Aku yang sedang duduk senyum2 sendiri melihat gerak gerik kak yanti yang seperti maling takut ketahuan.
“Ga usah cengar cengir, kakak takut ketemu orang yang ngenalin kakak” ungkapnya.
“Aku ngenalin kakak lho” balasku masih dengan cengar cengir.
“Kamu sih dikasih memek juga diem” balasnya sambil melempar tas nya ke sofa dan menhampiriku duduk di tepi ranjang hotel.
Kak Yanti yang baru duduk disampingku tak aku hiraukan, aku malah berdiri melepas semua yang aku kenakan dan kemudian berbaring di sampingnya yang duduk.
“Joo, ngapain kamu kok malah tiduran? Bukannya nelanjangin kakak juga!” Kata kak Yanti yang melihat aneh sikapku ini.
Aku diam, dengan penis yg belum berdiri aku diam terbaring dan menatap mata kak Yanti dengan tatapan serius.
“Aku mau dilayani dulu!” teriakku dalam hati.
Seolah paham apa yang aku mau, kak Yanti ikutan berbaring lantas mendaratkan ciumannya di bibirku. Kami saling melumat, memainkan lidah kami tapi tiba2 kak yanti bicara. “Jo, kamu udah gak minat sama tubuh kakak lagi ya? Mau kakak panggilin Tuti? Jo, please perkosa kakak lagi” ungkapnya sambil berbaring diatas dadaku.
“Bejo mau kok. Bejo akan lakuin semuanya buat kakak” jawabku sambil mengelus rambut kepalanya.
Ia pun bangkit hendak melepas dress yang ia pakai, tapi sebelumnya ia kupeluk. Lalu kudaratkan kecupan2 dia wajahnya yang lembut. Aku bantu dia buka dress yang ia kenakan. Kini ia tinggal mengenakan CD dan BHnya, kutarik dalam pelukanku lagi dan kulumat bibirnya kembali. “Ehmmm emmm” desahnya saat tanganku ikut beraksi meremasi bukit2 yang menggantung.
Tak mau buang waktu, aku tanggalkan BHnya dan menyembulah kedua kantung favoritku. Aksi saling melumat kuhentikan, aku beralih ke bawah.. yah ke benda kenyal yang menggantung indah. Meski tak kencang tapi masih enak dipandang.
Ku jilat dari belahan, pangkal kemudian puting kanan dan beralih ke pangkal lagi dan ke kirinya. “Ohhh” desahnya saat jilatanku mencapai puting dan langsung aku sedot kuat.
Aku hentikan sejenak aktifitas ini, aku berusaha menanggalkan CDnya. Tak butuh bersusah karena kakakku ini juga membantu. Ku lanjut hisapan2ku di kedua putingnya, tangan kananku mengangkat kaki kirinya dengan maksud agar bertumpu pada ranjang yang aku duduki. Jemari kananku tak tinggal diam setelah gerbang dibuka.
“Joo.. ahhh… kakak keluarrr…” ceracau kakak iparku saat ku tingkatkan intensitas seranganku.
Kak Yanti merangkulku yang duduk di ranjang, kaki kirinya bertumpu di sebelah kananku. Wajahnya yg sendu dan terengah-engah menatapku seakan meminta lebih.
Aku posisikan kak Yanti duduk dipangkuanku, dan dengan pintarnya dia memasukkan penisku ke sarang yang sudah ingin obok2.
“Ehhhmm.. kakak enak Joo..” desah kakak yg kemudian menggigit bibir bawahnya.
Aku yang sebenarnya belum puas pemanasan malas menggerakkan pinggulku, tapi entah sudah nafsu banget atau bagaimana kakak iparku mulai menaik-turunkan pinggulnya sambil sesekali bergoyang layaknya biduan diatas pentas.
“Goyangan kakak paling juara” kubisikan kalimat itu pelan.
“Spesial buat kamu Jo” balasnya sambil tersenyum dan kemudian melumat bibirku.
Aku yang masih ingin bermain dengan bukit kembar yg sekarang ikut bergoyang lantas memilin-milin puncaknya.
