Sedang asyik-asyiknya nonton, Ellsa keluar dari kamarnya lalu duduk disebelahku sambil mengenakan sarung. Tidak lama kemudian dia minta izin untuk berbaring di sofa berbantal di pangkuanku. Dia minta perutnya digosok-gosok, katanya jika digosok-gosok rasanya nyaman dan meredakan rasa sakit.
Mulanya aku menggosok dari luar kausnya, tetapi lama-lama Ellsa minta tanganku masuk ke dalam kausnya. Kuturuti kemauannya, kugosok perutnya. Terasa kulitnya tidak berminyak tetapi sudah licin karena rasanya dia membedaki seluruh bagian perutnya.
Tangan Ellsa menumpang diatas tanganku yang menggosok perutnya sampai ke ulu hati, Mungkin maksudnya mengarahkan tanganku menggosok bagian mana yang harus digosok untuk mengurangi rasa sakit.
Mulanya sih memang dia memandu gerakan di bagian kiri dan kanan, tetapi lama-lama dia mengarahkan agar aku menggosok pula payudaranya. Kuturuti saja kemauannya karena aku pun merasa syur. Nafas Ellsa mulai makin cepat lalu beberapa saat mendesis, terutama ketika telapak tanganku menyentuh puting susunya.
Aku tetap melemaskan taganku menuruti kemauan tangannya mengarah kemana saja. Namun lama-lama tangannya mengarahkan gerakan gosokan tanganku ke bagian susunya saja baik yang sebelah kanan, maupun sebelah kiri.
Lalu dia kelihatannya mendorong telapak tanganku meremas susunya. Tentu saja aku suka dengan arahannya. Ellsa lalu merintih dan mendesis , “ Ssssshhhhhh ooom ssssssh”
Akupun jadi terangsang pula dan tanpa arahan tangannya aku meremas lembut susunya kiri dan kanan bergantian . Bukan itu saja pentilnya sesekali aku pelintir juga. Begitulah terapi nikmat itu akhirnya memang berakhir sekitar satu jam.
Kutarik kebawah kausnya yang tergulung keatas, lalu kubelai-belai rambutnya. Celakanya kepalanya yang berbantal pahaku menjepit batang penisku yang menegang. Mestinya dia merasa, tapi Ellsa sepertinya tidak acuh.
Jam sudah menunjukkan 11 malam dan aku mengatakan ke Ellsa waktunya tidur. “ Oom Ellsa takut tidur sendiri, takut malam-malam kambuh lagi sakitnya,” katanya.
“Jadi bagaimana,” tanyaku.
“ Aku tidur deng oom, jadi kalau nanti sakit oom bisa langsung tolong toh,” katanya.
Ini bahaya membawa nikmat, batinku.
Kemauannya aku turuti, karena aku pun sesungguhnya memang sama sekali tidak keberatan alias ingin juga. Tempat tidurku tidak terlalu besar, hanya berukuran lebar 120 cm. Jika untuk sendiri memang lega sekali, tetapi kalau ditempati berdua meski cukup tapi jadi berhimpitan. Kamarku ada AC, sehingga harus tidur berselimut.
Mulanya aku dan Ellsa tidur berdua berhimpitan dalam posisi sama-sama telentang dengan bantal masing-masing, walau masuk dalam satu selimut. Aku agak sulit tidur, karena dalam otakku berkecamuk berbagai pikiran antara yang positif dan negatif terus-terusan bertempur.
Belum lama berbaring Ellsa mengubah posisinya miring memelukku dan kepalanya berbantal ke dadaku. Karena posisinya di kananku, maka kaki kanannya menindih batang penisku yang mengeras.
Mula-mula aku mengelus punggungnya, tetapi lama-lama meraba teteknya dari samping dan meremas-remas dan berlanjut tanganku masuk ke dalam kausnya. Ellsa terasa nafasnya mendengus-dengus dan kepalanya dia naikkan sehingga berada disamping pipiku.
Ellsa menciumi pipiku dan telingaku jelas sekali terdengar dengusan nafasnya yang makin keras. Aku mengenali sekali bahwa dengusan seperti ini menandakan perempuan dalam keadaan terangsa birahinya. Kumiringkan kepalaku lalu kukecup bibirnya dan aku kulum bibirnya. Mendapat perlakuan itu, Ellsa seperti bersemangat menyambut ciumanku, dia menyedot-nyedot mulutku.
Sambil mengulum tanganku mulai meremas susunya. Padat sekali dan kenyal susu perawan. Ellsa makin kelihatan bergairah. Aku tidak membuka kausnya tetapi tanganku terus meremas dan memelintir pentilnya yang masih kecil dan keras.
Sebagai laki-laki normal tentu saja aku tidak puas hanya mendapat remasan tetek, tanganku mulai meluncur ke bawah. Ellsa malam itu mengenakan piyama celana panjang. Tanganku menelusup di bawah piyama dan langsung masuk ke dalam celana dalamnya.
