ISTRI MENJALIN PERSAUDARAAN
Setelah lama hanya berdiam diri, Ian yang berdiri di sudut ruangan akhirnya angkat bicara. “Tidak ada jika atau seandainya. Kamu memang tidak berniat untuk membantu Elliot. Tadi kamu berkata kalau perubahan secara mendadak akan menimbulkan kekacauan, tapi sebenarnya meski proses pemindahan administrasi memakan waktu, kepemimpinan bisa tetap dialihkan.”
“Selama dua pimpinan ini saling mengerti, mereka pasti mampu memindahkan administrasi dengan tenang. Namun kamu malah memindahkan administrasi tanpa melibatkan Elliot, membuatku berpikir kalau kamu memang tidak menghargai dia sebagai pemimpin baru,” lanjut Ian.
Perlahan Ian menegakkan punggungnya yang sedari tadi bersandar pada dinding, kemudian melangkahkan kaki untuk berdiri di samping Arthur. “Kita di sini bukan untuk berdiskusi, tetapi untuk menjatuhkan tuduhan berdasarkan bukti yang sudah ditetapkan. Ayah sudah mendengar rekaman itu, jadi sebaiknya segera menyerahkan Johan kepada polisi untuk diperiksa.”
Johan berdecak, “Kamu ingin menjatuhkan tuduhan karena mendengar rekaman itu? Hei Ian, pengakuan seseorang bisa dipalsukan. Bahkan seorang pendeta yang sudah bersumpah di hadapan kitab juga bisa berbohong. Bagaimana kamu bisa membuktikan kalau kata – kata Tuan Portman sepenuhnya benar?”
“Mungkin saja Elliot membayar Tuan Portman untuk membuat pengakuan tentangku. Tunggu, mungkin juga dia tidak membayarnya, tetapi mengancam Tuan Portman sampai Tuan Portman membuat pengakuan palsu. Dari pengakuan polisi, Tuan Portman sempat meminta kamu untuk tidak menyentuh keluarganya.”
Ketika berhadapan dengan Ian dan Johan. Elliot selalu berpikir kalau mereka hampir serupa. Keduanya sama – sama pandai berbicara dan memutar balikan logika supaya mampu memojokkan lawan. Sejak dahulu mereka selalu seperti itu, alih – alih berteriak dan memukul satu sama lain, mereka berdua akan selalu mendiskusikan sesuatu dalam waktu yang panjang dan tidak mau mengalah.
Tapi sekarang Elliot akhirnya sadar, kalau keduanya selalu bertengkar karena Elliot. Setiap kali Elliot membuat kesalahan, Ian akan selalu ada di sampingnya dan membela dia sehingga Arthur tidak bisa melunak. Namun, Johan juga akan berdiri di samping Elliot dan berusaha menuangkan minyak ke dalam api, berharap agar Arthur bisa lebih keras kepada Elliot.
Elliot sudah terlalu lama bertengkar menggunakan kekerasan dan berpikir kalau diskusi itu adalah hal yang membuang – buang waktu. Namun kini dia sadar bila diskusi yang membosankan ini memang diperlukan supaya tidak menambah panjang masalah.
“Apa gunanya aku memojokkan Tuan Portman untuk membuat pengakuan palsu? Johan, tidak ada hal yang menarik darimu sampai aku ingin menjatuhkan kamu. Sekarang kamu memegang jabatan sebagai Kepala Departemen, tapi memangnya Kepala Departemen setara dengan Presiden Direktur dan Wakilnya? Aku juga sekarang mempunyai jabatan Kepala Departemen, sehingga berusaha menjatuhkanmu hanyalah sesuatu yang sia – sia.”
Elliot melirik Ian, “Jika aku mau menjatuhkan seseorang, bukankah lebih baik menjatuhkan Ian dan mengambil posisinya sebagai Wakil Direktur?”
Pada saat ini, Johan mulai merasa gelisah, tapi wajahnya tetap terlihat tenang. “Aku juga tidak mempunyai alasan untuk menjatuhkanmu, kamu bahkan tidak mempunyai apa – apa sebelum ini.”
Elliot hendak menjawab, tetapi Ian sudah mendahului. “Kamu punya satu alasan, yaitu untuk mempertahankan posisimu sebagai kepala dari dua departemen. Sebelum ini, kamu telah menjadi Kepala Departemen I sekaligus III secara tidak langsung. Walau secara lapangan Elliot adalah Kepala Departemen III, tetap saja kamu adalah orang yang memimpin secara tertulis. Tapi tiba – tiba saja Elliot ingin menjadi Kepala Departemen III secara utuh, dan kamu pasti akan kehilangan wewenang atas dua departemen jika sampai Elliot menjadi Kepala Departemen III secara utuh.”
