Diarahkannya batang penis Bagas ke atas dengan tangannya yang kecil dan bergerak ke atas Bagas, memposisikan vaginanya di atasnya. Bagas dapat merasakan bibir vagina Ana yang basah menyentuh ujung kepala penisnya saat Ana mulai menurunkan pinggulnya.
Daging dari bibir vaginanya yang basah membuka dan kepala penis Bagas menyelinap masuk. Ana mengerang lirih, tubuhnya yang disangga oleh kedua lengannya jadi agak maju ke depan. Ana semakin menekan ke bawah, membuat keseluruhan batang penis Bagas akhirnya tenggelam ke dalamnya.
Erangan Ana semakin terdengar keras. Dia merasa sangat penuh! Bagas benar-benar membukanya lebar! Ana semakin menekan pinggulnya ke bawah dan dia mulai menciumi leher Bagas, berusaha menahan Bagas di dalam tubuhnya.
Bibir mereka bertemu dan saling melumat dengan bernafsu. Lidah Ana menerobos masuk ke dalam mulut Bagas, menjalar di dalam rongga mulutnya saat dia tetap menahan batang penis Bagas agar berada di dalam vaginanya.
Bagas membalas lilitan lidah Ana, tangannya bergerak masuk ke balik kaos yang dipakai Ana, bergerak ke bawah tubuhnya hingga akhirnya tangan itu mencengkeram bongkahan pantat Ana. Tangannya mengangkat pantat Ana ke atas, membuat tubuhnya naik turun di atasnya A?a,?aEs Ana tetap tak membiarkan batang penis Bagas teangkat terlalu jauh dari vaginanya!
Tak menghiraukan keberadaan Roy yang masih terlelap tidur di kamarnya, mereka berdua berkonsentrasi terhadap satu sama lainnya. Tangan Bagas naik ke punggung Ana, menarik kaos yang dipakai Ana bersamanya.
Ciuman mereka merenggang, Ana mengangkat tubuhnya, tangannya mengangkat ke atas saat Bagas melepaskan kaosnya lepas dari tubuhnya. Payudaranya terbebas. Bagas melihatnya untuk pertama kalinya.
Di dalam keremangan cahaya, Bagas masih dapat menangkap keindahannya. Payudaranya yang tak begitu besar dengan putting susu yang keras menantang, dan dia menggoyangkannya dihadapan Bagas, menggodanya.
Bagas mengangkat tubuhnya, tangannya yang besar menahan punggung Ana saat dia menghisap putingnya ke dalam mulutnya. Ana menggelinjang kegelian saat lidahnya bergerak melingkari sebelah payudaranya sebelum mencium yang satunya lagi.
Pada waktu yang bersamaan Bagas mengangkat pantatnya, masih berusaha agar tetap tenggelam dalam vaginanya, tapi bergerak keluar masuk dengan pelan. Tangannya meremas payudara Ana yang bebas, sedangkan mulutnya terus merangsang payudara yang satunya dengan mulutnya.
Ana memandang Bagas yang merangsang payudaranya, tangannya membelai rambut Bagas dengan lembut. Ana merasa penis Bagas bergerak keluar sedikit tapi tak lama kemudian masuk kembali ke dalam vaginanya.
Dia merasa sangat nyaman, sangat berbeda di dalam tubuhnya. Dia mulai menggoyang, mengimbangi kocokan Bagas yang mulai bertambah cepat.
Bagas melepaskan mulut dan tangannya dari payudara Ana dan rebah kembali ke atas kasur. Ana mulai mengangkat pinggulnya naik ke atas hingga batang penis Bagas nyaris terlepas ke luar seluruhnya sebelum menghentakkan pinggulnya ke bawah lagi.
Tangan Bagas kembali pada pantat Ana, meremasnya sambil memandangi wanita yang telah menikah ini menggoyang tubuhnya tanpa henti. Dengan tanpa bisa dibendung lagi erangan demi erangan semakin sering terdengar keluar dari mulut Ana.
Orgasme yang sangat dinantikannya seharian ini mulai terbangun dalam tubuhnya. Dengan meremas pantatnya erat, Bagas menggerakkan tubuh Ana naik turun semakin keras dan keras. Hentakan tubuh mereka saling bertemu. Nafas Ana semakin berat, Penis Bagas menyentak dalam tubuhnya berulang kali.
