SUAMI MENDAPATKAN BANTUAN
“Prosesnya agak lama. Kita hanya perlu bersabar,” kata Noelle.
Angka persen di layar bergerak begitu lamban, tapi setidaknya tidak mengalami error. Elliot lantas mengambil tempat duduk lain dan duduk di sebelah Noelle. Charlotte dan Erland tengah melakukan pekerjaan mereka sendiri di luar, jadi hanya ada Elliot dan Noelle saja di dalam ruangan itu.
“Noelle, kenapa kamu meminta uang kepadaku alih – alih Johan?”
Noelle mengambil permen dari dalam saku bajunya. “Aku sudah bilang ke sekretarismu, kami berdua tidak dekat.”
Elliot melipat kedua tangannya di depan dada. “Kita juga tidak dekat.”
“Setidaknya kamu tidak semenyebalkan Johan.”
“Kita bahkan jarang berkomunikasi, bagaimana kamu tahu aku tidak semenysbalkan dia?”
Noelle, “Saat di perjamuan makan malam terakhir, kulihat kamu begitu baik dengan Charlotte. Jadi kupikir mungkin kamu tidak seburuk itu.”
Elliot akhirnya mengerti kenapa Noelle tiba – tiba mendatanginya padahal di kehidupan lampau mereka jarang sekali berkomunikasi. Tampaknya perubahan sifat yang Elliot tunjukkan di hadapan keluarganya telah membuat Noelle berpikir bila Elliot bukan orang yang jahat.
“Lagipula, memangnya aku tidak boleh menemuimu karena Ibu kita berbeda?” Noelle sedikit menundukkan kepalanya saat dia berkata, “Walau satu ibu pun, Johan dan aku juga tidak pernah berbicara. Kalian semua terlalu sibuk meributkan ahli waris perusahaan, aku jadi membenci perusahaan.”
Elliot tiba – tiba merasa bila dia salah bicara. Bagaimana pun juga Noelle masih anak – anak, sehingga wajar bila dia mudah tersinggung. Elliot sudah biasa menyindir Johan karena mereka berbeda ibu, tapi Noelle pasti tidak terbiasa.
Setelah dipikir – pikir, di rumah juga jarang ada yang berbicara dengan Noelle karena terlalu sibuk berdebat satu sama lain. Noelle masih terlalu belia sehingga dia mudah tersingkir setiap kali seluruh anggota keluarga berbicara.
Anak ini mungkin kesepian.
“Bukan begitu,” Elliot berkata, “Meski berbeda ibu, setidaknya kita satu ayah. Jadi, kita masih bisa disebut sebagai saudara.”
Noelle lantas tertawa. “Aku jamin kamu pasti tidak akan mengucapkan kalimat yang sama untuk Johan.”
“Ya, sepertinya itu agak sulit,” balas Elliot seraya tertawa.
Setelah itu keduanya tidak saling berbicara lagi, mungkin masih sama – sama canggung satu sama lain. Angka di layar sudah mencapai hampir 80 %, kemungkinan besar akan mendapatkan hasil usai menunggu selama 15 menit lagi.
Karena Elliot tidak tahan dengan suasana yang sunyi, akhirnya dia mulai berbicara lagi. “Bagaimana nilaimu di sekolah?”
Noelle berdecak, “Jangan seperti Ayah, dia selalu menanyakan hal yang sama saat bertemu denganku. Omong – omong nilaiku bagus.”
“Tahun ini kamu akan lulus, apa Ayah memaksamu untuk masuk ke bidang pembangunan atau manajemen bisnis?”
“Ya, seperti biasa. Dia ingin Putranya meneruskan bisnis, tapi aku tidak berminat, aku ingin masuk ke jurusan IT. Lagipula, kamu yang sudah susah payah kuliah di Teknik Sipil dan Bisnis saja masih bisa di depak dari ahli waris.”
Noelle memukul mulutnya sendiri karena sudah salah bicara. “Maaf, tidak sengaja.”
Elliot tertawa. “Tidak apa, hidupku jauh lebih tenang setelah keluar dari ahli waris utama. Jika kamu ingin masuk ke jurusan lain, aku bisa membantumu bicara dengan Ayah. Mungkin dia akan mengerti, bila melihat pencapaian kamu.”
“Sungguh? Kamu benar – benar akan membantuku bicara dengan Ayah?” tanya Noelle dengan antusias.
“Mhm, asal kamu mengurangi obsesimu terhadap game.”
Noell, “Itu kesenanganku! Aku bahkan tidak bodoh meski banyak bermain game.”
DING!
Progress bar di layar komputer akhirnya berubah menjadi 100 %, membuat keduanya segera menatap komputer secara bersamaan. Noelle lantas membuka beberapa folder, ia menggeser layar komputernya sedikit agar Elliot bisa melihat isi dari folder itu juga.
