SUAMI MENOLAK PEKERJAAN
Di akhir rapat Arthur mengumumkan peringkat dari seluruh departemen. Pria itu melangkah maju ke depan ruangan dengan wajah tersenyum, mungkin terlalu senang karena putra liarnya benar – benar telah berubah.
“Hasil rapat hari ini cukup memuaskan, ada banyak departemen yang mempunyai banyak kemajuan dibanding dengan rapat tahun lalu. Aku akan mengumumkan 3 peringkat teratas, 3 departemen ini berhak untuk menerima bonus tambahan dari perusahaan. Peringkat pertama di duduki oleh Departemen Infrastruktur I, Peringkat kedua di tempati oleh Departemen Infrastruktur V.”
Arthur memberikan jeda sebentar untuk mengumkan peringkat ketiga dan hal itu cukup membuat Elliot menjadi gugup. Jika dia gagal mendapatkan tiga peringkat besar, maka dia tidak akan mampu mengusir Johan dari urusan departemennya dan hal itu akan membuat kinerja Elliot menurun.
Tapi, dia bisa bernapas lega tatkala Arthur berkata, “Peringkat ketiga diduduki oleh Departemen Infrastruktur III. Selamat untuk ketiga departemen, bonus perusahaan akan segera dimasukkan ke dalam kas departemen kalian besok.”
Suara tepukan tangan yang meriah membanjiri ruang rapat. Kebanyakan dari mereka tidak merasa heran dengan prestasi dua departemen teratas, tapi mereka begitu terkesan dengan kenaikan departemen naungan Elliot yang meroket tinggi.
Euforia itu berlangsung selama beberapa saat sebelum Arthur kembali mengumumkan sesuatu. “Sebelum meninggalkan rapat, aku mempunyai sesuatu yang ingin di sampaikan. Satu minggu yang lalu, perusahaan ini mendapatkan tawaran untuk mengelola proyek Mixed Use Building yang berada di wilayah pusat Kota New York.
Lahan dari proyek ini luasnya sekitar 6 hektar, bisa dibilang lahan tersebut sangat luas dan tentunya memerlukan keterampilan khusus untuk menangani proyek ini. Oleh karena itu, aku ingin menawarkan proyek ini kepada tiga peringkat teratas, siapa yang sekiranya ingin mengambil proyek ini?”
Secara reflek, Johan dan Kepala Departemen V sama – sama mengangkat tangannya secara bersamaan. Perilaku mereka sudah sewajarnya begitu, karena proyek ini bisa menjadi batu loncatan mereka untuk mendapatkan kepercayaan Arthur serta para petinggi lain.
Hanya Elliot yang tidak mengangkat tangannya, wajahnya juga tampak tidak berminat untuk mengambil proyek tersebut.
Arthur menatap Elliot dengan heran, lalu bertanya, “Elliot, apa kamu tidak menginginkan proyek ini sehingga tidak mengangkat tangan?”
Elliot membalas dengan sopan, “Saya bukannya tidak menginginkan proyek ini. Tapi saya merasa belum layak untuk menanganinya, saya telah membuat banyak kekacauan di masa lalu dan sekarang sedang sibuk untuk membereskan semua kekacauan itu. Jadi, saya memutuskan untuk fokus terhadap proyek yang sedang saya tangani selama beberapa bulan ke depan sebelum mengambil proyek besar.”
Arthur mengerutkan keningnya. “Sebagai seorang kepala departemen, seharusnya kamu tidak menyia – nyiakan kesempatan seperti ini. Bukankah proyek besar ini bisa menjadi batu loncatanmu untuk menaikkan peringkat departemen kamu?”
“Saya tidak terburu – buru dalam menaikkan peringkat, sehingga tidak masalah bila kepala dari departemen I atau V yang mendapatkannya.”
