Jantungnya berhenti berdenyut, orgasmenya datang. Pinggulnya mengejat di wajah Bagas dengan liar. Ana merasa jiwanya melayang entah kemana! Pria ini memberinya sebuah oral seks terhebat yang pernah didapatkan dalam hidupnya!
Akhirnya, Ana kembali ke bumi. Bagas melepaskan pantatnya, mengangkat kepalanya dari selangkangan Ana. Batang penisnya terasa sangat keras, dan nafasnya terdengar memburu tak beraturan.
Ana pikir dia tak mungkin dapat menghentikan pria ini sekarang meskipun dia menginginkannya. Bagas naik ke atas sofa, menempatkan dirinya diantara paha Ana, yang tetap Ana biarkan terbentang lebar hanya untuknya.
Terlintas dalam pikirannya jika dia tetap meneruskan ini terjadi, milik Bagas adalah penis kedua yang akan memasuki tubuhnya dalam hidupnya. Sedikit gelembung rasa bersalah melayang dalam benaknya.
Yang dengan cepat meletus menguap saat ujung kepala penis Bagas menyentuh bibir vaginanya, membuat sekujur tubuhnya seakan tersengat aliran listrik.
Dengan perlahan Bagas memasukkan penisnya menembus ke dalam tubuh Ana. Pada pertengahan perjalanannya dia menghentikan sejenak gerakannya, menikmati gigitan bibir vagina Ana pada batang penisnya dan tiba-tiba dia menghentakkan kedalam dengan satu tusukan.
Dinding vaginanya terbuka menyambutnya, dan pelan-pelan Ana dapat merasakan dirinya menerima sesuatu yang lain memasuki tubuhnya kini. Tubuhnya merinding, perasaan menakjubkan ini merenggut nalarnya.
Bagas mengeluarkan separuh dari batang penisnya dan menghujamkannya kembali seluruhnya ke dalam vagina Ana. Erangan keduanya terdengar saling bersahutan dan Bagas menahan penisnya sejenak di dalam vagina Ana, meresapi sensasinya.
Manahan berat tubuhnya dengan kedua lengannya, dia menatap ke bawah pada istri sahabatnya ini sambil menggerakkan penisnya keluar masuk dalam vagina Ana dengan gerakan lambat.
Ana pejamkan matanya, mendesah lirih saat dia rasakan kejantanan Bagas keluar masuk dalam tubuhnya. Bagas melihat batang penisnya menghilang lalu muncul kembali dalam daging hangat basah milik Ana lagi dan lagi, dan gerakannya perlahan semakin cepat.
Nafas keduanya semakin berat, Bagas bergerak semakin cepat, Ana menggelinjang, mengerang, kakinya terangkat keatas. Kedua kakinya akhirnya jatuh dibelakang pantat Bagas yang mengayun keluar masuk.
Tubuh Bagas menindih tubuh kecil wanita di bawahnya saat dia mengocok vaginanya semakin keras. Dia menciumi leher Ana, dan menghisap lubang telinganya dengan mulutnya, erangan keduanya terdengar mengiringi setiap gerakan tubuh mereka.
Lengan Ana melingkari tubuh Bagas, kukunya tertancap pada punggung Bagas saat kakinya terayun-ayun oleh gerakan pantat Bagas. Mulut Ana menyusuri leher Bagas, mencari bibirnya. Saat bibir mereka bertemu, mereka berciuman untuk pertama kalinya.
Lidah Ana merangsak masuk ke dalam mulut Bagas mengiringi batang penisnya yang menggenjot tubuhnya berulang-ulang. Bibir keduanya saling melumat, saling mengerang dalam mulut masing-masing di atas sofa di ruang tengah itu. Sofa itu sedikit berderit akibat gerakan Bagas yang bertambah liar.
Ana dapat merasakan orgasmenya mulai tumbuh, dan dia menghentikan ciumannya, tak mampu menahan erangannya lagi. Mulut mungilnya mengeluarkan erangan yang sangat keras dan semakin keras saat penis keras Bagas semakin melebarkan vaginanya dan Bagas memasukinya bertambah dalam.
