SUAMIKU MENAHAN SESEORANG
Setidaknya butuh tujuh hari bagi detektif swasta untuk menyelidiki Renold Portman secara keseluruhan. Selama satu minggu itu, Elliot masih bersikap normal kepada Renold, dia juga masih meminta bantuan ketika ada masalah terkait program yang sedang mereka jalankan.
Akan tetapi, tujuh hari yang dipenuhi kedamaian itu akhirnya selesai begitu detektif swasta mengirimkan hasil penyelidikannya kepada Elliot. Hasil penyelidikannya berupa video rekaman Renold di luar kantor beserta beberapa lembar foto lain, catatan rekening Renold Portman, dan juga riwayat panggilan Renold di ponselnya yang lain.
Elliot lantas menganalisa hasil penyelidikan itu di rumah, supaya Charlotte bisa dengan leluasa ikut menganalisanya juga.
“Siapa orang yang dia temui ini?” tanya Charlotte seraya menunjuk beberapa foto.
Hampir seluruh foto itu memuat Renold bersama seorang pria yang sama. Mereka juga biasanya bertemu di area sekitar kantor atau tempat makan di dekat kantor.
“Itu salah satu asisten Johan,” kata Elliot.
Charlotte, “Kamu tidak terlihat kaget.”
“Aku sudah bisa menebak jika semua ini adalah ulah Johan.”
Di kehidupan lampau, Johan adalah orang yang paling senang saat melihat Elliot menderita. Maka tak heran apabila di kehidupan sekarang juga dia melakukan segala cara untuk menjatuhkan Elliot.
“Tapi memang masuk akal.” Charlotte berkata, “Departemen Infrastruktur III langsung terkena masalah begitu kamu berhasil menempati tiga peringkat atas. Johan mungkin merasa kesal dan ingin menjatuhkan kamu. Terlebih lagi, dia juga tidak memberikan reaksi yang serius saat kamu mendapatkan masalah, seolah – olah dia memang sudah tahu.”
Elliot lalu mengeluarkan lembaran bukti dari riwayat transaksi milik Renold. “Tuan Portman mempunyai 3 akun bank yang berbeda, dan ada kiriman uang yang sangat besar masuk ke tiga akunnya.”
“Berapa banyak?”
“Masing – masing dikirimi 40.000 $.”
Charlotte mengangkat kepalanya, dan ia berkata dengan sangat serius. “Maka dia mendapatkan uang sebesar 120.000 $ untuk menyabotase datamu.”
“Kita harus melaporkan perbuatannya kepada polisi,” tambah Charlotte.
“Tidak secepat itu.” Elliot berkata, “Johan bisa membeli polisi dan membebaskannya. Aku memerlukan bukti yang valid supaya Johan tidak dapat mengelak.”
“Seperti apa?”
“Kesaksian langsung dari Renold Portman.”
Keesokan paginya, Elliot memanggil Renold Portman ke ruangannya. Supaya tidak menimbulkan kecurigaan, Elliot berusaha bersika senormal mungkin di hadapan Renold.
“Duduklah,” pinta Elliot.
Dia menunjuk kursi di hadapannya dan tersenyum kepada Renold. Renold juga membalas senyum Elliot dan segera duduk di hadapannya. Entah mengapa, pria itu cenderung tampak gugup setiap kali berhadapan dengan Elliot. Mungkin rasa bersalah telah menggerogoti hatinya dan membuat Renold merasa tidak nyaman berada di sekitar Elliot.
“Apa yang bisa saya bantu, Sir?” tanya Renold.
“Begini, akhir – akhir ini aku merasa khawatir data departemen kita akan rusak lagi. Jadi, aku berpikir untuk memperkuat sistem antivirus kita.” Elliot mengambil sebuah berkas dari dalam laci kerjanya dan menyerahkan berkas itu kepada Renold. “Tuan Portman, sebagai orang yang sangat ahli di bidang ini, Anda mungkin bisa menilai kelayakan dari proposal antivirus yang baru.”
Renold diam – diam menghela napas lega saat dia mengambil berkas dari tangan Elliot. “Anda terlalu memuji, Sir. Saya tidak seahli itu, antivirus yang saya kembangkan bersama anggota IT bahkan tidak mampu mencegah Malware datang.”
“kamu tidak perlu memikirkan hal itu lagi. Kejadian itu sama sekali bukan kesalahan Divisi IT…”
Perlahan, Renold mulai membuka berkas yang ada di tangannya. Namun gerakan tangannya langsung berhenti di udara tatkala melihat isi dari berkas tersebut. Kedua pupil matanya mengecil karena terkejut, dan tangannya tiba – tiba mengeluarkan keringat dingin.
