Mata seorang wanita berbinar pada grafik yang terpampang di layar datar di hadapannya. Senyum liciknya tersungging hingga tawa kecilnya tedengar. Naypa—nama wanita itu—menoleh ke arah pria yang ia kagumi belakangan ini.
“Dev, kita berhasil. Aku … kita sudah menyebarkan banyak virus di beberapa negara. Para pengonsumsi kafein itu akan sirna dari muka bulan ini.” Ia menghela napas lega. “Akhirnya bulan perlahan bersih dari perilaku manusia tak beradab yang memuja kafein sebagai kesenangan belaka.”
“Kita berlaku benar, ‘kan?” Ada ragu terbesit pada diri Naypa. Akan tetapi, minatnya untuk mendapatkan perhatian Devos jauh lebih besar sampai ia kehilangan akal sehatnya. Rela kehilangan teman-teman dan melanggar aturan negara dengan membunuh para penikmat kafein yang berlebih.
Devos—pria berusia dua puluh enam tahun yang telah kehilangan istrinya itu—memandang Naypa. “Tentu kau sudah berbuat benar. Satu-satunya kesalahanmu adalah mengabdi pada Jenderal.”
Wajah Naypa tertunduk saat diingatkan pada masa lalunya. Saat di mana wanita itu begitu memuja Jenderal Achilles dan patuh dengan segala kebijakannya. Sayang, Naypa harus menelan kecewa karena keinginannya untuk diperistri sang jenderal dari Detroit City pupus karena Naypa hanya dianggap sebatas pengabdi negara.
Ketika Naypa terpuruk karena penolakan pria junjungannya, datang seorang Devos, penjual nutrisi yang juga depresi karena usahanya tak laku. Warga bulan lebih menginginkan nutrisi dengan kandungan kafein yang nikmat untuk dikonsumsi.
Sementara produk Devos yang tak mengandung kafein, jarang sekali diminati. Devos dendam dan bertekad menghancurkan siapa pun yang tak sejalan dengan pemikirannya.
Devos dapat mewujudkan keinginan liciknya dengan memperdaya Naypa. Wanita itu dapat dengan mudah merekrut beberapa orang yang bersedia mengabdi pada Devos. Orang-orang yang tak mengerti penuh tentang hukum, dibujuk Devos dengan ajaran-ajaran yang menentang pemerintahan.
“Sepertiga rakyat Kalimera terinfeksi virus. Aku belum mendapat laporan dari orang kita di Detroit City, Panama, dan negara-negara lain. Tapi, aku sudah cukup puas dengan hasilnya.” Naypa mendekati Devos dan menyentuh pundak pria itu. “Kau tak akan meninggalkanku, ‘kan, Dev? Aku melakukan semuanya untukmu.”
“Itu tergantung seberapa setianya dirimu,” balas Devos.
Naypa tersenyum mengerti. Ia mendaratkan kecupan di bibir Devos. Pria ini, meski Naypa telah tahu bahwa ia memiliki istri, Naypa rela menjadi pasangan tak resmi.
Naypa memperdalam ciumannya saat tangan Devos meremas bokong wanita itu. Naypa bahkan masih membayangkan Achilles yang menyentuhnya saat bersama Devos.
“Dev, kau ingin sekarang?” tawar Naypa saat hasratnya membara.
“Aku lelah,” tolak Devos.
Naypa memberengut kesal. “Kau mengonsumsi kafein? Kau tahu itu berbahaya.”
“Aku mengonsumsi kafein hanya untuk menguji virusku. Kau tau, ‘kan?”
Ketika Naypa akan berkata lagi, sebuah ledakan terdengar. Pintu di ruang kerja Devos dijebol oleh beberapa tentara berseragam. Devos melakukan perlawanan dan salah satu tentara menembakkan sinar laser padanya. Devos berhasil menghindar dan membawa tubuh Naypa sebagai perisainya.
“Dev, apa yang kau lakukan?!” jerit Naypa ketakutan.
“Kau harus melindungiku,” perintah Devos sambil membawa tubuh Naypa untuk kabur dari serangan sinar laser yang membakar kulit mereka.
Di pintu darurat yang biasa Devos gunakan untuk kabur, muncul tentara lain yang mengayunkan senjatanya. Sebuah pukulan dari senjata laras panjang mengenai kening Naypa hingga wanita itu jatuh tersungkur. Erangan Naypa terdengar dan ia mengulurkan tangan ke arah Devos.
“Dev … tolong aku, Dev. Jangan tinggalkan aku,” rintih Naypa.
Devos mengabaikan Naypa lalu menyerang tentara Detroit City dengan tangan kosong. Perkelahian mereka berlangsung beberapa menit sampai tentara itu terjatuh karena Naypa menyabet kakinya dengan pisau.