Seorang pria baru! Ana tak pernah melakukannya dengan pria lain selain Roy sebelumnya dan pria baru ini melakukannya dengan sangat hebat! Semuanya terasa bergerak cepat. Orgasmenya meledak, Ana mencoba menahan erangannya dengan menggigit bibir bawahnya.
Dinding-dinding vaginanya berkontraksi mencengkeram batang penis pria baru ini dengan kuat, dan Ana menghentakkan pinggulnya keatas berlawanan dengan gerakan Bagas di atas tubuhnya, berusaha agar batang penis Bagas tenggelam semakin dalam pada tubuhnya saat ombak orgasme mengambil alih kesadarannya.
Bagas memandangi Ana saat dia dilanda orgasme, masih tetap mengocok penisnya dengan kecepatan yang dia mampu. Dia tak menyangka wanita pemalu dan pendiam ini akan begitu mudah ditaklukannya! Dia merasakan miliknya juga segera tiba, gerakannya semakin dipercepat.
Dalam beberapa tusukan kemudian, dan lalu meledaklah. Sejenak setelah orgasme Ana mereda, orgasme Bagas datang. Tusukan terakhirnya membuat penisnya terkubur semakin jauh dalam vagina Ana.
Dia menggeram, penisnya berdenyut hebat. Semburan demi semburan yang kuat keluar dari ujung penisnya mendarat dalam rahim Ana seakan tanpa jeda.
Ana menggoyangkan pantatnya naik ke atas, memeras semua sperma dari penis Bagas. Bagas tak bisa menahan tubuhnya lebih lama, dia jatuh menindih tubuh Ana di bawahnya, mencoba bernafas dengan susah payah.
Tangan Ana membelai punggung Bagas saat sperma terakhirnya keluar dari penisnya menyirami vaginanya. Keduanya masih berusaha untuk mengatur nafas. Kedua bibir mereka merapat, berciuman dengan lembut.
Lidahnya menggelitik rongga mulut Ana dan ciuman mereka berubah menjadi liar saat penis Bagas mulai mengecil dalam vagina Ana. Tangan dan paha Ana mencengkeramnya erat, menahannya agar tetap berada dalam tubuhnya.
Dia mendapatkan pengalaman lain dengan pria ini. Pria kedua yang bercinta dengannya dalam 29 tahun usianya. Akhirnya mereka hentikan ciumannya.
Bagas mengeluarkan penisnya yang setengah ereksi dari vagina Ana. Keduanya mengenakan pakaiannya masing-masing tanpa saling berkata-kata. Ana terlalu malu untuk mengucapkan sesuatu dan Bagas tak tahu harus berkata apa.
***
Roy pulang 30 menit kemudian A?a,?aEs dia pulang lebih awal, tapi tak lebih awal (beruntunglah mereka). Ketiganya lalu makan malam, dan Ana tak dapat menyingkirkan pikirannya dari bayangan Bagas sepanjang waktu itu.
Roy dan Bagas kemudian sibuk dengan urusan pria yang tak begitu dimengerti oleh Ana. Dan malam berikutnya, mereka berdua duduk di meja makan bersama Ana. Para pria sedang bermain catur. Ana menghabiskan sepanjang harinya mengasuh bayi mereka.
Kapanpun saat dia sedang sendiri, dia tak mampu hentikan dirinya memikirkan pengalamannya bersama Bagas kemarin. Dia merasa gairahnya menyala-nyala sepanjang hari itu, dan dia mempunyai beberapa menit untuk memuaskan dirinya dengan tangannya sendiri.
Saat menuangkan minuman pada suaminya dan Bagas malam itu, dia sangat bergairah, dan sangat basah. Setiap kali dia melirik Bagas, ada desiran halus pada vaginanya. Sekarang dia telah mencoba seorang pria lain, dan dia merasa ketagihan!
Bagas tak jauh beda. Dia bermasturbasi mebayangkan istri sahabatnya ini kemarin malam, sebelum tidur. Bayangan tubuh telanjangnya memenuhi benaknya sepanjang hari. Saat Roy pergi ke kamar mandi, Bagas beringsut mendekati Ana.
“Apa kamu menikmati waktu kita kemarin?” tanyanya berbisik.
“Ya.” Ana tersenyum manis. Sifatnya yang malu-malu membuat birahi Bagas terbakar.