Sambil bergoyang bak biduan, aksi saling melumat bibir, puting yang dipilin2 adiknya yang menerima pasrah goyangan kakak iparnya, Kak Yanti akhirnya menuju puncak. “Ehhmmm akkkkhhh Bejooo..” erangnya sambil menenggelamkan penisku dalam-dalam dan memelukku.
Aku biarkan sejenak ia menikmati sensasinya. Setelah kedutan2 dalam vaginanya melemah, kak Yanti bangkit dari pangkuan ku dan telungkup di ranjang.
“Joo, kamu gak mau nerusin?” kata Kak Yanti sambil masih terengah-engah.
“Sebenernya Bejo agak lemes kak, tadi lupa belum makan” balasku yang sebenernya masih ingin menikmati goyangan kak Yanti.
“Nanti kakak carikan makan deh, sabar ya sayangg” balasnya sambil terpejam.
Aku yang sebenarnya tak merasa lapar pun merapat ke tubuh telungkup kakak iparku. Aku yang masih berharap aksi WOT kakak iparku, berencana menyodoknya memeknya dari belakang.
Aku tunggingkan sedikit pantatnya dengan aku ganjal bantal. Aku masukkan pelan. “Ehmmm Jo, katanya lemes. Ohhh..” desah kakakku yang senang kalau aku masih ingin lanjut. Kupacu genjotan ku dengan kecepatan liar, aku mencari kepuasan sendiri.. “Ohh Joo.. Joo..” ceracau kak Yanti sambil menarik2 bed cover.
Aku balik kakak ku, aku kembali mainkan dengan convensional.. aku pacu kembali dengan ritme yang sama liarnya dengan sebelumnya. Aku tak hiraukan kata yang keluar dari mulut kakakku.
Melihat dada yang ikut bergoyang, aku hentikan kemudian pelankan genjotan. Aku telungkup, bibirku berusaha meraih puting yang seakan meminta dikenyot. Dengan ritme pelan, aku rasakan penisku sedang dimandikan oleh vagina. Aku baru menyadari kakak sudah keluar lagi.
Aku yang masih menikmati buah dadanya menghentikan genjotanku, lalu pinggul kakakku aku miringkan sedikit dan kunaikan kaki kanannya ke pundakku. Aku hujamkan lagi namun kali ini dengan ritme santai, kakak ipar yang menggeliat dan “ahhh bejoo ohh sayanh” tak aku hiraukan. Buahdada yang ikut bergoyang, ingin rasanya aku hisap2 lagi.
Merasa kumpulan yang terbendung di penisnya seakan mau menjebol, aku hujamkan kembali dengan kecepatan sadis. “Ahhkk jooo, kakak udah ga kuat.. jooo kakak.. yeahhhh…” rengekan kakakku terhenti saat hentakan kerasku mengantarkan kami ke orgasme bersama.
“Hah hah hah” nafas kami seperti berlomba menepi dari ganasnya ombak birahi.
“Jo bagi minum” kata kakakku saat melihatku menengak air dari botol.
Aku serahkan setengah, ia minum habis.
“Kak.. ga ada minum lagi” aku melapor.
“Kamu beli dulu ya, uangnya di tas kakak” balasnya sambil masih terengah-engah.
Aku pun ambil beberapa uang di tas kakak iparku, berpakaian, cuci muka lalu keluar.
Saat di minimarket, aku seperti melihat seseorang yang aku kenal. Ia pun melihatku tersenyum. Ternyata teman bbm ku yang juga alumnus kampus. Aku hampiri dan sekedar say hello.
Singkat kata kita bertemu dan dia memperkenalkan anggota keluarganya, seorang gadis manis yang sebenernya udah aku kenal. “What? Anaknya udah gede, malah ternyata anaknya ini adik tingkatku”. Kami ga lama ngobrol, sambil aku masih gak percaya kalau mereka ibu dan anak kandung.
Kembali ke kamar, ternyata kakak ku sedang bermain dengan hapenya dan kali ini dia sudah tidak telanjang lagi.