Dengan cepat orgasmenya semakin mendekat. Ana mempercepat kocokannya pada penis Bagas, menghentakkan bertambah cepat seiring orgasmenya yang mendesak keluar.
Ana tak mampu membendungnya lebih lama lagi, pandangannya mulai menjadi gelap. Jantungnya berdegup semakin kencang, otot vaginanya berkontraksi, seluruh sendi tubuhnya bergetar saat dia keluar dengan hebatnya. Mulutnya memekik melepaskan himpitan yang menyumbat aliran nafasnya.
Melihat pemandangan itu gairah Bagas semakin memuncak, dia tak memberi kesempatan pada Ana untuk menikmati sensasi orgasmenya. Diangkatnya tubuh mungil wanita itu, dan membaringkan di sampingnya. Dia bergerak ke atas tubuh Ana dan Ana membuka pahanya melebar menyambutnya secara refleks.
Bagas memandangi kepala penisnya yang menekan bibir vagina Ana. Dengan pelan dia mulai masuk, dan mendorongnya masuk ke dalam lubang hangatnya. Ana mengangkat kakinya ke udara, membukanya lebar lebar untuknya. Bagas menahan berat tubuhnya dengan kedua lengannya.
Bagas memberinya satu dorngan yang kuat. Ana memekik, ombak kenikmatan menggulungnya saat batang keras itu memasuki tubuhnya. Bagas mulai menyetubuhinya tanpa ampun, Ana telah sangat membakar gairahnya.
Bagas mengocokkan penisnya keluar masuk dalam vagina istri sahabatnya yang berada di bawah tubuhnya dengan cepat, kedua kaki Ana terayun-ayun di atas pantatnya yang menghentak.
Tempat tidur sampai bergoyang karena hentakan Bagas. Ana menggigit bibirnya untuk meredam erangannya yang semakin bertambah keras.
Bagas mulai kehilangan kontrol. Penisnya keluar masuk dalam vagina Ana sebelum akhirnya, dia menarik keluar batang penisnya dengan bunyi yang sangat basah.
Bagas mengerang, batang penisnya berdenyut hebat dalam genggaman tangannya. Sebuah tembakan yang kuat dari cairan kental putih keluar dari ujung kepala penisnya dan menghantam perut Ana, beberapa darinya bahkan sampai di payudaranya.
Ana menarik nafas, dadanya terasa sesak saat dia melihat tembakan demi tembakan sperma yang kuat keluar dari penis Bagas, dan mendarat di atas perutnya. Terasa sangat panas pada kulit perutnya, tapi semakin membakar gairahnya menyadari bahwa itu bukan semburan sperma suaminya, tapi dari seorang pria lain.
Akhirnya, sperma terakhir menetes dari penis Bagas, menetes ke atas rambut kemaluan Ana yang terbaring di depannya dengan kaki terpentang lebar. Dengan mata yang terpejam, Ana tersenyum puas.
“Aku membutuhkannya” bisiknya. Mereka terdiam beberapa saat meredakan nafas yang memburu sebelum akhirnya mulai membersihkan tubuh basah mereka. Bagas mencium dengan lembut bibir Ana yang tersenyum.
Ana memakai kaosnya dan menggenggam celana dalamnya dalam tangan, melangkah keluar dari kamar itu dengan perasaan yang sangat lega.
***
Bagas bangun di keesokan harinya. Peristiwa semalam langsung menyergap benaknya, penisnya mulai mengeras. Dikeluarkannya batang penisnya dan perlahan mulai mengocoknya.
Dia merasa sangat senang saat mendengar ada seseorang yang sedang mandi. Dimasukkannya penisnya kembali kedalam celana dalamnya, bergegas memakai celana jeansnya dan bergegas keluar kamar dengan bersemangat, turun ke lantai bawah.
Dia berharap yang sedang mandi adalah Roy dan Ana ada di lantai bawah. Dia mendengar seseorang sedang membuat kopi di dapur. Dia segera ke sana dan ternyata…
Ana masih dengan pakaian yang dikenakannya malam tadi, sebuah kaos besar hingga lutut, dan sebuah celana dalam saja di baliknya. Dia menoleh saat mendengar ada yang mendekat, dan langsung tersenyum saat mengetahui siapa yang datang.
Terasa ada desiran halus di vaginanya saat memandang Bagas. Ana terkejut saat tangan Bagas melingkar di pinggangnya memeluknya erat dan mencium bibirnya.