“Apa kamu menginginkannya sekarang?” dia bertanya memastikan. Penisnya sudak mengeras sekarang. Ana terkejut dengan pertanyaannya yang sangat berani itu, malu-malu, lalu mengangguk.
Bagas memutuskan akan sedikit menggodanya. Membuat Ana semakin menginginkannya agar kesempatan mendapatkannya lagi semakin terbuka lebar. Dia menurunkan resleiting celananya dan melepaskan kancingnya, tangannya masuk ke dalam pakaian dalamnya.
Dia mengeluarkan penisnya, yang sudah ereksi penuh. Nafas Ana tercekat di tenggorokan, denyutan di vaginanya memberinya sebuah sensasi. Batang penis itu berada dalam tubuhnya kemarin. Dia menginginkannya lagi sekarang.
Mereka mendengar pintu kamar mandi terbuka dan Bagas segara memasukkan penisnya kembali ke dalam celananya. Roy masuk ke dalam ruangan, tak mengira sahabatnya baru saja memperlihatkan penisnya yang ereksi pada istrinya.
Tak lama berselang, entah kenapa dewa kemujuran selalu berpihak pada mereka, Roy lagi-lagi mau ke kamar mandi. Saat dia berdiri dan bergegas ke kamar mandi, vagina istrinya berdenyut membutuhkan penis Bagas.
Begitu Roy menghilang dari pandangan keduanya, Bagas langsung bangkit dari kursinya. Mata Ana berbinar terfokus pada tonjolan di celana Bagas saat mereka mendengar pintu kamar mandi ditutup.
Dia langsung menurunkan resleitingnya, dan mengeluarkan batang penisnya. Dengan cekatan Bagas mengocok penisnya sampai ereksi penuh, sangat dekat di wajah Ana. Bagas berdiri dei depan Ana, dan Ana langsung berlutut di hadapan sahabat suaminya.
Kepala penisnya menyentuh kulit pipinya, dan perlahan bergerak ke mulutnya. Saat Bagas merasa bibir lembut Ana menyentuh ujung kepala penisnya, dia merasa mulut itu membuka.
Segera saja kepala penis itu lenyap ke dalam mulut Ana, dan Bagas melihat bibir itu bergerak membungkus seluruh batang penisnya. Tangannya membelai rambut panjang Ana dengan lembut, menahan kepalanya saat seluruh bagian batang penisnya lenyap dalam mulut Ana.
Kepalanya segera bergerak maju mundur pada batang penis itu, suara basah dari hisapan mulutnya segera terdengar. Kembali, mereka mendengar pintu kamar mandi dibuka, dan Bagas mengeluarkan penisnya dari mulut Ana dengan cepat.
Agak kesulitan dia memasukkan penisnya kembali dalam celananya dan segera duduk kembali di kursinya, menutupi perbuatan mereka. Roy duduk dan memberi Ana ciuman kecil, tak tahu kalau istrinya baru saja mendapatkan sebuah batang penis yang lain dalam mulutnya.
Mereka kembali mendapatkan kesempatan sekali lagi di malam itu, dan mereka berusaha memanfaatkannya semaksimal mungkin. Bayi mereka menangis di lantai atas, Roy berinisiatif untuk pergi melihatnya.
Ana lebih dari senang mengijinkannya. Dia sangat menginginkan penis itu, tapi dia tak mampu berbuat apa-apa. Meskipun mendapatkannya di dalam mulutnya tak mampu meredakan gairahnya.
Mereka dapat mendengar bunyi langkah kaki Roy yang menaiki tangga, dan Ana langsung berdiri. Dia tak pernah se agresif ini! Tapi keA?a,?a”?hausannyaA?a,?a”? akan penis itu mampu merubah tabiatnya.
Hanya sekedar untuk segera melihatnya lagi! Dia langsung berlutut di antara paha Bagas, dan Bagas segera membukanya untuknya…
Tangan mungilnya dengan cekatan melepaskan kancing dan resleitingnya, dan dia langsung membukanya dalam sekejap. Ana meraih ke dalam celana dalam Bagas dan mengeluarkan penis kerasnya.
Vaginanya langsung basah hanya dengan memandangnya saja. Tangannya yang kecil mengocoknya, saat lidahnya menjilati dari pangkal batang penis Bagas hingga ke ujung.