“… Melainkan kesalahanmu,” lanjut Elliot.
Sontak Renold memandang Elliot dengan ekspresi yang dipenuhi oleh ketakutan. Di dalam berkas tersebut, berisi bukti – bukti pertemuannya dengan asisten Johan beserta riwayat transaksi yang mereka lakukan.
“Ini .. Saya tidak mengerti, Sir.”
Elliot tersenyum, pandangan matanya jatuh kepada berkas di atas meja. “Tuan Portman, apa kamu masih menyimpan flashdisk yang Anda gunakan untuk menyebarkan Malware?”
“Tidak. Tidak. Saya tidak mungkin melakukan hal itu. Anda pasti salah paham.”
Renold berdiri dari kursinya dan beringsut mundur. Kepalanya beberapa kali menggeleng dan satu – satunya hal yang ada di dalam benaknya hanyalah melarikan diri secepat mungkin.
Akan tetapi, banyak petugas keamanan berbondong – bondong masuk ke dalam ruangan Elliot. Mereka mulai memegangi tangan Renold dan mengunci pintu, mereka juga bahkan menutup gorden supaya karyawan di luar tidak dapat mengintip masuk ke dalam ruangan.
Seorang petugas keamanan melangkah maju ke hadapan Elliot, kemudian meletakkan sebuah flashdisk kecil berwarna hitam ke atas meja. “Kami menemukan ini di dalam tong sampah kecil yang ada di meja Tuan Portman.”
Elliot mengambil flashdisk tersebut, sesekali dia akan memutar benda tersebut di antara jemarinya. Dia kemudian menyandarkan punggungnya pada kursi dan menghela napas. “Tuan Portman, jika ingin menghilangkan bukti, seharusnya kamu membakar benda ini.”
Renold berusaha keras melepaskan tangannya dari cengkraman para petugas keamanan. Tapi dia tidak mampu melakukannya dan memilih untuk bersimpuh di atas lantai. “Anda pasti membuat kesalahan, itu bukan milik saya!”
“Lantas milik siapa?”
“Mana saya tahu! Bisa saja milik orang lain! Saya tidak mungkin melakukan cara keji seperti itu!”
Elliot tertawa pelan, lalu berjalan mendekati Renold. “Tidak apa – apa bila tidak ingin mengaku sekarang, aku punya banyak waktu untuk bicara denganmu.”
Usai mengatakan hal itu, Elliot benar – benar menghabiskan waktu seharian untuk mendapatkan pengakuan dari Renold. Namun pria itu sama sekali tidak ingin mengaku dan lebih memilih diam sampai waktu menjelang sore.
Elliot bersandar pada dinding kaca, matanya mengintip para karyawan yang mulai pulang satu – persatu. Banyak dari karyawan itu yang juga melihat ke ruangan Elliot, merasa begitu penasaran dengan hal yang menimpa Renold Portman. Tapi rasa penasaran mereka tidak terpenuhi karena petugas keamanan yang berjaga di depan pintu sama sekali tidak mau membuka mulut mereka.
“Tuan Portman, apa Anda tidak lelah? Jika kau mengaku, maka kita bisa pulang lebih cepat,” kata Elliot seraya berbalik.
Renold mendengus, “Berapa kali harus saya ucapan, saya tidak melakukannya! Seharusnya saya yang menuntut Anda ke polisi karena sudah mengikuti saya diam – diam selama satu minggu penuh!”
Elliot tertawa sebagai balasannya. “Bukti sudah ada di depan mata, kenapa masih mengelak? Sidik jarimu bahkan juga ditemukan di flashdisk itu.”
“Kalau memang ada bukti, kenapa Anda tidak menyerahkan saya saja ke polisi biar mereka yang membuktikan?!”
“Karena aku ingin mendengar pengakuanmu sendiri.”
Karena sebuah pengakuan dari seorang kriminal lebih berharga dari bukti apapun. Selama Renold mengakui kejahatannya, maka dia akan langsung dijebloskan ke dalam penjara dan Johan tidak mampu menolongnya.
Elliot juga ingin nama Johan Landegre keluar dari mulut Renold secara langsung, supaya dia juga bisa menyeret Johan ke penjara.
Klik!
Suara pintu yang terbuka datang dari jalur VIP, Charlotte lantas masuk ke dalam ruangan seraya bertanya. “Dia masih belum membuka mulutnya?”
Bersambung…