Lalu Ana sadar ada seseorang yang sedang mandi di lantai atas dan Roy lah yang sedang berada di kamar mandi itu. Bibirnya membalas lumatan Bagas dengan menggebu saat tangan Bagas menyusup ke dalam kaosnya untuk menyentuh payudaranya.
Ana melenguh di dalam mulut Bagas yang memeluknya merapat ke tubuhnya. Desiran gairah memercik dari payudaranya langsung menuju ke vaginanya, membuatnya basah. Wanita mungil itu tak berdaya dalam dekapan Bagas, tangan Ana melingkari leher Bagas.
Mereka berciuman dengan penuh gairah, lidah saling bertaut, perlahan Bagas mendorong tubuh Ana merapat ke dinding. Tangannya meremas bongkahan pantat Ana di balik kaosnya. Dan Ana sangat merasakan tonjolan pada bagian depan celana jeans Bagas yang menekan perutnya.
Ciuman Ana turun ke leher Bagas, lidahnya melata menuju putting Bagas. Ana membiarkan Bagas mengangkat tubuhnya ke atas meja, memandangnya dengan pasif saat Bagas menyingkap kaosnya hingga dadanya. Ana mengangkat kakinya bertumpu pada tepian meja, mempertontonkan celana dalam putihnya.
Vaginanya berdenyut tak terkontrol, menantikan apa yang akan terjadi berikutnya. Bagas berlutut di hadapannya, dia dapat mencium aroma yang kuat dari lembah surganya saat hidungnya bergerak mendekat.
Perlahan diciumnya vagina Ana yang masih tertutupi kain itu, Ana mendesah, kenikmatan mengaliri darahnya. Untuk pertama kalinya, Ana merasa gembira saat Roy berada lama di dalam kamar mandi!
Dengan tak sabar, tangannya menuju ke pangkal pahanya. Bagas hanya menatapnya saat tangan Ana menarik celana dalamnya sendiri ke samping, memperlihatkan rambut kemaluannya, dan kemudian bibir vaginanya yang kemerahan.
Ana menatap pria yang berlutut di antara pahanya, api gairah tampak berkobar dalam matanya, menahan celana dalamnya ke samping untuknya. Bagas menatap matanya seiring bibirnya mulai mencium bibir vaginanya. Membuat lebih banyak desiran kenikmatan mengguyur tubuhnya dan dia mendesah melampiaskan kenikmatan yang dirasakannya.
Lidah Bagas mulai menjilat dari bagian bawah bibir vagina Ana sampai ke bagian atasnya, mendorong kelentitnya dengan ujung lidahnya saat dia menemukannya. Diselipkannya lidahnya masuk ke dalam lubang vaginanya, mersakan bagaimana rasanya cairan gairah Ana.
Dihisapnya bibir vagina itu ke dalam mulutnya dan dia mulai menggerakkan lidahnya naik turun di sana, membuat Ana semakin basah.
Desahannya terdengar, menggoyangkan pinggulnya di wajah Bagas. Bagas melepaskan bibirnya, lidahnya bergerak ke kelentitnya. Dirangsangnya tonjolan daging sensitif itu menggunakan lidahnya dalam gerakan memutar.
Ana menaruh kakinya pada bahu Bagas, duduknya jadi tidak tenang. Tiba-tiba, Bagas menghisap kelentitnya ke dalam mulutnya, menggigitnya diantara bibirnya.
Ana memekik agak keras saat serasa ada aliran listrik yang menyentak tubuhnya. Lidah Bagas bergerak berulang-ulang pada kelentit Ana yang terjepit diantara bibirnya, tahu bahwa titik puncak Ana sudah dekat.
Dilepaskannya kelentit itu dari mulutnya dan tangannya menggantikan mengerjai kelentit Ana dengan cepat. “Oh Tuhan… ” bisiknya mendesah, merasakan orgasmenya mendekat. Jari Bagas bergerak tanpa ampun, pinggul Ana terangkat karenanya.
Ana menggigit bibirnya berusaha agar suara jeritannya tak terdengar sampai kepada suaminya yang berada di kamar mandi saat orgasmenya datang dengan hebatnya. Dadanya sesak, nafasnya terhenti beberapa saat, dinding-dinding vaginanya merapat.