Setelah mendengar penjelasan Ian, Elliot diam – diam tersenyum. Ekspresinya menjadi lebih menyebalkan di hadapan Johan, apalagi saat dia berkata. “Kamu ingin membantah apalagi? Kalau tidak ada, aku akan segera meminta petugas polisi untuk membawamu.”
Suasana di dalam ruangan itu semakin memanas. Ketiga saudara itu hanya diam, tapi aura permusuhan jelas tersebar dan membuat mereka tercekik. Arthur yang masih sakit akhirnya merasa tidak tahan melihat putra – putranya terlibat perselisihan, dan segera angkat bicara. “Cukup! Kalian semua tumbuh bersama di rumah ini, tapi sekarang bertingkah seperti orang asing! Aku tidak mau lagi mendengar ucapan kalian. Sekarang lebih baik melakukan penyelidikan menyeluruh untuk membuktikan siapa yang benar dan salah.”
Johan tampak tidak puas. “Apa artinya Ayah ingin aku diseret ke kantor polisi sekarang?”
Arthur, “Kamu jelas harus pergi ke sana untuk membuktikan ketidakbersalahanmu. Ikuti prosedur hukum terlebih dahulu, jika kamu memang merasa tidak melakukan kesalahan, maka tidak perlu khawatir akan terkena hukuman.”
“Tapi—”
Ucapan Johan terhenti karena dia mendengar Arthur tiba – tiba batuk, jenis batuk yang parah dan tidak kunjung berhenti meski sudah beberapa menit. Ketiga saudara yang tadinya saling menyimpan dendam itu pada akhirnya menampakkan kekhawatiran di wajah mereka.
“Ayah baik – baik saja? Haruskah aku memanggil dokter sekarang?” tanya Elliot seraya menyentuh pundak Arthur.
“Uhuk .. Uhuk .. Aku tidak apa – apa, ambilkan saja obat di meja.”
Elliot melihat ada beberapa botol obat di atas meja, dia tidak harus mengambil yang mana sehingga ingin bertanya lagi. Namun suaranya tertahan karena mendengar suara pintu dibuka cukup keras, dan menampakkan sosok Brianna yang datang dengan wajah agak marah.
“Kalian semua benar – benar keterlaluan! Ayah kalian bahkan belum sembuh total tapi sudah melibatkannya dalam masalah besar! Cepat keluar dari ruangan ini sebelum sakitnya bertambah parah karena melihat tingkah kalian!”
Walau tidak menyukai Brianna, Elliot tetap menuruti permintaannya karena merasa lebih baik membiarkan ayahnya untuk istirahat dahulu.
Ketika dia melewati Brianna, wanita separuh baya itu melirik Elliot dengan tajam dan diam – diam berbisik. “Kamu selalu membuat masalah, Ayahmu pasti bisa cepat mati karena ulahmu.”
Kelopak mata Elliot sedikit berkedut saat mendengarnya, dia berbalik untuk melihat Brianna tapi malah dihadapkan dengan pintu yang sudah tertutup.
Dia berdecak di dalam hati, tidak menyangka bila Brianna akan membicarakan kematian seolah sudah menyumpahi Arthur akan cepat mati sebentar lagi.
Hatinya jadi tidak nyaman, tapi dengan cepat diabaikan karena masih harus mengurus masalah Johan.
“Aku sudah memanggil polisi untukmu, mereka mungkin akan datang beberapa menit lagi,” kata Elliot.
Elliot berpikir Johan akan merasa marah atau kesal, tapi pria itu hanya tersenyum seolah ingin mengejek Elliot. “Tidak masalah, bermalam satu hari di kantor polisi mungkin tidak begitu buruk.”
“Kamu sangat percaya diri besok akan keluar?”
“Tentu saja.” Johan berkata, “Orang yang tidak bersalah pasti akan bebas. Elliot, mengapa sekarang kamu ingin menyerangku? Padahal sebelumnya kamu begitu tenang dan membiarkan aku untuk mengambil alih pekerjaanmu.”
“Oh, apa ini karena pengaruh buruk Charlotte? Apa dia yang memaksamu untuk bertindak sejauh ini? Siapa yang mengira bahwa wanita yang terlihat lembut itu sebenarnya adalah wanita racun yang ingin menghancurkan persaudaraan kita.”
“Jaga ucapanmu, Charlotte tidak ada hubungannya dengan masalah kita.”
Usai mengucapkan itu, Elliot tidak mengatakan apa – apa lagi karena Johan juga tidak membalas sampai akhirnya dia dibawa pergi oleh beberapa pihak polisi.
Ketika mereka pergi menuju pintu depan, Johan sempat menatap Noelle dengan pandangan tidak suka saat mereka berpapasan di ruang makan. Anak itu bahkan tidak berbicara dan hanya mengunyah apel yang diberikan oleh Charlotte sejak tadi, tapi malah harus berpapasan dengan tatapan semengerikan itu.
Secara tidak sadar, Noelle bahkan bersembunyi di belakang punggung Charlotte sampai saudaranya itu benar – benar keluar dari rumah.
