Setelah kejadian tersebut, bukannya saya tidak takut. Bukan takut Belvina hamil, tapi takut ia salah ngomong dengan mamanya, bisa menjadi neraka buat saya nanti. Tapi saya tunggu-tunggu sampai lewat 2 minggu, saya pulang kerja hampir magrib, saya mendengar suara Belvina berteriak-teriak. “Sudahh… Maa… sudahhh… sakitt… Maaa….!!”
“Ngapain kakakmu?” tanya saya pada Riko yang duduk nonton televisi.
“Lagi dikerik sama Mama…” jawab Riko.
Saya cepat-cepat melepaskan sepatu dan kaos kaki saya, lalu pergi ke depan kamar Belvina membuka pintu. “Papahh… sakitt… Papaahhh… “ teriak Belvina bertelanjang dada hanya memakai celana dalam saja duduk di tempat tidur dan punggungnya dikerik oleh mamanya.
Saya tidak berani melawan istri saya. Saya hanya duduk di tempat tidur membiarkan Belvina memeluk saya. Ia menjadi tenang tidak berteriak-teriak sampai mamanya selesai mengerik punggungnya.
“Saya masak bubur, tolong punggungnya dikasih minyak kayu putih.” suruh istri saya membereskan alat-alat keriknya, lalu pergi dari kamar Belvina menutup pintu meninggalkan saya dan Belvina di dalam kamar.
Saya mengusap punggung Belvina yang sudah dikerik oleh mamanya itu dengan minyak kayu putih. Keningnya yang basah dengan keringat, saya bersihkan dengan tissu.
“Papahh… “ panggil Belvina manja memeluk saya.
Saya mengecup bibirnya. Belvina merangkul leher saya, bibirnya melumat bibir saya. Saya kaget, tapi berusaha tenang. Teteknya saya remas. “Oohhh…. Papaahh….” tiba-tiba tangan Belvina meremas penis saya.
“Mau penis Papah?” tanya saya.
Belvina memeluk saya. “Badan Papah bau keringat. Papa mandi dulu, ya?” kata saya, lalu saya memakaikan pakaian ke tubuhnya.
Setelah itu saya merebahkannya di tempat tidur, mengecup keningnya dengan hangat, lalu pergi dari kamarnya. Saya melepaskan pakaian kerja saya dan celana dalam saya di depan keranjang pakaian kotor. Kemudian saya membungkus tubuh saya yang telanjang dengan handuk, lalu pergi ke dapur.
Istri saya sedang mengaduk-aduk bubur di depan kompor. Saya memeluknya dan meremas teteknya yang menggantung dari belakang. “Belvina sakit apa sih, Ma?”
“Pulang sekolah badannya lemas dan katanya kepalanya pusing. Pah, Riko…” kata istri saya ketika jari saya mencucuk lubang vaginanya. “Memek Mamah sudah basah, main ya, Mah?”
“Kayak nanti malam mau kiamat aja. Mandi dulu sana. Suapin Belvina makan bubur, Mama mau tengok cucunya Bu Makmur yang lagi gejala demam berdarah!” kata istri saya.
Saya pergi ke kamar mandi. Hanya 5 menit saya mandi. Saya hanya memakai celana boxer dan bertelanjang dada ketika istri saya memberikan saya mangkok berisi bubur panas. “Habis makan bubur, Belvina kasih minum obat ya, Pa.” pesan istri saya.
Saya membawa bubur masuk ke kamar Belvina. “Ayo bangun sayang, makan bubur dulu!” suruh saya duduk di samping Belvina.
“Nanti aja Pa, belum lapar!”
“Tapi perut kamu harus diisi, lalu minum obat.” kata saya.
Belvina menurut. Hampir semangkok bubur ia habiskan. Saya sedikit tenang ketika memberinya minum obat penurun panas. Istri saya sudah berangkat ke rumah Bu Makmur yang jaraknya 4 rumah dari rumah saya. Saya berbaring di samping Belvina lalu kami berciuman bibir.
Kemudian saya tersenyum dalam hati sewaktu Belvina mengeluarkan penis saya yang tegang dari celana saya, lalu diremasnya dan dikocoknya penis saya. Malahan ia melepaskan celana saya hingga saya telanjang.
Sayapun tidak mau membuang-buang waktu lagi. Kulepaskan pakaian Belvina beserta celana dalamnya. Saya menaikkan tubuh telanjang Belvina ke tubuhku membentuk posisi 69. Saya bisa merasakan tangan Belvina menggenggam batang penis dan lidahnya menjilat kepala penis saya.
Aku menangkupkan mulut saya ke seluruh vaginanya, lalu mulai mengulum dan menghisap. “Paaa… paahhhh…. “ erang Belvina.
Saya membalik tubuh Belvina, lalu mengulum dan menghisap lagi vaginanya sambil saya mengocok penis saya. Ketika kenikmatan sudah memenuhi otak saya, saya menyumbatkan kepala penis saya ke lubang vagina Belvina yang sudah mekar menganga.
Saya tekan masuk kepala penis saya dulu, kemudian baru saya menindih Belvina lalu menjilati teteknya. Kedua tangan Belvina memeluk pinggang saya erat-erat ketika penis saya mengayun di lubang vaginanya yang sempit.
“Paa…ppaahh… enakk… Paa… paaahh…” desahnya.