“Kakak mau pergi?” Tanya ku singkat
“Gak lah” jawabnya yang tak kalah singkat
“itu tumben udah pakai bajunya?” tanyaku penasaran
“Temen kakak mau kesini, tadi kakak udah pesenin martabak manis rasa coklat buat kamu, kamu kok lama? Beli air doang” balasnya
“Tadi ketemu temen” jawabku
“Ohh, Nanti temen kakak ikut yah” katanya
“Ikut ke tempat ku? Emang dia tinggal disana?” Balasku kepo
Kakakku diam tiduran miring sambil main hape, lalu aku peluk dia dari belakang.
“Pakai baju tapi gak dipake dalemannya” kataku yang mulai meraba2 tubuh kakak ku.
“Tunggu temen kakak ya” cegahnya yang sadar tanganku ingin mengobel memeknya
Aku pun tak beringsut dan mengambil hapeku dan “yeahhh” kak Tuti memenuhi notifku. Tak berapa lama kak Yanti membuka kunci pintu kamar.
“Temennya mau datang kah?” batinku bertanya
Benar saja, tak lama berselang ada seorang yang masuk. Saat meliatnya mengunci pintu “kayaknya kenal” batinku. Saat teman kakak iparku berbalik setelah mengunci pintu, kami berdua terkaget.
“Bejo” “Kak Desi?” Ucap kaget kami hampir bersamaan.
“Kalian udah saling kenal?” ucap kak Yanti melihat kecanggungan diantara kami.
Kami mengobrol, dari situ aku baru tau.
Kak Desi ini umurnya tak lebih 10th diatasku meski kliatan kayak seumuran.
Juga kak Desi adalah istri relasi abangku dalam menjalankan usaha, ia tinggal di kota daerah aku kuliah.
Awal perkenalanku dengan kak Desi adalah di grup kampus, ia yang bertanya mengenai pendaftaran untuk anak sulungnya yang bernama Dina, tapi di grup itu tak ada yg merespon. Dan kemudian aku merespon yang berakhir dengan saling tukar kontak.
“Lihat Des, Bejo sampai bengong tuh liatin kecantikan kamu” kata kakakku yang membuyarkan lamunan
“Haha, kak Yanti ada saja. Bejo mah pasti sukanya sama Dina atau Chika” balasnya.
Chika adalah anak kedua kak Desi yang masih SMP.
“Kakak kok masih muda anaknya udah kuliah?” tanya ku yang masih penasaran
“Kan nikah muda” balasnya sambil senyum
“Kalo dihitung2 kakak melahirkan Dina umur 14th dong?” tanyaku lagi
“Kira2 begitulah” balasnya dengan senyum, namun tatapannya kosong seperti ada kepedihan.
“Itu Jo, dimakan martabaknya. Biar nggenjotnya tambah semangat. Spesial buat kamu dari bidadari yang kamu liatin sampe ngiler loh” timpal kakak ku saat suasana kembali canggung
“Kak Yanti bisa aja, masa udah tua gini dibilang bidadari” sahut kak desi yang tersipu
Aku makan martabak favoritku, “eh, nggenjot? Kok kata2 kak Yanti jorok gitu padahal ada kak desi, apa jangan2 disuruh nemenin kak desi juga kayak kejadian dengan kak Tuti?” batinku yang gak habis pikir dengan kakak iparku.
Kak Yanti mulai mendekati kak Desi, ia memeluk kak Desi dari samping seperti membisikan sesuatu. Aku yang sedang makan martabak ya bodo amat. Haha penting kenyang, maklum anak kost
Setelah dipeluk kak Yanti, kak Desi mendekatiku lalu duduk di sofa bersamaku. Tiba2 ia mencium pipiku “kakak ikut main ya Jo” katanya yang disusul memeluk tangan kiriku.
Aku yang makan seolah cuek, padahal bahagia banget dalam hati. Dulu aku deketin karena emang suka, ternyata setor memeknya sendiri. “Inikah yang dinamakan sudah jatuh tertimpa ibu muda?” Pikirku bahagia.
