasy kembali meracau, membuat aku makin hot, sampai akhirnya pejuhku akan muncrat, kutanya Deasy, dimana aku lepas laharku ini. “Di dalam saja gw lagi gak subur, ayo terus,” teriaknya. Rupanya dia juga sudah hampir sampai ke puncak lagi.
Ketika aku tembakkan peluru cair panas ke rongga memeknya Deasy menjerit dan melingkarkan tangannya menarik rapat tubuhku. Aku sempat panik, karena jeritan keras. Cepat cepat aku sumpal mulutnya dengan mulutku dengan ciuman yang sangat buas dan penuh dengan perasaan. Deasy menyambutnya dengan ganas pula.
Sampai orgasme kami selesai ciuman kami belum lepas. Kelihatannya dampaknya besar sekali jika perempuan dicium pada saat orgasme sampai orgasmenya selesai. Dia merasa pasangannya sangat menyayangi dan melindungi. Setelah ciumanku lepaskan Deasy menangis menelungkup di dadaku. Aku bingung apakah ini tangisan penyesalan atau apa. Nangisnya serius sekali sampai tersengguk sengguk. Setelah reda dan berhenti dari emosinya kutanya dia apa sebab menangis.
“ Aku bahagia sekali berhubungan badan dengan kamu. Belum pernah ada cowo yang demikian penuh perhatian dan bertanggung jawab serta menyayangiku. Mereka semuanya selesai berhubungan biasanya lalu mengabaikanku. Padahal pada saat itu aku ingin dicium dipeluk dan dimanja serta terasa dilindungi. Kamu memberi itu semua tadi,” katanya.
Deasy terus memelukku ketat sekali sehingga badanku jadi berkeringat karena kulit kami berhimpitan. Sesungguhnya aku tidak suka juga kalau selesai berhubungan lalu berpelukan erat begini. Tapi tadi masalahnya Deasy berisik banget jadi aku terpaksa menutup mulutnya. Eh ternyata tindakan ku itu sangat berarti baginya.
Deasy jatuh tertidur sambil terus memelukku. Parahnya dia mengorok pula. Kata para ahli, kalau perempuan selesai berhubungan lalu tertidur pulas sampai mengorok, itu artinya dia mencapai kepuasan orgasme yang tertinggi. Mungkinkah Deasy mencapai itu Meski dalam posisi dipeluk erat bahkan kepalanya berbantal dadaku, aku terpaksa bertahan dan mencoba tidur.
Nyatanya bisa juga. Kami lelap tertidur bersama. Aku terbangun karena tersesak kencing yang amat sangat. Deasypun akhirnya tergugah dan dia juga sama kebelet kencing. Kami membersihkan diri bersama sampai terasa badan segar kembali. Perut terasa keconcongan. Sore itu aku dan Deasy mencari makanan di dekat hotel, makan yang murah dan banyak.
Kami segera kembali ke hotel dengan sebelumnya menenteng dua botol bir yang sudah dingin. Deasy suka bir. Kami meminum bir sambil bercerita mengenai kami masing-masing. Menurut pengakuan Deasy dia diperawani oleh teman sekolahnya ketika dalam keadaan mabuk dimalam perpisahan SMP. Untung pada waktu itu dia tidak sampai hamil. Hubungan badan yang kedua sama cowoknya ketika kelas 3 SMA. Itupun katanya hanya 2 kali, karena takut hamil.
Aku dan Deasy jadi makin akrab dan kami sama-sama tidak diterima di Univesitas Gajah Mada. Deasy sempat terpukul atas kegagalan itu. Aku menghiburnya dan mengatakan bahwa “kegagalan itu adalah sukses yang tertunda”. Kelihatannya kata-kataku itu berpengaruh benar dalam benaknya.
Kami berdua kebetulan kuliah di universitas swasta yang sama hanya beda fakultas. Kearaban masih terus berlanjut. Tetapi uniknya kami tidak pacaran. Deasy kubebaskan punya pacar dan dia juga membebaskan aku punya pacar. Kami saling bertukar solusi jika ada masalah dalam hubungan berpacaran kami. Meski kami tidak pacaran, tetapi masih sering melakukan hubungan badan.