Seorang tentara lain memukul kepala Naypa hingga wanita itu jatuh bersimbah darah. Mata Naypa buram menatap kepergian Devos yang enggan menolongnya.
“Bawa dia,” perintah seorang prajurit ke temannya.
Tubuh Naypa dibawa salah seorang prajurit Detroit City untuk diadili. Sementara beberapa tentara yang mengejar Devos harus melumpuhkan kaki pria itu dengan tembakan listrik yang menyakitkan. Devos pun berhasil diringkus dan dibawa ke penjara Detroit City.
Setiap negara memiliki kebijakan yang berbeda dalam pengaturan hukum pidana. Kalimera dan beberapa negara di bulan memberlakukan hukum penjara untuk kesalahan pertama, sedangkan kesalahan kedua adalah pengasingan.
Berbeda dengan hukuman di negara Detroit City yang berbasis militer. Kesalahan sekecil apa pun dapat segera diketahui dan ketika seorang warga Detroit City atau siapa pun bersalah pada negara, hukumannya bukan kematian melainkan siksaan. Tak ada yang berani melawan sang jenderal karena siksaannya lebih buruk dari kematian itu sendiri.
Sebuah lorong lembab dan berhawa panas dilalui oleh langkah Jenderal Achilles dan beberapa prajurit yang berjalan di belakangnya.
Aura dingin dari sang jenderal menambah mencekamnya lorong yang menuju ruang penyiksaan itu. Suara rintihan wanita terdengar. Seorang prajurit membuka pintu otomatis dengan sebuah kode. Saat Jenderal Achilles masuk, tercium aroma tak sedap dari ruangan itu.
Jenderal Achilles menatap wanita yang duduk diikat sebuah sabuk penghantar aliras listrik. Wanita itu memiliki luka di beberapa bagian tubuhnya. Darah yang mengering menghias kening hingga pipinya. Air mata wanita itu berlinang karena menahan sakit.
“Kau masih ingin melindungi beberapa kawanmu?” tanya Achilles dengan wajah datarnya.
Suara itu bagai penyejuk bagi Naypa. Ia mengangkat wajah dan melihat pria yang ia cintai. Seberkas rasa benci menyeruak. “Aku lebih baik mati,” ketus Naypa.
Kalimat itu terdengar bagai lelucon di telinga sang jenderal. “Setiap tahanan di Detroit City memohon padaku untuk kematian mereka,” Tubuh Achilles menunduk ke arah Naypa, “Tapi kau tahu, aku tak pernah berbuat baik kepada para pengacau.”
“Kau kejam, Jenderal! Tak malu kah dirimu menyiksa seorang wanita?!”
Jenderal Achilles memiringkan wajahnya. “Wanita harus memelihara kehormatannya demi suami atau pasangan mereka yang mengabdi pada negera. Ngocoks.com
Sementara kau, memilih menjadi gundik seorang penjahat. Membantunya menyebar virus hingga banyak manusia sakit bahkan mati. Kau anggap dirimu wanita? Mereka suci dan punya derajat. Kau ini apa?!”
Naypa tersenyum getir. “Kau tak suka jika aku disentuh Devos, ‘kan?”
Jederal tak habis pikir mengapa Naypa mengira pria itu menyukai dirinya. “Sesungguhnya Naypa, aku bukan tak berminat padamu. Tapi aku bahkan tak sudi menyentuhmu.”
Satu pedang terhunus ke hati Naypa saat mendengar penolakan sang jenderal. Wanita itu kembali mendapat siksaan dan seakan pasrah jika ia mati di bawah hukuman sang jenderal. Hidup pun Naypa tak punya tujuan. Jalan satu-satunya yang membuatnya tenang adalah kematian.
Sedangkan Jenderal Achilles keluar ruangan dan memberi perintah kepada kepala penjara. “Siksa terus sampai ia buka suara tentang teman-temannya atau biarkan ia mati. Tetap siarkan penyiksaan Naypa dan Devos ke penjuru negeri. Ciptakan ketakutan agar mereka tunduk pada pemerintah.”
“Baik, Jenderal.” Saat Jenderal Achilles akan berpaling, pria paruh baya itu bertanya lagi. “Jenderal, kau akan mengunjungi Devos?”
“Tak perlu. Pastikan saja ia mendapatkan siksaan yang aku inginkan.”
Jenderal Achilles berlalu dari kepala penjara negara Detroit City ditemani beberapa tentara. Saat rombangan itu sampai di kendaraan futuristik berbentuk mobil yang dapat terbang, Jenderal Achilles menoleh ke arah penasihat negara. “Siapkan informasi lengkap tentang Vintari dari Kalimera.”
Bersambung…