“Bagaimana? Apakah sudah kembali?”
Elliot lekas setengah berdiri saat melihat folder – folder yang sempat menghilang sudah kembali. Dia merebut mouse dari tangan Noelle, kemudian mengecek isi dari folder itu satu – persatu, memastikan bila memang semuanya sudah kembali.
“Keajaiban, ini benar – benar keajaiban! Bagaimana kamu bisa melakukannya?”
Noelle, “Bukan keajaiban, itu namanya keahlian. Sulit menjelaskannya, kamu tidak akan mengerti.”
“Kamu juga bisa memperbaiki data yang rusak di komputer utama?”
“Tentu, tapi sepertinya agak memakan waktu, mungkin sekitar 5 jam untuk mengembalikan semua data. Malware yang masuk ke dalam softwaremu ini cukup ganas, sulit untuk membasminya dalam waktu singkat.”
Elliot berkata, “Tidak apa – apa. Asal kamu bisa membetulkannya, selama apapun juga tidak masalah.”
Noelle mengambil secarik kertas note dari meja Elliot, kemudian menuliskan sederet angka. “Sebelum itu, bisakah kamu mengirimkan uang muka dulu ke rekeningku? Aku tidak mau bekerja dengan cuma – cuma.”
Elliot menghela napas, “Dasar perhitungan.”
• • •
Seluruh karyawan di kantor Departemen Infrastruktur III digemparkan oleh kemunculan anak berusia 18 tahun yang kini tengah mengotak – atik komputer utama. Beberapa karyawan IT merasa bila harga diri mereka tercoreng akibat membiarkan anak itu membersihkan malware dan mengembalikan data utama yang hilang.
“Apa Tuan Elliot yakin ingin memberikan tugas seberat itu kepada anak kecil?” bisik Renold kepada rekannya.
“Sstt … jangan keras – keras, dia mungkin merasa begitu frustasi sampai membiarkan anak – anak berusaha mengembalikan data.”
Lino berdecak, “Kalian terlalu banyak bergosip. Tuan Elliot tidak mungkin memperkerjakan seseorang secara sembarangan. Omong – omong, anak itu Noelle Landegre, jadi perhatikan ucapanmu bila tidak mau terkena masalah.”
Meski ada banyak orang yang membicarakannya, Noelle tampaknya tidak begitu perduli. Dia dengan santai menggerakan jarinya di atas keyboard dan berusaha memecahkan rumus – rumus komputer yang terlihat sulit. Terdapat segelas susu hangat yang tinggal setengah dan beberapa kue kering di sampingnya. Mau dilihat berapa kali pun, dia memang masih anak – anak.
Elliot yang duduk di samping Noelle akhirnya mengangkat kepalanya. Dia lantas menatap para karyawannya itu dan berkata, “Apa kalian sudah tidak mempunyai pekerjaan? Cepat lanjutkan pekerjaan kalian dan berhenti melihat ke arah sini.”
Di tengah – tengah pekerjaannya, Noelle sempat berbisik. “Apa kamu dan Charlotte pura – pura tidak saling mengenal di perusahaan?”
Elliot, “Dia yang minta, jadi jangan memanggil dia sembarangan.”
Noelle mengangguk sebagai tanda mengerti. Padahal diam – diam dia berpikir, akan lebih baik bila semua orang tahu mengenai hubungan mereka sehingga Charlotte tidak akan mudah diremehkan oleh orang lain.
Seperti halnya saat ini, Noelle melihat ada seorang karyawan pria yang sedari tadi berusaha mengajak Charlotte berbicara meski dari raut wajahnya saja Charlotte sudah tampak tidak nyaman.
“Senior Ben, sebelum ini Senior Sean sudah mengajari saya. Jadi Anda tidak perlu repot – repot mengajari saya lagi.”
Benedict mengibaskan tangannya di udara dan tertawa. “Kamu sempat tidak masuk selama satu minggu, tidak ada salahnya bila aku ikut membantumu.”
Benedict meletakkan telapak tangannya di atas tangan Charlotte yang berada di mouse, kemudian menggerakan tangan mereka bersama. “Untuk pekerjaan ini, kamu bisa melakukannya begini.”
Tangan Charlotte bergetar, merasa sangat tidak nyaman disentuh tanpa seizinnya. Dia baru saja hendak protes, tapi suara Elliot dari seberang ruangan terdengar. “Tuan Cooper, apa kamu ingin dilaporkan atas tindakan pelecehan seksual? Sependengaranku, Nona Baxter sudah bilang tidak perlu bantuan.”
Tatkala Benedict menoleh, dia bertemu pandang dengan kedua mata Elliot yang terlihat marah, alisnya berkerut, dan kulitnya memerah. Entah mengapa, Benedict memiliki firasat buruk apabila dia tetap meneruskan aksinya untuk menganggu Charlotte. Jadi dia diam – diam melepaskan tangannya dari tangan Charlotte dan beralih duduk ke kursinya.