Kedua kakinya terpentang lebar di belakang kepala Bagas. Ana mendesah hebat, akhirnya nafasnya kembali mengisi paru-parunya mengiringi terlepasnya orgasmenya.
Bagas berdiri dan langsung mengeluarkan penisnya. Ana memandang dengan lapar pada batang penis dalam genggaman tangan Bagas. Sebelah tangan Ana masih memegangi celana dalamnya ke samping saat tangannya yang satunya lagi meraih batang penis Bagas. Tangan kecil itu menggenggamnya saat Bagas maju mendekat.
Dengan cepat Ana menggesek-gesekkannya pada bibir vaginanya yang basah, berhenti hanya saat itu sudah tepat berada di depan lubang masuknya. Mereka berdua mendengarkan dengan seksama suara dari kamar mandi di lantai atas yang masih terdengar.
Bagas melihat ke bawah pada kepala penisnya yang menekan bibir vagina Ana.
Bagas mendorong ke depan dan menyaksikan bibir itu membuka untuknya, mengijinkannya untuk masuk. Desahan Ana segera terdengar saat dia mersa terisi. Bagas terus mendorong, vagina Ana terus menghisapnya sampai akhirnya, Bagas berada di dalamya dalam satu dorongan saja.
Ana sangat panas dan mencengkeramnya, dan Bagas membiarkan penisnya terkubur di dalam sana untuk beberapa saat, meresapi perasaan yang datang padanya. Tangan Ana masih menahan celana dalamnya ke samping, tangan yang satunya meraih kepala Bagas mendekat padanya.
Lidahnya mencari pasangannya dalam lumatan bibir yang rapat. Dengan pelan Bagas menarik penisnya. Dia mendorongnya masuk kemabali, keras, dan Ana mengerang dalam mulutnya seketika. Tubuh mereka saling merapat, kaki Ana terjuntai terayun dibelakang tubuh Bagas dalam tiap hentakan.
Roy yang masih berada di kamar mandi tak mengira di lantai bawah penis sahabatnya sedang terkubur dalam vagina istrinya.
Sementara itu Ana, sedang berada di ambang orgasmenya yang lain. Penis pria ini menyentuhnya dengan begitu berbeda! Terasa sangat nikmat saat keluar masuk dalam tubuhnya seperti itu! Dia orgasme, melenguh, melepaskan ciumannya.
Bagas mundur sedikit dan melihat batang penisnya keluar masuk dalam lubang vaginanya yang kemerahan, tangannya yang kecil menahan celana dalamnya jauh-jauh ke samping yang membuat Bagas heran karena kain itu tak robek. Dia mulai menyutubuhinya dengan keras, menyadari kalau mungkin saja dia tak mempunyai banyak waktu lagi.
Jika Roy masuk ke sudut ruangan itu, dia akan melihat ujung kaki istrinya yang terayun dibelakang pantat Bagas. Celana jeans Bagas merosot hingga mata kakinya, celana dalamnya berada di lututnya, dan pantatnya mengayun dengan kecepatan penuh diantara paha Ana yang terbuka lebar. Roy mungkin mendengar suara erangan kenikmatan istrinya.
Bagas terus mengocok, dia dapat merasakan kantung buah zakarnya mengencang dan dia tahu itu tak lama lagi. Dia menggeram, memberinya beberapa kocokan lagi sebelum dilesakkannya batang penisnya ke dalam vagina wanita bersuami itu dan menahannya di dalam sana.
Dia menggeram hebat, penisnya menyemburkan spermanya yang panas di dalam sana. Begitu banyak sperma yang tertumpah di dalam vagina Ana.
Erangan keduanya terdengar saling bersahutan untuk beberapa saat hingga akhirnya mereka tersadar kalau suara dari dalam kamar mandi sudah berhenti, dan tak menyadari sudah berapa lama itu tak terdengar.
Bibir Bagas mengunci bibirnya dan mereka saling melumat untuk beberapa waktu seiring kejantanan Bagas yang melembut di dalam tubuhnya. Kemudian mereka saling merenggang dan Bagas mengeluarkan penisnya yang setengah ereksi itu dari vagina Ana.
Dengan cekatan dia mengenakan pakaiannya kembali. Ana membiarkan celana dalamnya seperti begitu. Dia merasa celananya menjadi semakin basah saat ada sperma Bagas yang menetes keluar dari vaginanya saat dia berdiri. Roy turun tak lama berselang, siap untuk sarapan.