Selesai membersihkan tanganku yg belepotan coklat, kak Desi belum mendapat jawaban. Ia masih memeluk tangan kiriku. Sedang kakak iparku mulai membuka bajunya, aku mulai merespon tingkah ibu muda yang ada disebelah kiriku.
Aku mencium keningnya, dia makin erat memeluk tangan kiriku. “Empuk!” girangku sadar betapa kenyalnya dada kak Desi.
Aku mulai menciumi wajah manis kak Desi, ia menatapku sayu dan melepas tanganku. Aku lumat bibir tipisnya, sambil aku buka kancing kemejanya. Aku alihkan ciumanku ke lehernya, aku baringkan kak desi di sofa, “Ohhh jooo” erang kak desi saat aku buat beberapa tanda kekuasaanku di lehernya.
Kubuka kemejanya, kemudian BHnya pun ikut aku tanggalkan. Langsung saja aku terkam buah dadanya yang seukurang milik kak Yanti namun sekencang milik kak Tuti. “Spesial bener nih, gak cuma martabak manisnya” hatiku gembira saat aku meremas kedua bukit sekal milik kak desi.
Aku pun mulai memainkan lidahku disana, dan “Jooo…” lenguhan panjang disertai dekapan kak desi mengherankanku.
“Masa sih udah keluar? Cepet amat?” hatiku bertanya.
Tangan ku mulai melepas jeans panjang yang kak desi kenakan, ia pun membantu.
Tertampanglah lembah dengan populasi pohon yang jarang saat aku juga berhasil menanggalkan CDnya.
“Ohhh jooo…” rancau kak desi saat lidahku menyibak belahan vaginanya.
“Gilak! Beneran udah keluar!” heranku dalam hati.
Kini semakin sering terdengar desahan dari bibir tipis kak Desi
“teruss joo… ohh joo… terusss…” desahan kak desi saat jari ku ikut bermain dengan liangnya.
Tak lama berselang, kak Desi menjambak rambutku dan “ohhh jooo… kakak udahhhh” teriak kak Desi mencapai kenikmatan keduanya melalui sedotan pada clit dan hujaman jariku di liang senggamanya.
“Cepet bener aku aja belom lepas baju” sungutku dalam hati.
Aku beralih memandang kak Yanti yang daritadi menonton kami sambil tersenyum.
Aku mendekatinya, “kak isepin yah” mintaku.
Tak ada kata menjawab permintaanku, ia segera turun dari ranjang dan berjongkok didepanku yg duduk di tepi ranjang hotel.
“Kakak paling jago soal ngisep” pujiku saat kak Yanti mulai menyedot penisku.
Jilatan dari helm sampai biji, ciuman di lubang kencingku, kehangatan mulut kak yanti, hisapan kuatnya.. “kakak paling tahu kesukaan Bejo” sambungku memuji kak Yanti.
Tapi tiba2 kak yanti menghentikan kegiatannya “Joo, pengen digenjot” rengek kak Yanti manja.
Aku lirik kak Desi yang masih terbaring di sofa dan menonton kami, lalu ku tarik badan kak Yanti agar ke atas ranjang. Ia aku miringkan menghadap ke arah Kak Desi, seperti aku pamerkan aksiku ini.. kumasukkan pelan penisku menerobos liang senggama kakak iparku.
Ku kayuh memek itu dengan semangat, sambil melihat kak Desi.
“Ahhh Joo.. ahhh enaaaakkk” hantaman ku di memek kak Yanti mengakibatkan erangan keras.
Ku lihat kak Desi bangkit lalu mendekat seakan menginginkannya juga, kukayuh makin laju lagi.
Aku terkaget saat kak Desi malah beralih mendekat ke payudara kak Yanti dan lalu melahapnya seperti kehausan.
“Ohhh kalian… ingin membunuhku… kah?” Erangan kak yanti membuatku makin bersemangat.
Tak lama sejak kak Desi ikut, kak Yanti mendekap kepala kak Desi yg masih menetek. “Kubunuh kaliannnn” teriak kak Yanti yang dibarengi orgasmenya.