Sekali lagi, dia kembali memasukkannya ke dalam mulutnya. Menghisapnya dengan rakus hingga mengeluarkan bunyi, tak menghiraukan resiko kepergok suaminya. Bagas mendengarkan dengan seksama gerakan dari lantai atas, memastikan Roy tidak turun ke bawah.
Bagas menatapnya. Bibirnya membungkus batang penisnya dengan erat, kepala penisnya tampak bekilatan basah terkena lampu ruangan ini saat itu keluar dari mulutnya, mata Ana terpejam menikmati. Dia ternyata begitu pintar memberikan blow job! Bagas sangat ingin menyetubuhi wanita ini, meskipun hanya sesaat.
Gairahnya sudah tak terbendung lagi, dan dia memegang pipi Ana, batang penisnya keluar dari mulutnya. Bagas berdiri, penisnya mengacung tegang, dan Ana berdiri bersamaan, memandangnya dengan api gairah yang sama.
Bagas menciumnya, lembut, melumat bibirnya. Dia menciumnya lagi, dan lidah mereka saling melilit. Lalu ciuman itu berakhir. Bagas memutar tubuh Ana membelakanginya. Ana merasakan tangan Bagas berada pada vaginanya, berusaha melepaskan kancing celananya.
“Jangan…” desahan lirih keluar dari mulutnya. Dia tak tahu kenapa kata itu keluar dari mulutnya saat dia ingin mengucapkan kata A?a,?EsyaA?a,?a”?.
Celananya jatuh hingga lututnya, memperlihatkan pantatnya yang dibungkus dengan celana dalam katun berwarna putih. Bagas merenggut kain itu dan langsung menyentakkannya ke bawah, membuat pantat Ana terpampang bebas di hadapannya.
Bagas masih dapat mendengar suara gerakan di lantai atas jadi dia tahu dia aman untuk beberapa saat, dia hanya perlu memasukkan penisnya ke dalam vaginanya, walaupun untuk se detik saja!
Nafas keduanya memburu, dan Ana sedikit menundukkan tubuhnya ke depan, tangannya bertumpu pada meja makan, membuka lebar kakinya. Bagas jauh lebih tinggi darinya, penisnya berada jauh di atas bongkahan pantatnya.
Dia sedikit menekuk lututnya agar posisinya tepat. Dia semakin menekuk lututnya, sangat tidak nyaman, tapi dia sadar kalau dia terlalu tinggi untuk Ana. Dia tahu dia akan merasa kesulitan dalam posisi ini, tapi hasratnya semakin mendesak agar terpenuhi segera.
Dia menggerakkan pinggulnya ke depan, ujung kepala penisnya menyentuh bibir vaginanya. Ana sudah teramat basah! Dan itu semakin mengobarkan api gairah Bagas.
Saat bibir vagina Ana sedikit mencengkeram ujung kepala penisnya, Bagas tahu jalan masuknya sudah tepat. Dia mendorong ke depan. Ana menghisapnya masuk ke dalam, separuh dari penisnya masuk ke dalam dengan cepat.
Ana mendesah, merasa Bagas memasukinya. Bagas mencengkeram pantat Ana dan memaksa memasukkan penisnya semakin ke dalam. Batang penisnya sudah seluruhnya terkubur ke dalam cengkeraman hangatnya.
Bagas mulai menyetubuhinya dari belakang, menarik penisnya separuh sebelum mendorongnya masuk kembali, lagi dan lagi. Serasa berada di surga bagi mereka berdua. Bagas berada di dalam vaginanya hanya beberapa detik, tapi bagi keduanya itu sudah dapat meredakan gelora api gairah yang membakar.
Tiba-tiba Bagas mendengar gerakan dari lantai atas. Ana tak menghiraukannya, dia sudah tenggelam jauh dalam perasaannya. Bagas mengeluarkan penisnya dari vagina Ana.
Sebenarnya Ana ingin teriak melampiaskan kekesalannya, tapi segera dia sadar akan bahaya yang mengancam mereka berdua, segera saja dia menarik celana dan celana dalamnya sekaligus ke atas. Saat Roy datang, mereka berdua sudah duduk kembali di kursinya masing-masing, gusar.
