Vera terlihat agak canggung berdua denganku. Untuk mencairkan suasana aku mengajak dua duduk di sebelahku sambil menonton tv.
“Ini benar kamu gak keberatan, atau karena paksaan suamimu, tanyaku sambil meraih tangannya lalu kugenggenggam tangan kanannya. “ Ini malah ide saya sebenarnya, karena Mas Rama selain bibitnya lemah, dia juga lemah dalam hal hubungan,” kata Vera.
“ide kamu maksudnya gimana,” tanyaku.
“Ya saya kan normal Pak, dan pasti juga punya keinginan, sedangkan Mas Rama baru nempel aja udah muncrat, saya kadang-kadang keceplosan karena kesel bilang udah mas kita pisah saja deh dari pada saya selingkuh,” kata Vera.
“Rupanya ceplosan saya itu jadi bahan renungan Mas Rama cukup lama, sampai suatu hari dia menawari solusi tanpa harus bercerai, Mas Rama ingin diurus saya seumur hidup, katanya gitu. Saya juga gak tega ninggali dia dalam keadaan begitu,” kata Vera.
Kutarik kepalanya menyandar di bahuku, dia melemah dan aku merasa sepertinya dia menangis. Pasti dia juga mengalami perang batin yang hebat. Kubelai rambutnya sambil pelan-pelan kutengadahkan wajahnya.
Benar juga air matanya meleleh. Kucium pipinya dia melemas saja. Lalu keningnya ku kecup, badannya makin melemah, perlahan-lahan kedua mulut kami bertemu.
Awalnya Vera tidak bereaksi ketika bibirnya aku kecup, tetapi tidak lama kemudian dia mulai memberi respon, ikut menjulurkan lidahnya masuk ke dalam mulutku.
Nafasnya makin cepat, badannya kupeluk erat-erat dan perlahan-lahan kurebahkan di sofa, tanganku meremas payudaranya dari luar baju. Vera mulai melenguh menandakan birahinya mulai bangkit. Kubopong tubuhnya ke arah tempat tidur dan kuletakkan perlahan-lahan.
Vera sudah pasrah, tetapi dia tidak berani memulai melucuti bajunya sendiri. Aku membuka baju dan celanaku hingga hanya tinggal celana dalam. Lalu kupeluk Vera dan kubalikkan sehingga posisi kami Vera menindihku.
Dengan posisi ini aku lebih muda melucuti bajunya, sementara itu Vera menciumi leher dan dadaku yang agak berbulu. Vera sangat membantu ketika bajunya kulucuti semua sampai celana dalamnya pun sudah lepas dari kedua kakinya.
Sempurna sekali istri Rama, badannya putih berisi dan bentuknya masih bagus, karena pinggangnya belum melar. Payudaranya masih tegak dan diselangkangannya tumbuh bulu yang tidak terlalu lebat.
Kubisikkan ke Vera untuk cuci-cuci dulu di kamar mandi.
“Gendong,” katanya manja.
Aku sudah membuka celana dalam sehingga kami berdua sudah bugil. Vera memelukku dari depan dan kakinya dilingkarkan ke pinggangku. Aku berjalan ke kamar mandi sambil menggendong Vera.
Di kamar mandi kami mandi dengan pancuran dan saling menyabuni. Batangku yang sudah mengeras berkali-kali dikocok-kocok. Aku berusaha sekuat mungkin agar tidak muncrat.
Setelah mengeringkan badan dengan handuk Vera kembali kugendong, kali ini dia kugendong belakang.
Perlahan-lahan tubuhnya kurebahkan ke tempat tidur lalu ku tindih dan menciumi wajah lu lama kami saling berciuman mulut dengan mulut. Sementara itu tanganku sudah menjalar sampai ke belahan memeknya.
Terasa berlendir di sana. Kedua puting susunya aku kecup dan kenyot sampai Vera mgnggelinjang. Putingnya masih kecil, karena Vera belum pernah hamil. Meski puting kecil, tetapi tegak mengeras, sehingga nikmat sekali dijilat dengan sapuan lidah.