Akupun hentikan sodokanku pada memeknya. Kubiarkan sebentar lalu ku cabut penisku. Aku berdiri menghadap mereka yang masih saling peluk. Senjataku yang basah menghiasi penampilanku. Tiba2 kak Desi bangkit menyongsong penisku yang masih basah ulah memek kakak iparku.
Ia mengocoknya, lalu segera ia memasukan ke mulut mungilnya lantas menyedot2nya.
“Akhhh.. Desiii.. akhhh.. ternyata gak kalah dengan Kak Yanti” erangku kaget merasakan kepiawaian kak Desi.
Aku yang takut keluar karena aksi kak Desi mencabut pusakaku dari emutan mautnya.
Aku posisikan kak Desi agar menungging di pinggir ranjang. Perlahan kubimbing adik nakal ke taman bermain milik kak Desi, “ahhh Jooo…” erangnya saat kupaksakan agar mentok.
“Peret banget!” kegembiraanku dihati.
“Enak kak.. sempit memek kakak, aku bisa ketagihan nih.. Kak Yanti.. Kakak dapat saingan nih” ucapku saat menikmati sensasi himpitan vagina kak Desi.
Kak Yanti hanya tersenyum, sambil memposisikan vaginanya agar dimainkan kak Desi.
Ku mulai sodok pelan.
“Ehmm emhh” desah kak Desi yang sedang bekerja di vagina kak Yanti.
Aku yang juga pengagum payudara kak Desi yang besar dan sekal itu tak ku biarkan hanya menggantung, aku perah dada sekal itu sambil menghantam vaginanya dengan ritme sedang.
“Ohhh Jooo…” lenguh panjang terdengar saat hujaman di memeknya aku percepat.
Dan “akhhh Bejoooo” erang kak Desi saat mencapai puncaknya.
Aku yang belum puas dengan vagina kak Desi membopongnya ke sofa panjang dan memposisikan miring menghadap kak Yanti di ranjang. Aku pun mengambil tempat di belakang kak Desi sambil memasukkan penisku ke liangnya kembali.
Saat aku mencari posisi agar nyaman, kak Desi berkata “pegangan Jo.. nanti jatuh” sambil membimbing tanganku ke payudaranya yg nganggur.
“Ini sih memprovokasi kak Yanti” pikirku.
Ku mulai kayuh dengan tempo pelan sedang cepat secara bergantian, yang membuat kak Desi “akh okkhh Joo” tiap aku hujam kuat-kuat.
Hal ini membuat kak Yanti bangkit dan duduk di tepi ranjang di depan kami sambil mengobel sendiri memeknya.
“Joo… kakak mau lagi” goda kak Yanti sambil menggigit bibir bawahnya.
Melihat yang sepertinya kak Yanti menginginkanku kembali, aku mengayuh memek kak Desi sekuat mungkin agar ia lekas sampai.
Dan benar ternyata, usahaku tak sia2. Kak Desi melenguh panjang akibat bimbingan nafsunya. “Ohhhkkkhh Joo… ampuunnn” lenguhan panjang yang bersamaan dengan orgasme hebat kak Desi.
Aku yang sebenarnya juga ingin menyudahi babak ini berusaha menenangkan diri sambil menikmati denyut orgasme kak Desi di penisku.
Setelah agak tenang, aku menghampiri kak Yanti yang setia menungguku sambil memainkan sendiri vagina montoknya.
Aku ingin sekali di sepong sebentar olehnya sebelum kembali bermain-main pun berdiri di hadapan kak Yanti, “Kak..” baru kata itu keluar dariku, ia sudah turun dari ranjang dan jongkok di depan perkakasku.
Ia mulai mengulum dan menyedot2 sisa orgasme kak Desi.
“Ohh kak, dah kak.. aku ga kuat, kakak hebat” ucapku sambil mencabut penisku dari empotannya.
Aku duduk di tepi ranjang, ia seakan tahu posisi favoritku dengannya. Yah apa lagi kalau bukan ia yang aktif bergoyang bak biduan itu.
Ia masukkan penisku kembali ke vagina kakakku yang belum sempat kering. “bless”
“Joo, kakak mulai ya” ucapnya sambil mengecup bibirku.