Deasy pun terus terang kalau dia berhubungan badan dengan pacarnya. Selain Deasy, Nina dari Jepara pun kuliah di Jogya. Kami dapat berkumpul lagi meski kost di tempat terpisah-pisah. Dengan Nina aku juga terus akrab dan berhubungan badan. Seperti juga dengan Deasy, Nina bebas punya pacar. Tahun-tahun berikutnya, Chandra menyusul kuliah di Jogya.
Dia juga makin akrab denganku meski hubungan kami juga bukan pacaran karena dia adalah adik sepupuku. Uniknya aku dan Chandra juga kembali melakukan hubungan badan, dan juga seperti yang lain Chandra juga punya pacar. Deasy, Nina dan Chandra akhirnya jadi akrab dan paham hubungannya denganku.
Hebatnya mereka tidak mencemburui satu sama lain terhadap hubungannya denganku. Dan yang paling asyik mereka juga tahu kalau masing-masing mereka melakukan hubungan intim denganku. Uraian cerita ku ini kelihatannya berlebihan, karena bisa berhubungan bebas dengan 3 cewek secara bersamaan tanpa ada ikatan pacar. Cerita seks ini di upload oleh situs ngocoks.com
Tapi mohon pembaca Ngocokers yang budiman pahami bahwa aku bagi mereka adalah sahabat tempat berkeluh kesah, tempat berlindung dan selalu memberi rasa damai bagi mereka. Jika anda adalah perempuan mungkin lebih bisa menyelami perasaan para wanita sahabat saya, karena mungkin anda punya pengalaman akrab dengan cowok tanpa ada ikatan apa-apa. Itulah artinya sahabat. Bedanya persahabatan antara pria dan wanita janggal jika tidak melibatkan sex.
Kami berempat kemudian bersepakat untuk mengontrak rumah bersama. Isinya ya hanya empat orang ini. Kepada pacar-pacar, kami mengaku sebagai saudara sepupu. Peraturan tidak tertulis di rumah kontrakan ini adalah tidak diperkenankan membawa pacar menginap atau berhubungan sex di rumah. Kalau mau menginap di luar silakan. Kami sangat menjaga rahasia hubungan intim kami terhadap pacar-pacar kami.
Persahabatan dengan model begini jadi lebih terbuka, akrab dan jujur. Tidak ada yang kami sembunyikan. Kami berempat menjadi seperti saudara kandung, yang jika satu disakiti, kami semua merasa ikut sakit juga.
Dari hanya kegiatan kuliah, aku pelan-pelan merintis usaha kecil-kecilan.
Hasilnya lumayan juga bisa menopang sebagian kebutuhan rumah tangga kami. Sejalan dengan waktu, usaha bersama kami itu maju pesat dan berkembang, sehingga kami berhasil membeli satu rumah yang cukup bagus di tengah kota. Bahkan di akhir masa kuliah, kami masing-masing sudah memiliki kendaraan roda empat yang meski tidak kami beli dalam keadaan baru, tapi masih tergolong tahun muda.
Selepas kuliah, baik, aku, Deasy, Nina maupun Chandra sudah memiliki usaha masing-masing yang cukup besar. Kami berempat sudah bertekad, selesai kuliah tidak akan menjadi pegawai, apalagi pegawai negeri. Diakhir cerita kami pun masuk ke jenjang rumah tangga. Istri dan suami-suami mereka mengira bahwa kami memang benar saudara sepupu. Keakraban kami memang melebihi keakrab saudara kandung.
Setelah berumah tangga, kami tidak meneruskan hubungan intim lagi. Masing-masing sudah menjadi pasangan yang setia. Bahkan cewek-cewek itu sekarang sudah pada mengenakan jilbab. Masa lalu adalah sejarah yang tidak mungkin dipungkiri dan direkayasa ulang. Baik atau buruknya di masa lalu memang harus diakui, tapi hak kita juga menyembunyikan keburukan agar tidak diketahui banyak pihak. Demikianlah cerita saya ini. Mohon semuanya dimaklumi dan dipahami.