Perlahan-lahan ciumanku merambat kebawah dengan mampir sebentar menjilati pusarnya.. Aku terus kebawah dan kakinya sudah kukangkangkan. Ketika lidahku mulai menjilati gundukan memeknya, kepalaku ditahan oleh kedua tangan Vera. Mas jangan kesitu aku malu,” katanya.
“Apa kamu belum pernah begini,” tanyaku.
Vera menggeleng. Pantas saja Vera kecewa, karena pengetahuan Rama mengenai mencumbui perempuan masih minim.
Aku menarik kedua tangan Vera yang sebenarnya sudah agak melemas, apalagi ketiga ujung lidahku memasuki belahan memeknya. Dia seperti terkejut ketiga ujung clitorisnya terkena sapuan lidahku. Bukan itu saja dia melenguh tanpa dia sadari.
Lidahku merasa ada bagian yang mengeras. Aku menghindari lidahku mengenai ujung clitorisnya, karena dia akan merasa geli dan ngilu.bagian yang mengeras tadi semakin membesar sehingga jika dilihat agak menonjol.
Pada titik ini aku yakin Vera sudah sangat terangsang. Mulailah ujung lidahku menjilati ujung clitorisnya. Vera merintih dan menggelinjang gak karuan. Aku berusah menahan gerakannya agar jilatanku tetap fokus.
Vera makin keras merintih lalu terdiam sejenak. Tiba-tiba tangannya menekan kepalaku agar lebih rapat ke memeknya dan kedua kakinya menjepit. Vera sepertoi setengah berteriak melepaskan hasratnya. Semua hal itu diluar kesadarannya, karena dorongan rasa nikmat yang mengakibatkan Vera mengekspresikannya dengan lenguhan setengah berteriak.
Mulutku masih belepotan lendir, tetapi ketika kusergap mulutnya Vera dengan ganasnya melumat bibirku. Badannya seperti kejang dengan ritme tertentu mengikuti ritme orgasmenya. Setelah reda dari deraan rasa nikmat, kulepas ciuman dimulutnya.
Vera mengatakan cumbuanku maut sekali sampai dia merasakan seluruh badannya lemas.
Vera kembali kukecup dengan variasi permainan lidah, sementara itu jariku sudah masuk ke dalam liang vaginanya yang sudah sengat berlendir. Kuusahakan mencari Gspotnya dengan sentuhan halus jari tengahku, setelah aku merasa menemukannya, kuusahakan jari manisku ikut masuk. Meski agak susah tetapi akhirnya berhasil juga .
Sementara dua jariku berada di liangnya, aku duduk di antara kadua kakinya , Kedua jariku mengcok vagina Vera dengan mengangkat-angkat. Vera kembali mendesah dan tak lama kemudiaan dia berteriak bahwa dia kebelet pipis dan rasanya gak bisa ditahan. “Lepas aja Ver” kataku.
Vera mengalami orgasme dahsyat sampai dari lubang kencinya muncrat cairan agak kental mengenai dadaku. GElombang orgasmenya cukup lama, mungkin sekitar 8 kali berdenyut-denyut sampai akhirnya hilang.
“Aduh pak rasanya nikmat banget dan lemes banget, yang muncrat tadi apaan ya kencing ya, sorry ya aku gak bisa tahan,” katanya.
Tangannya kubimbing ke dadaku yang masih ada cairan ejakulasinya. “ lho kok kental juga kaya sperma,” kata Vera.
Dia mengaku belum pernah mengalami hal seperti ini.
Aku diam sana dan perlahan-lahan mengambil posisi menindih dan mengarahkan penisku memasuki liang vagiannya. Terasa agak susah. Vera berkali-kali memintaku perlahan-lahan karena agak sakit rasanya. “Bapak punya kayaknya lebih besar dari punya Mas Rama,” katanya.
Aku menuruti keinginannya dan perlahan-lahan penisku yang sebenarnya tidak terlalu besar hanya 15 cm dan keras seperti kayu tenggelam seluruhnya ke dalam memeknya.