Tak sempat aku balas, ia sudah menaik-turunkan pinggulnya memompa pelan sambil merangkulku.
“Joo.. puaskan kakak sebelum kamu balik” bisiknya sambil tetap menaik-turunkan pinggulnya.
“Pasti Kak..” desahku sambil mencengkram pantat kak Yanti yang sedang naik turun.
Ia tahu saat aku mencengkramnya, ia ganti gerakan naik turunnya dengan bergoyang.
“Ohh Kak, aku sayang kakakkk” kataku sambil masih berpegang pada pantatnya.
Ia mulai bergerak liar, “ayooo Jooo… barenggg” pintanya saat menggoyang dan menaik-turunkan pinggulnya secara tak beraturan.
“Akhhh Jooo…” “Kakak…” erang kami sambil saling mendekap menandakan pencapaian puncak kami.
Kami masih saling berpelukan. Kemudian kak Desi mendekat, lalu ku baringkan kak Yanti disampingku.
Kak Desi langsung menyosor penisku yang masih menyisakan kedut.
Linu dan geli kurasa saat kak Desi menghisao habis cairan hasil kerja ku dan Kak Yanti.
“Makasih ya Joo, besok disana aku main tempat kamu ya” ucap kak Desi sambil mengecup bibirku.
Kak Desi kembali berpakaian, aku masih terdiam memandang kemolekan tubuhnya.
“Cantik, montok, masih kencang, baik pula” batinku memuji kak Desi.
Aku mendekatinya, kupeluk dan kukecup keningnya. “Kakak mau kemana?” tanyaku bagai orang tolol
“Balik ke kamar, aku kan sama anak2” jawabnya sambil membalas pelukanku.
Kak Desi pun mengucapkan salam perpisahan lalu pergi meninggalkan kami berdua.
Tak terasa telah lewat tengah malam, tapi aku yang selesai berjuang bersama 2 ibu seksi ini belum merasa mengantuk.
Kulihat kak Yanti yang masih terbaring menatap penuh senyum bahagia.
“Andai kakak iparku seramah ini setiap saat, aku ga akan jauh2 kuliah di kota itu” pikirku sambil mendekati kak Yanti yang terbaring lemah.
Aku ambilkan minum untuknya, kami minum dari botol yang sama.
Saat aku meletakan botol mineral di meja dekat sofa, ia memelukku dari belakang dan berucap “makasih ya Jo.. kakak seneng malam ini”.
Aku balik badan dan memeluknya penuh kasih sayang, mencium keningnya dan mengajaknya bersantai di sofa dengan keadaan masih telanjang.
“Kak Bejo mau tanya, tapi kakak jangan tersinggung ya” kataku sambil mengelus rambutnya.
“Tanya aja Jo” jawab kak Yanti yang sedang menyandarkan kepalanya di dadaku.
“Kakak kenapa sih kayaknya marah2 terus? Bejo juga sering kena marah kakak” tanyaku yang sebenarnya takut membuat kakak iparku tersinggung.
“Kakak kan emang gini jo, kakak marah2 tanda peduli sama kamu jo. Jangan diambil hati ya Jo” katanya sambil membelai-belai burungku yang setengah berdiri.
“Kalo dibelai gitu, nanti dia bangun loh kak” kataku merespon aktifitas kak Yanti
“Biarin, nanti kakak goyang dia biar mabok sampai muntah2” balasnya
Lama kelamaan si otong bangun juga karena merasa tertantang.
“Ihh beneran bangun” sambung kak Yanti sambil mengocok penis kesayangannya
“Tanggung jawab loh Kak” kataku meledek
Ia tak menjawab, malah memasukkan penisku ke mulutnya.
“Ahh kak.. kakak ku yang seksi.. kamu paling jagoo” erangku saat milikku disedot2 mulutnya.
Saat kakakku menyadari penisku telah bangun 100%, ia seperti bangga. Tersenyum lalu mengecup bibirku.
Anehnya kali ini ia buru2 masukkan penisku ke dalam liang senggamanya
“Jo, kakak mau layani kamu.. waktunya kamu yang dapat pelayanan dari kakak” katanya.