Bagaimana saya bisa menahan diri tidak memasukkan penis saya semakin dalam ke lubang vagina Belvina kala mendengar desahannya itu? Saya tekan terus penis saya sambil mulut saya menghisap teteknya. Ia tidak mengeluh vaginanya sakit, mungkin ia sudah sangat terangsang sehingga vaginanya jadi kebal.
Saya ayunkan lagi penis saya keluar-masuk sambil saya mencium lehernya. Akhirnya ¾ penis saya masuk ke dalam vagina anak perempuan saya tersebut. Saya semakin terasang dengan vagina Belvina yang sempit, lalu.. ahhh… Papaaahh… teriak Belvina sejenak saat saya menghentakkan penis saya di vaginanya sehingga penis saya seperti tergenggam erat semuanya oleh dinding vaginanya.
“Sakit nggak, sayang?” tanya saya.
Belvina menggeleng membuat saya mulai menggenjot pelan-pelan lubang vaginanya. “Ssstttt… oooo… Pappp… paahh… mau pipis, Papaahhh…” desah Belvina.
Saya mencium bibirnya dan terus memompakan penis saya di lubang vaginanya. Teteknya semakin keras. Putingnya mencuat sepertinya Belvina terangsang hebat. “Ooohhhh… Paappp… ppaaaahhhh…. enakkkk…. Paaappp.. paahhhh…” teriaknya memeluk saya erat-erat. Saat itu penis saya bisa merasakan pijitan dinding vaginanya.
Belvina orgasme!
Cuma ia tidak tahu bahwa ia orgasme, sehingga membuat saya semakin menggenjot lubang vaginanya. Lalu… aaahhhh…. saya mengejang dengan hebatnya, terus… crroott… crroott… crroottt… saya tumpahkan air mani saya di dalam vagina Belvina.
*****
Malam itu, saya tidak bisa tidur berbaring di samping istri saya. Wajah Belvina terbayang-bayang ketika melihat ia memandang penis saya yang berlumuran darah perawannya itu, namun tidak membuat saya jera.
Saya menyetubuhi Belvina seminggu sekali. Tapi Belvina tidak menunjukkan dirinya bahwa ia sudah tidak perawan. Bahkan ia mulai pacaran dengan kakak kelasnya.
Andi sangat sering ke rumah saya. Pada suatu siang, tidak sengaja saya menemukan bersetubuh. Saya justru senang. Diam-diam saya memotret. Sewaktu Andi datang lagi ke rumah saya, saya bilang sama Andi.
“Di, Oom mau ngomong dengan kamu berdua.” kata saya.
Di teras, siang itu saya tunjukkan fotonya sedang ngentot dengan Belvina. “Kamu harus bertanggung jawab,” kata saya.
Andi gelagapan. Berselang seminggu kemudian, Andi menyuruh kedua orang tuanya datang ke rumah saya melamar Belvina. Hari pernikahan ditentukan.
Belvina terpaksa tidak menyelesaikan SMA-nya. Belvina tampak begitu cantik siang itu saat diberkati di sebuah restoran dengan Andi suaminya.
Selesai resepsi, saya kecapean.Lalu akupun kembali ke hotel yang disediakan oleh keluarga Andi. Waktu sendirian, istri saya masih ngobrol di restoran. Sayapun berbaring di tempat tidur melepaskan lelah hanya memakai celana dalam.
Saya hampir mau tertidur ketika pintu kamar diketok. Aku sangka istri saya. Akupun meloncat turun dari tempat tidur membuka pintu kamar. Ternyata Andi dan Belvina. Andi masih memakai jas lengkap dan Belvina masih memakai pakaian pengantin.
“Tunggu sebentar ya sayang,” kata Belvina pada Andi. Saya jadi cemburu melihat kemesraan mereka. “Aku mau ngomong sebentar dengan Papah.” Cerita dewasa ini di upload oleh situs ngocoks.com
Belvina masuk ke kamar meninggalkan Andi di luar. Belvina menutup pintu dan menguncinya dari dalam. Setelah itu, ia memeluk saya. Yang terjadi kemudian adalah kami saling berciuman. Belvina masih menginginkan saya ternyata ketika tangannya merogoh penis saya dan meremasnya.
“Papahh… puaskan aku…” desahnya terlentang di kasur menyibak pakaian pengantinnya.
Melihat celana dalamnya yang membusung, saya langsung melumatnya. “Oohh… Papahh… lepaskan celana dalam aku… ” desahnya.
Saya tidak ingat Andi lagi ketika melihat vagina Belvina yang telanjang. Mulut saya langsung mengulum dan melumat sampai Belvina berteriak orgasme.
Cerita Sex ABG Seksi yang Menggiurkan TNI
Kemudian saya menghujamkan penis saya ke lubang vagina anak perempuan saya untuk yang kesekian kalinya. Saya genjot dengan penuh gairah dan semangat, sehingga tidak sampai 10 menit, air mani saya telah tumpah di dalam vagina Belvina. Belvina memeluk saya erat-erat dengan senyuman khasnya.
“Terima kasih, Papah…” ucapnya.
Saya membersihkan vaginanya dan memakai kembali celana dalamnya. “Tau nggak Pah, aku hamil. Anak Papah…!” katanya senang, bukan sedih. “Makanya kenapa aku mau terima pinangan Andi.”
Anak saya mulai pintar rupanya!