“Aduh pak rasanya memekku penuh banget dan mentok ya,” begitu komentarnya.
Aku mulai mengayuh perlahan-lahan sambil mencari posisi yang dia sukai. Biasanya wanita yang baru saja mengalami orgasme maka untuk mencapai orgasme berikutnya sangat mudah, sebelum aku mencapai orgasme Vera sudah mendahului sampai dia minta aku berhenti dulu, karena katanya badannya sudah lemes banget.
Tetapi aku tidak perduli karena aku rasanya juga hampir sampai. Aku menggenjotnya makin cepat dan irama gerakanku seperti senada dengan rintihan Vera. Penisku kubenamkan sedalam-dalamnya dan kulepaskan spermaku dengan rasa sangat nikmat. Sementara itu aku merasa memek Vera juga berdenyt-denyut menandakan dia menapai orgasme lagi .
“Aduh pak rasanya nikmat sekali disiram cairan anget, jangan ditarik dulu ya pak biar masuk semua,” aku turuti saja kemauannya sambil aku menahan berat badanku agar tidak terlalu berat Vera tertindih.
Kami bertahan sekitar 10 menit dalam keadaan seperti itu, sampai terasa penisku mulai mengembang lagi. Pelan-pelan kupompa penisku keluar masuk, sampai akhirnya cukup keras, tapi belum keras sempurna. Vera mengimbangi gerakanku dengan memutar pinggulnya.
Aku merasa lelah dari tadi berperan aktif. Kubalikkan posisi sehingga Vera sekarang menindihku. Mulanya dia tengkurap di atas tubuhku, tetapi akhirnya dia duduki penisku karena dengan begitu dia merasa leluasa mengontrol gerakan.
Penisku terasa seperti diremas-remas ketika Vera melakukan gerakan maju mundur. Vagina Vera tergolong vagina yang nikmat disetubuhi sehingga rasa cengkeram di penisku nikmat sekali.
Vera ambruk setelah mendapat orgasme. Dia mengatakan lemas sekali badannya. Kuminta dia tidur tengkurap dan menaikkan bagian pinggulnya. Kemaluannya kusodok dari belakang.
Terasa nikmat sekali cengkeraman vagina Vera ketika perlahan-lahan kubenamkan penisku. Dengan posisi doggy style Vera merintih kembali kerena sodokan dari belakang ini menyundul-nyundul Gspotnya. Dia mencapai orgasme lagi lalu ambruk.
Aku telentangkan badannya dan kembali kukayuh dengan gerakan yang cepat. Aku ingin segera menyudahi pertempuran ini karena aku juga sudah lelah. Aku tidak peduli dengan posisi nikmat Vera, aku mencari posisiku yang nikmat agar segera orgasme. Genjotanku makin cepat, eh ternyata Vera menyukai. “Kasari aku Pak, kasari,” rintihnya.
Aku pun mengikuti keinginannya dengan melakukan gerakan cepat dan kasar menabrak-nabrakkan kedua kelamin kami. Orgasmeku sudah makin dekat, tetapi Vera sudah merintih orgasme, Mendengar rintihan itu aku makin terangsang sehingga akupun mencapai ejakulasi dengan kembali sedalam-dalamnya membenamkan penisku
Vera kembali aku lumat bibirnya dan dia merespon dengan ganas. Ini adalah rahasiaku memuaskan wanita. Sebab perempuan jika mencapai orgsme lantas dikecup, maka rasa dirinya disayang pasangannya.
Vera tidak kuat berlama-lama dia langsung jatuh tertidur. Aku bangkit ke kamar mandi membersihkan diriku dan sekeluarnya membawa handuk basah yang hangat. Memek Vera yang sudah penuh dengan spermaku sampai meleleh keluar aku bersihkan. Vera tidak kuat membuka matanya. Dia tertidur pulas ketika memeknya aku bersihkan.
Badannya masih telanjang aku tutupi dengan selimut tebal. Vera sudah mendengkur halus. Aku ikut masuk ke dalam selimutnya juga dalam keadaan telanjang.