Ia goyang naik turun, aku tak kunjung takluk. Kini ia malah yang mencapai orgasmenya.
“Mungkin kakak pikir akan semudah itu” batinku sambil mengecupnya.
Kak Yanti yang konsisten dengan omongannya turun dari pangkuanku, ia kembali memberikan blowjob padaku.
Sesekali ia menatap keatas melihat aku yang sedang terengah-engah menikmati pekerjaannya.
Tak kunjung ada tanda aku akan keluar, ai posisikan penisku pada belahan dadanya yang besar itu.
“Wow.. titfuck!” seruku dalam hati sambil meringis menikmati jepitan dada kakak iparku ini.
Mungkin karena capek dengan posisi itu, kak Yanti kembali naik ke pangkuanku. Aku kira bakal ia masukkan kembali penisku ternyata malah “kakak istirahat dulu yah” katanya.
Aku biarkan dia duduk di sampingku, tapi sayang.. aku yang sudah terlanjur simpati pada perjuangannya juga ingin memberikan sesuatu padanya.
Lalu aku berjongkok di depannya, ku buka lebar pahanya. Terpampanglah vagina tembem yang gundul, “waktunya bekerja” pikirku.
Mulai aku jilati dari bawah, antara vagina dan anus sampai ke clitorisnya. Kak Yanti seakan bergetar merespon perlakuanku.
Aku balik lagi kebawah, saat jilatanku sampai lubang vaginanya.. aku tusuk2an lidahku ke liang tesebut. Yang membuat kak Yanti sampai menjambak rambutku.
“Jooo.. udahhh jo… nanti kakak gak kaut.. ngelayanin kamu.. ohhhkhh” erangnya saat aku tusuk2an lidahku ke sana.
Kembali aku naikkan jilatanku ke klitorisnya, jilat hisap gigit kecil, jari ku menggantikan lidahku di liang vagina kakak iparku ini.
Hal ini membuat kakakku kembali mendapat orgasmenya.
“Jooo… udahhh… enakkk.. ahhkkkhh jooo… kimakkkk…” teriaknya saat orgasme datang menjemputnya.
Aku yang masih di selangkangannya tak bisa bergerak karena dihimpit paha dan rambutku dijambaknya.
Saat mulai relax, aku kembali ke posisiku di samping kak Yanti.
“Brengsek kamu Jo.. bisa mati lemes aku tiap malem” kata kakak ku yang merasa puas karena pelayananku.
Aku yang masih belum apa2 masih menunggu aksi lanjutan kakakku ini.
Ia kembali naik di pangkuanku dan buru2 memasukkan penisku “bentar Jo, kakak ambil nafas dulu” katanya sambil terengah-engah.
Aku yang berharap terpuaskan kali ini tak tinggal diam, aku mainkan pagudara besar yang menggantung di depanku. Aku sedot kuat dengan tiba2.
“Akhhh Joo..” erang kakakku sambil mulai menggoyangkan pinggulnya.
Saat itu juga ia bergerak liar, goyang genjot goyang genjot… sampai ia mendapatkan orgasmenya lagi.
“Akhhh anjingg.. Jooo..” katanya sambil mendekapku kuat2.
Aku yang belum terpuaskan mulai mengangkat sedikit paha kak Yanti dan mulai menghujamkan penisku berulang-ulang dari bawah. Kuhantam memeknya sampai mengalirkan air nafsu kakak iparku. “Cprakt cprot” bunyi kedua selangkangan kami yang bertemu.
Kak yanti yang baru mendapat orgasmenya mengerang-erang kembali
“Ahkkhh ohkkhhh Jooo.. ampunn… jooo.. enakkkk..” hanya itu yang terdengar dari kakakku yang masih mendekapku erat-erat.
Aku yang agak lelah berhenti dan membawa tubuh molek kakakku menuju ranjang.
Aku baringkan kakak iparku ini di tepi ranjang, aku mulai kembali menggenjotnya dengan speed menggila mengejar puncakku.
“Joo.. ampunn.. jo.. kakak sobek” ceracau kakak iparku yang tak kuhiraukan.