“Apa dia marah karena aku membantu kalian?” bisik Noelle.
Charlotte mengangguk, “Mungkin. Apa kamu memang tidak akur dengannya?”
“Kami memang jarang berbicara, tapi juga tidak pernah bertengkar. Ini adalah kali pertama dia terlihat membenciku. Charlotte, mungkinkah aku sudah terseret ke dalam pertikaian mereka?”
Charlotte tertawa pelan. “Kamu memang sudah terseret semenjak memihak Elliot. Di mata Johan, kamu pasti dianggap sebagai pengkhianat karena sudah memihak lawan.”
Noelle akhirnya duduk kembali di kursi makan, dia membuang apel yang sudah habis dan mengambil apel baru dari piring buah. Dia lantas memandangi punggung saudara – saudaranya.
“Kita adalah keluarga, tapi mengapa rasanya seperti orang asing. Kakak Ipar, apa kamu dan saudara – saudaramu akur?”
Charlotte mengambil apel di tangan Noelle, kemudian mengupas kulitnya secara perlahan. “Tidak juga, hubunganku dengan saudara – saudaraku mungkin lebih buruk daripada kamu.”
Karena setidaknya masing – masing dari saudara Landegre itu tidak akan saling menyerang secara terang – terangan. Meski kebencian terukir di dalam hati mereka, setidaknya mereka tetap berusaha bersandiwara menjadi saudara yang baik.
Berbeda halnya dengan saudara – saudara Charlotte. Ketiga saudaranya bahkan tidak mau repot – repot bersandiwara menjadi saudara yang baik, mereka biasanya akan menunjukkan rasa benci mereka dengan begitu jelas.
“Aku bahkan pernah didorong dari tangga oleh kakak perempuanku.”
Noelle yang ingin mengambil potongan apel langsung tidak lagi berselera makan. “Kenapa dia melakukan itu?”
Charlotte menghela napas, “Karena aku tanpa sengaja menjatuhkan kue miliknya. Saat itu aku masih berusia 7 tahun, sedangkan Caitlyn 11 tahun. Jadi mungkin dia juga tidak sengaja.”
Noelle berpikir dalam hati, Tidak akan ada anak kecil normal yang mendorong adiknya dari tangga!
Noelle tiba – tiba saja memegang kedua tangan Charlotte dan berkata dengan sungguh – sungguh. “Karena kita tidak pernah punya saudara yang baik, bagaimana kalau melupakan mereka dan menjalin hubungan saudara yang baru. Aku akan menganggapmu sebagai kakak perempuanku.”
Charlotte tersenyum, “Lalu bagaimana dengan Elliot? Kalau aku kakak perempuanmu, maka dia adalah kakak iparmu?”
“Terserah dia ingin menjadi apa, sepertinya Elliot juga tidak begitu keberatan apabila tidak dianggap.”
*****
Elliot yang sekarang dianggap sebagai kakak ipar oleh Noelle akhirnya datang ke ruang makan setelah dia mengantarkan para polisi ke gerbang. Di belakangnya, Ian turut berjalan mengikuti Elliot tanpa menunjukkan ekspresi yang berarti.
“Sudah selesai?” tanya Charlotte.
Elliot mengangguk, “Mhm, tapi mungkin Johan tidak akan bisa dihukum dengan mudah. Pengacaranya mungkin akan datang malam ini, dan membebaskan dia besok.”
Charlotte berusaha menghibur Elliot. “Tidak masalah, asal pengakuan Tuan Portman tidak terbukti palsu, Johan pasti akan kesulitan untuk melepaskan diri dari jeratan hukum.”
“Ya, mari menunggu kabarnya besok.”
Setelah melihat jam dinding menunjukkan angka 11, Charlotte segera berdiri dari kursi dan bertanya. “Kamu masih mempunyai urusan di sini?”
Elliot berpikir sejenak, “Tidak ada, kita bisa pulang.”
Begitu Elliot mengatakan hal itu, suara petir yang menyambar terdengar dari luar. Beberapa saat kemudian, hujan deras turun membasahi bumi yang disertai dengan angin kencang.
Noelle yang melihat betapa derasnya air hujan di luar akhirnya mengangkat suara. “Berbahaya bila berkendara di saat badai seperti ini, mengapa kalian tidak menginap saja? Lagipula besok hari sabtu.”
Charlotte menoleh ke arah Elliot. “Aku tidak masalah, bagaimana menurutmu?”
Elliot menghela napas, “Menginap juga tidak apa, pulang di saat badai sepertinya terlalu beresiko. Ian, kamu juga menginap?”
“Mhm, Jessica melarangku pulang karena cuaca.”
Noelle mengembangkan senyuman di wajahnya, diam – diam merasa senang karena rumah yang selalu sepi akhirnya mempunyai penghuni lain.
Bersambung…