Mungkin kurang dari 5 menit aku pun sudah hanyut tertidur.
Aku tersadar bangun ketika merasa penisku digenggam-genggam. Dari celah kordin kulihat sinar matahari mulai terang. Vera sudah kembali bernafsu dan kubiarkan saja sampai akhirnya dia mengulum penisku. Pertahananku tentu saja kuat karena tadi malam sudah dua kali aku nyembur.
Kami main sekali lagi dan ketika mandi saat berendam di air panas penisku kembali bangun, Vera langsung duduk dipangkuanku dengan sebelumnya memasukkan penisku kami bermain di dalam bath tub, rasanya memek Vera agak seret.
Aku konsentrasi untuk bisa segera muncrat. Bener juga tidak lama kami bermain aku berhasil melepas spermaku meski cuma sedikit. Rasanya Vera belum nyampe. Cerita ini dipublish situs Ngocoks.com
Sejak permainanku pertama, untuk selanjutnya aku selalu diundang ke rumah mereka.Aku tidur dengan Vera sementara Rama tidur sendiri di kamar lain. Aku kasihan juga melihat penderitaan Rama.
Ketika masalah ini aku singgung dalam obrolan kami, Rama menyatakan, jika aku yang meniduri istrinya dia sama sekali tidak keberatan, karena Rama merasa berhutang nyawa denganku.
Kadangkala, sebelum nafsuku bangkit , Vera sudaha menelponku untuk menginap di rumahnya. Sesungguhnya nafsu Vera cukup besar. Pantas saja dia sulit menahan hasrat sexnya saat suaminya tidak mampu.
“ Bapak saya ikhlas lahir batin, Bapak itu sudah seperti saudara kandung saya sendiri, bahkan saya kadang-kadang merasa, bapak sepantasnya menjadi suami Vera,” kata Rama.
“Kalau soal yang lain saya dapat mengerti, tetapi kalau saya menjadi suami Vera, rasanya saya tidak tega memelihara perasaan seperti itu,” kataku.
Masalah seperti ini pernah kami diskusikan bersama Vera. Sebenarnya tidak sulit menggeser Vera untuk menjadi milikku. Namun hati kami sama-sama merasa tidak tega terhadap Rama.
Sekitar 6 bulan aku berusaha membuahi Vera akhirnya mulai menunjukkan hasil. Hasil pemeriksaan Vera positif hamil. Meski dalam keadaan hamil, hasrat Vera tidak surut.
Kami berhenti berhubungan sampai menjelang kelahiran anaknya ketika usia kandungannya sudah hampir 9 bulan. Bagi yang belum pernah, rasa menyetubuhi wanita hamil muda itu rasanya nikmat sekali. Memeknya terasa lebih mencengkeram.
Aku bersama Rama menunggu proses melahirkan Vera di rumah sakit. Anaknya berhasil lahir secara normal. Ketika aku diajak masuk ke ruang persalinan oleh Rama aku menolak. Nggak enak rasanya, meski itu benihku. Biarkanlah Rama mewujudkan keinginannya menjadi ayah. Anak yang lahir laki-laki.
Selama masa nifas tentu saja aku haru berusaha menahan diri. Setelah 40 hari undangan dari Vera agak sulit aku tolak. Aku terus melakukan hubungan dengan Vera dan Rama makin akrab.
Aku menyarankan Vera agar tidak hamil lagi dalam waktu dekat. Paling tidak perlu waktu sela 18 bulan. Dia menuruti dengan memasang spiral. Setelah setahun setengah spiral dilepas dan tidak sampai sebulan Vera langsung hamil lagi. Kami menerapkan cara-cara mendapatkan anak perempuan.
Upaya kami membuahkan hasil, karena anak keduanya memang lahir perempuan. Rama bukan main girangnya melihat anaknya sudah sepasang.
Sejak anak kedua lahir aku agak jarang mengunjungi keluarga Rama, karena selain Vera lelah mengurus kedua anaknya, aku pun sudah menemukan tambatan baru dan mengawininya