Kak Yanti masih menggeliat tak karuan menerima seranganku sampai akhirnya dia pun kembali mencapai titik puncak kembali.
“Joo… memek kakak perih.. ampun Joo..” begitu rengek kakakku terdengar saat aku berhenti agar dia menikmati orgasmenya.
Anehnya tak banyak cairan lagi di memeknya, seakan lembab tapi tak sebasah sebelumnya.
Aku pun melihatnya sambil menjilati liangnya agar tetap basah.
“Mungkin kah dia sudah gak mampu lagi?” pikirku sempat bingung karenanya.
Tapi kebingunganku hilang saat kurasa vagina tembem itu kembali basah, aku yang tadi sudah hampir mencapai puncak kembali ingin menjelajahi vagina kakak iparku ini.
Aku kembali posisikan penisku di depan liangnya.
“Joo, kakak rasanya udah ga sanggup joo.. kakak lemes banget” ucapnya dengan wajah yang memelas.
“Glukosa sumber tenagaku dari martabak manis nih” batinku
“Kak, maaf yah.. Bejo udah hampir kok” jawabku sambil kembali memasukkan penisku.
Ku ayunkan punggulku pelan sambil menikmati himpitan vagina kakakku yang lebih nikmat dari milik Kak Tuti tadi siang. Ngocoks.com
“Sayang.. ohhh ahhh” kak Yanti kembali mendesah.
Ku tingkatkan sedikit temponya, kakakku masih sanggup menerima permainanku.
Saat ku naikkan kembali ke ritme paling tinggi, kakak ku menganga seperti serigala yang melolong
“Ohhh Jooo.. Ohhh…”
Tak sia2kan kesempatan, terus kukayuh sampai akhirnya jebol maniku menyirami liang kakak iparku.
“Kakkk.. ahhhkkhhh” erangku sambil mendekap tubuh kakakku yang sudah lemah.
Kakak iparku juga ikut mendekapku kuat2, denyutan ku berhenti tapi akj merasa ada denyutan dari kakak iparku.
“Mungkinkah kak Yanti orgasme panjang?” Batinku
Aku bangkit dengan maksud ingin bangkit dari tubuhnya, tapi dicegahnya.
“Jangan dulu Jo.. kakak mau tidur dipelukan kamu” katanya sambil mengecup pipiku.
Saat dekapannya lemah, aku pun bangkit. Kulihat ternyata kak Yanti tertidur.
Saat itu sudah pagi. Aku yang lelah pun berusaha tidur di sebelahnya sebelum nanti sore pulang ke kota dimana aku kuliah.
Sore kurang lebih jam 2 aku dibangunkan kakakku, yah kali ini tak pakai kaki atau bentakan.
Dia menggoyangkan tubuhku yang lengket penuh peluh akibat semangat juang pertempuran semalam.
“Joo.. bangun.. tuh udah soree.. bangun.. kamu nih gak berubah.. dasar pemalas!”
“What?? Aku kira udah berubah”
Aku bangkit dan duduk di ranjang.
“Joo, kayaknya kakak sakit nih” sambil memegang vaginanya.
Aku yang penasaran beringsut melihat vaginanya dengan mengangkangkan pahanya.
“Aduh joo, kakak sakit malah mau dikerjain lagi” ucap kakakku kaget melihat tingkahku
“Memek kakak merah” balasku
“Duh pegel tuh disitu Joo..” kakak iparku mengeluh
Aku mensejajarkan badanku diatas kak Yanti, ia merangkulku kan seakan mengerti kalau aku berniat mencium bibirnya. Bibir kami pun beradu, aksi kami diakhiri dengan mandi tanpa entot lagi karena vagina kak Yanti masih pegal katanya.
Sorenya aku berangkat ke kota dimana aku kuliah.
Masih ada 1 setengah baya dan 1 daun muda.
Mau lanjut, takut waktu tak terkejar.
Mau Sekian? Terserah pembaca saja.
Maaf jika tulisan acak2an, maklum belum pernah bikin skripsi jadi pasti banyak salah dalam pemilihan kata serta tata cara penulisan.
Salam
Bersambung…