Tanganku merasakan gudukan empuk di selaangkangannya. Terasa bulu-bulu halus yang masih jarang. Aku memainkan jari tengahku diantara lipatan memeknya yang basah oleh lendir. Ellsa bergerak-gerak ketika itilnya kumainkan. Aku terus memainkan itilnya sampai akhirnya dia orgasme.
Aku pelan-pelan meloloskan celana dan CDnya kebawah. Ellsa pasrah saja. Aku lalu menciumi perutnya lalu pelan-pelan menelusur ke bawah. Pandangan yang sangat menggairahkan gundukan memek yang munjung dihiasi bulu halus yangbaru tumbuh.
Akupun menjilati belahan memeknya yang masih rapat dan pelan-pelan ujung lidahnya menerobos masuk ke lipatan memeknya sampai menemukan tonjolan keras. Clitorisnya aku jilati terus sampai Ellsa akhirnya mencapai orgasme lagi.
Sebetulnya aku ingin menancapkan senjataku ke memeknya, tetapi kesadaranku mencegah. Sementara itu batangku sudah sangat mengeras dan butuh pelayanan untuk menormalkan kembali. Kuraih tangan Ellsa lalu kuarahkan ke selangkanganku.
Mulanya dia kuminta meremas-remas dari balik celanaku. Ellsa mengikuti saja kemauanku. Namun rasanya kurang memuaskan sehingga aku pelorotkan celanaku dan tangan Ellsa langsung meremas penisku yang sudah menegang sempurna.
Dia kuminta melakukan gerakan mengocok. Sebentar saja dia mengocok aku sudah merasa akan segera ejakulasi. Kusingkirkan tangannya lalu kubekap penisku yang memuntahkan lahar panas yang putih.
Malam itu kami tidur dengan bagian bawah telanjang. Sampai pagi tidak terjadi insiden. Namun setelah malam itu, Ellsa jadi ketagihan tidur sekasur denganku. Jadinya hampir setiap malam kami melakukan oral sex. Ellsa kuajari bagaimana mengoralku. Meskipun dia mulanya tidak mau tetapi dalam keadaan terangsang mudah mematahkan pertahanannya.
Ellsa punya kebiasaan baru. Jika kami di rumah berdua, dia sering hanya mengenakan celana dalam saja dan kaus tanpa BH. Untungnya aku sangat jarang kedatangan tamu, sehingga perilaku Ellsa tidak menjadi masalah.
Ellsa jadi semakin manja terhadapku. Aku diperlakukan sebagai kekasihnya. Jika kami berdua nonton TV dia pasti minta aku pangku. Pada posisi seperti itu, kami jadi tidak lagi memperhatikan tayangan TV tetapi sibuk dengan saling meraba dan mencium.
Suatu kali pada malam suasana sepi karena hujan deras. Aku terpaku menyaksikan film action di TV, Ellsa muncul dengan baju kaus yang seperti rok. Seperti biasa dia minta dipangku. Mulanya aku tidak sadar jika Ellsa ternyata tidak mengenakan celana dalam.
Baru kuketahui ketika tanganku mengelus-elus selangkangannya. Tanganku merasa bersentuhan dengan gundukan daging dengan bulu-bulu halus. “Kok kakmu gak pakai celana?” tanyaku.
“Tadi pakai, tetapi basah karena terkena pipis, jadi malas ambil lagi yang baru. Sudah biar saja begini, Nanti toh kalau tidur kan tidak pakai celana juga,” jawabannya masuk diakal, sehingga aku tidak curiga ada niatan lain dari aksinya malam ini. Apalagi kemi punya kebiasaan baru, tidur selalu tanpa celana dalam.
Batang penisku diduduki Ellsa menjadi keras perlahan-lahan. Karena posisinya tidak tepat jadi tertindih badannya yang lumayan berat jadi sakit. Aku minta Ellsa mengangkat sebentar badannya. Aku lalu memelorotkan celanaku.
Penisku kuarahkan lurus keatas mengikuti kontur tubuhku. Ellsa Pelan=pelan kuarahkan duduk dipangkuanku dengan lipatan memeknya tepat diatas batang kontolku yang tertekan pada posisi menempel ke badanku. Aku memang duduk agak rebah bersandar.
Aku merasa belahan memeknya licin oleh lendir. Lalu iseng-iseng aku gerakkan badannya maju mundur, sehingga memeknya menggesek-gesek batang penisku. Rasanya kurang memuaskan karena bongkahan pantat Ellsa yang montok menghalangi keleluasaan bergerak.
Ellsa kuminta mengubah posisi sehingga dia duduk di pangkuanku berhadapan. Kakinya ditekuk sehingga dia bebas melakukan gerakan maju mundur. Rasanya nikmat sekali. Namun karena itu aku jadi penasaran untuk mendapat nikmat yang lebih tinggi.
Batang penisku sudah basah oleh lendir memek Ellsa, apalagi memeknya yang juga sudah licin. Ellsa kuminta mengangkat posisi duduknya dan aku memegangi penisku lalu mengarahkan ke lubang vaginanya. Setelah tepat posisinya Ellsa kuminta merendahkan duduknya.