“Nona Baxter, apa kamu baik – baik saja?”
Charlotte tersenyum. “Tidak apa – apa, Sir.”
Merasa bila Charlotte merupakan tanggung jawab dari Sean Thompson. Wanita itu buru – buru berdiri dari kursinya dan membungkuk sedikit di hadapan Elliot. “Mohon maaf, Sir. Saya harusnya lebih memperhatikan anak magang agar tidak menerima perlakuan buruk.”
Elliot menghela napas dan mengangguk. “Kembali bekerja.”
Ruangan lantas menjadi hening karena para karyawan merasa suasana hati Elliot sedang buruk. Sampai akhirnya Noelle berseru dua jam kemudian. “Berhasil! Kita hanya perlu menunggu prosesnya selesai, mungkin menunggu selama tiga jam.”
Elliot secara reflek bertepuk tangan sekali. “Tidak kusangka akan begitu cepat! Jika kemampuanmu seperti ini, aku pasti akan berbicara kepada Ayah untuk membiarkan kamu memilih jurusan yang kau inginkan.”
Noelle menyesap susunya yang sudah dingin, lalu menjawab. “Kamu benar – benar harus membantuku atau datamu akan kuhilangkan lagi.”
Ketika sedang menunggu satu jam pertama, Elliot melirik ke arah arlojinya dan menemukan waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore. Wajah – wajah karyawannya yang sudah bekerja dari kemarin tampak begitu lelah dan beberapa hampir tertidur saat mereka sedang bekerja.
Karena tidak ingin mengeksploitasi para karyawannya. Akhirnya Elliot menyuruh mereka untuk membereskan barang bawaan mereka dan pulang. “Kalian sudah bekerja keras selama dua hari terakhir. Sebaiknya kalian pulang hari ini dan kembali besok pagi, biarkan aku yang mengurus sisanya.”
Walau merasa senang, para karyawan itu juga agak enggan. “Tapi, bukankah lebih baik apabila kita menunggu sampai datanya benar – benar pulih? Mungkin saja Anda membutuhkan bantuan kami lagi.”
Elliot menggeleng. “Sudah cukup, aku tidak mau seluruh karyawannya jatuh sakit karena Overwork. Karena itu, cepat pulang dan beristirahat di rumah. Aku tidak menerima penolakan kalian.”
Mau tidak mau, seluruh karyawan akhirnya mengemasi barang – barang mereka dan berpamitan kepada Elliot. “Kami pulang dulu, Sir. Sebaiknya hubungi kami jika Anda memerlukan bantuan.”
“Jangan khawatirkan perusahaan lagi, tidur saja yang nyenyak. Oh, omong – omong aku akan memberikan kalian bonus karena sudah lembur selama satu harian penuh. Bonus masing – masing bisa di cek dua hari lagi di rekening kalian.”
Suara sorakan kegirangan lantas membanjiri ruang kantor itu, mereka tidak henti – hentinya mengucapkan terima kasih saat meninggalkan ruangan. Berbeda dengan para karyawan yang langsung pulang, Erland malah terlihat sangat enggan untuk meninggalkan ruangan.
“Saya akan menunggu Anda sampai selesai.”
Elliot menghembuskan napas, lalu berdiri dan menyeret Erland untuk pergi keluar. “Pulanglah, anjing – anjingmu mungkin bisa mati jika kamu tidak segera memberi mereka makan.”
Erland berjuang keras supaya tidak diusir. “Tidak apa – apa, seorang tetangga sudah memberi mereka makan saat saya pergi.”
“Tapi aku benar – benar memaksamu untuk pulang atau aku akan mencari sekretaris lain yang lebih penurut.”
Merasa berdebat dengan Elliot adalah hal yang melelahkan, Erland akhirnya menyetujui dengan berat hati. “Baiklah, saya akan pulang. Segera pulang jika pekerjaan Anda sudah selesai.”
Setelah susah payah mengusir para karyawan, ruangan itu akhirnya menjadi kosong, menyisakan Elliot dan Noelle berdua. Ketika Elliot hendak duduk, dia mendengar suara pintu yang terbuka lagi dan menampakkan Charlotte yang kembali naik ke atas usai karyawan lain pulang.
“Charlotte, kamu juga harus pulang.”
“Tidak seperti karyawan lain, aku belum lembur kemarin. Jadi aku memutuskan untuk lembur hari ini agar mendapatkan bonus.”
Noelle lantas berseru. “Elliot, kamu benar – benar kejam! Kenapa kakak ipar sampai harus bersusah payah untuk lembur agar mendapatkan uang tambahan?! Aku akan melaporkannya ke Ayah!”
Bersambung…