Bagas dan Ana menghabiskan sisa malam itu dengan gairah yang tergantung. Saat malam itu berakhir, Bagas segera bergegas pergi ke kamarnya dan langsung mengeluarkan penisnya. Hanya dibutuhkan 3 menit saja baginya bermasturbasi dan legalah…
Tapi bagi Ana, tidaklah semudah itu. Kamar tidurnya berada di lantai yang berlainan dengan kamar tamu yang dihuni Bagas, dan dia tak punya kesempatan untuk melakukan masturbasi.
Bahkan Roy tak mencoba untuk bercinta dengannya malam itu! Seperempat jam ke depan dilaluinya dengan resah. Ana memberi beberapa menit lagi untuk suaminya sebelum dia tak mampu membendungnya lagi.
Dia turun dari tempat tidur, setelah memastikan suaminya sudah tertidur lelap. Dia mengendap-endap menuju ke kamar tamu. Malam itu dia hanya memakai kaos putih besar hingga lututnya dan celana dalam saja untuk menutupi tubuh mungilnya.
Dengan hati-hati dia membuka pintu kamar Bagas, menyelinap masuk, dan menutup perlahan pintu di belakangnya. Bagas sudah tertidur beberapa menit yang lalu. Ana berdiri di samping tempat tidur, memandang pria yang tertidur itu, memutuskan bahwa dia akan melakukannya.
Ini tak seperti dirinya! Dia tak pernah seagresif ini! Dia tak pernah berinisiatif! Tapi sekarang, terjadi perubahan besar. Ditariknya selimut yang menutupi tubuh Bagas, Bagas tergolek tidur di atas kasur hanya memakai celana dalamnya.
Ana mencengkeram bagian pinggirnya dan dengan cepat menariknya turun hingga lututnya, membebaskan penis Bagas yang masih lemas. Dengan memandangnya Ana merasakan desiran halus pada vaginanya. Dia tak percaya Bagas tak terbangunkan oleh perbuatannya tadi! Yah, baiklah, dia tahu bagaimana cara membangunkannya.
Ana duduk di samping Bagas, dengan perlahan membuka kaki Bagas ke samping. Tangan mungilnya meraih penis Bagas yang masih lemas menuju ke mulutnya. Rambut panjangnya jatuh tergerai di sekitar pangkal paha Bagas. Bagas setengah bangun, merasa nyaman.
Penisnya membesar dalam mulut Ana, dan sebelum ereksi penuh, dia akhirnya benar-benar terjaga. Tak membutuhkan waktu lama baginya untuk mengetahui apa yang sedang terjadi A?a,?aEs istri sahabatnya sedang menghisap penisnya!
Dia mendesah, tangannya meraih ke bawah dan mengelus rambut panjang Ana saat dengan pasti penisnya semakin mengeras dalam mulut Ana.
Merasakan penisnya yang semakin membesar dalam mulutnya membuat celana dalam Ana basah, dan dia mulai menggerakkan kepalanya naik turun. Dia menghisap dengan berisik, lidahnya menjalar naik turun seperti seorang professional.
Bagas dapat mendengar bunyi yang dikeluarkan mulut Ana saat menghisap penisnya, dan dia dapat melihat bayangan tubuh Ana yang diterangi cahaya bulan yang masuk ke dalam kamarnya yang gelap. Ana sedang memberinya blow job yang hebat. Untunglah dia bermasturbasi sebelum tidur tadi, kalau tidak pasti dia tak akan dapat bertahan lama.
Ana tak mampu menahannya lagi. Dia ingin vaginanya segera diisi. Dia sangat terangsang, dia sangat membutuhkan penis itu dalam vaginanya seharian tadi.
Dikeluarkannya penis Bagas dari dalam mulutnya, dan berdiri dengan bertumpukan lututnya di atas tempat tidur itu. Tangannya menarik bagian bawah kaosnya ke atas dan menyelipkan kedua ibu jarinya di kedua sisi celana dalamnya dan mulai menurunkannya.
Diangkatnya salah satu kakinya untuk melepaskan celana dalam itu dari kakinya. Kaki yang satunya lagi dan kemudian merangkak naik ke atas kasur setelah menjatuhkan celana dalamnya ke atas lantai. Nafasnya sesak, menyadari apa yang menantinya.
Bersambung…