Terasa sulit sekali kepala penisku membelah lubang vaginanya. Ellsa juga mengeluh karena dia merasa sakit. Aku tidak kehilangan akal, Aku lumuri sekujur penisku dengan ludah, lalu kami mulai mencoba lagi. Penisku bisa sedikit masuk ke lubang vagina Ellsa. Aku minta dia terus merendahkan badannya.
Meski Ellsa mengernyit sebagai ekspresi sakit, tetapi dia masih mau mengikuti arahanku. Kedua tanganku memegangi kiri kanan pinggulnya. Ellsa berhenti merendahkan badannya karena menurut dia memeknya terasa perih. Aku tidak memaksa penisku masuk terus meski sekarang sudah masuk sekitar3 cm.
Melalui arahan tanganku Ellsa kuarahkan bergerak naik-turun. Jalan masuk ke vaginanya makin licin dan kepala penisku bisa masuk sekitar 2 ruas jari. Ellsa masih menahan untuk tidak memasukkan seluruh penisku ke dalam vaginanya.
Aku pun merasa ada halangan selaput perawannya yang menahan. Kami melakukan gerakan sampai jalan masuk memeknya benar-benar terasa licin. Suatu saat Ellsa kuminta berhenti bergerak saat penisku terhalang selaput daranya.
Dengan gerakan tiba-tiba kudorong penisku dengan paksa, sehingga tembuslah penghalang itu dan penisku langsung terbenam penuh. Ellsa terkejut dan menjerit kesakitan. Meski begitu penisku sudah tertancap penuh di liang vaginanya. Aku melihat ada lelehan darah segar.
Tidak banyak, tetapi terlihat keluar meleleh di batang penisku. Setelah rasa sakit reda aku mencoba menggerakkan penisku keluar sedikit lalu masuk lagi.
Aku terus mengulang-ulang gerakan itu sampai akhirnya aku merasa akan ejakulasi. Aku tidak mampu bertahan lama karena memeknya yang sempit dan menggenggam kuat penisku membuat kenikmatan luar biasa.
Segera kucabut penisku dan kumuntahkan spermaku diluar. Aku khawatir, spermaku bisa menjadi benih yang subur di dalam rahimnya.
Selan 2 hari kemudian aku mencoba menyetubuhi Ellsa, Meski dia tidak merasa sesakit pada awalnya, tetapi masih ada rasa sakit sedikit. Oleh sebab itu dia tidak bisa mencapai orgasmenya. Baru hubungan ke tiga 3 hari kemudian pemasukan penisku ke vaginanya mulai lancar. Untuk pertama kalinya Ellsa mencapai orgasme melalalui hubungan sex yang normal.
Sejak itu kami rutin hampir setiap malam melakukan adegan sex. Namun aku tidak berani terjun bebas. Aku selalu menggunkan kondom. Pakai kondom untuk ronde pertama memang tidak masalah bagiku, tetapi kalau aku main untuk ronde kedua, seulit sekali bagiku mencapai kepuasan.
Pernah aku mengayuh sampai satu jam dengan berbagai gaya, tetap saja orgasmeku tidak tercapai. Aku terpaksa melepas sarung karet itu baru bisa merangsang penisku untuk mencapai kepuasan. Repotnya aku terpaksa buru-buru mencabut menjelang pelepasan sperma.
Aku diam-diam datang ke dokter ahli menanyakan kemungkinan melakukan steril. Aku memang tidak lagi menghendaki anak, karena anakku sudah besar-besar. Aku kemudian melakukan steril. Sejak setelah disteril, aku makin puas bermain dengan Ellsa.
Mungkin karena masih muda, atau karena pembawaannya, Ellsa ternyata memiliki nafsu sangat besar. Boleh dikatakan dia tergolong hipersex. Setiap malam dia selalu minta jatah, paginya juga ketika kami bangun pagi dia minta jatah lagi. Kalau aku pulang siang-siang dia membujukku untuk main sekali lagi. Dia pantang disenggol, kesenggol sedikit saja langsung minta jatah.
Sekitar 4 tahun aku hidup bersama Ellsa dengan kegiatan sex yang padat. Sebelum aku mengakhiri tugas di Manado, Ellsa kuperkenalkan dengan anak buahku. Mereka kelihatan cocok. Aku bahkan memberi kesempatan bagi mereka berpacaran di rumahku.
Aku tahu bahwa mereka berdua pasti melakukan hubungan sex, saat aku tidak di rumah. Aku sering memergoki mereka asyik di dalam kamar. Aku tidak menegurnya, hanya aku melarang pacarnya menginap di rumah.
Aku sudah menekankan kepada Ellsa untuk merahasiakan hubungan kami. Untungnya Ellsa mengerti, sehingga pacarnya tidak tahu kalau Ellsa juga masih melakukan hubungan denganku.
Mungkin karena kecerobohan mereka, Ellsa terlambat haidnya. Aku buru-buru menikahkan mereka. Mereka akhirnya membina rumah tangga, dan kabar terakhir aku mendengar mereka sudah memiliki 2 anak.