Jawaban dari Elliot sudah benar, tapi terdengar sangat tidak memuaskan di pendengaran Arthur. Dia merasa putranya itu terlalu pesimistik dan tidak percaya diri, dua sifat yang seharusmya tidak dimiliki oleh ketua departemen. Padahal Arthur berharap Elliot bisa mengambil proyek ini agar namanya semakin bersih di hadapan para petinggi.
Walau sesungguhnya Elliot menolak bukan karena karena dia merasa tidak layak, tapi karena dia mengetahui sesuatu yang tidak diketahui oleh orang lain
Di kehidupan sebelumnya, dia pernah bersikeras untuk mengambil alih proyek ini karena ingin membuat Arthur percaya terhadap kemampuannya dan kembali memasukkannya ke daftar ahli waris. Meski banyak dari pemegang saham yang tidak setuju dengan Elliot, Arthur masih memberikan kesempatan kepada Elliot untuk menangani proyek tersebut karena berpikir mungkin putranya sudah berubah.
Tanpa Elliot duga, ternyata proyek ini menjadi awal dari kehancurannya. Tanah dari lahan yang akan dibangun begitu keras dan tidak dapat di bor dengan mudah, sehingga membuat pemasangan pondasi menjadi terkendala.
Karena proyek ini juga dekat dengan pemukiman warga, ada banyak warga yang protes dan meminta ganti rugi atas kebisingan serta puing yang proyek buat. Hal ini menyebabkan Elliot harus mengeluarkan biaya yang sangat besar dan membuat Arthur murka. Alih – alih membuat ayahnya terkesan, Elliot malah membuat Arthur mencabut jabatannya sebagai kepala departemen.
Oleh sebab itu, Elliot memutuskan untuk menyerahkan proyek ini kepada orang lain daripada dia harus menanggung kemarahan Arthur di masa depan. Ceritasex.site
“Baiklah, karena Departemen Infrastruktur III menolak untuk menangani proyek ini. Maka hanya ada dua departemen yang mengajukkan diri. Jika dilihat dari rekaman jejak Departemen I dan V, kalian sama – sama mempunyai kinerja yang sangat baik.
Tapi Departemen V masih mempunyai banyak kekurangan terkait proyek yang sedang dia tangani sekatang, sehingga aku memutuskan untuk menyerahkannya kepada Departemen I. Selamat kepada Johan, kamu bisa segera menemuiku di kantor untuk membicarakan proyek ini secara detail.”
Johan tersenyum senang, dia segera berdiri dari kursi dan menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Arthur. Dia sempat melirik Elliot dari sudut matanya dan berpikir bila saudara laki – lakinya itu sangat bodoh sampai menolak proyek ini.
Beberapa saat kemudian, akhirnya rapat secara resmi telah selesai dan semua orang mulai meninggalkan ruangan. Tapi, ketika Elliot ingin pergi, Ian menahan Elliot untuk tetap di dalam ruangan karena ayah mereka ingin menyampaikan sesuatu.
“Elliot, aku masih tidak mengerti kenapa kamu harus menolak kesempatan itu?! Padahal Ayah ingin memberikan proyek ini kepadamu supaya namamu semakin dikagumi oleh para petinggi dan pemegang saham perusahaan.”
Ian turut menimpali, “Kamu yakin alasanmu hanya karena merasa tidak layak?”
Karena percakapan ini tidaklah lebih dari percakapan ayah dan anak, Elliot menjadi lebih santai saat dia menjawab. “Ya, hanya itu. Aku takut tidak mampu menangani proyek itu dengan baik karena masih harus memperbaiki sistem di dalam departemenku.”
Arthur, “Seharusnya kamu bisa lebih percaya diri seperti Johan! Ayah bahkan tidak ingat pernah mendidik kalian menjadi orang yang pesimis!”
Elliot tertawa pelan, “Ayah, selama satu bulan terakhir aku sangat kerepotan untuk membereskan kekacauan yang sudah kubuat. Jadi sejujurnya aku sedang lelah dan berpikir tidak ingin mengambil proyek besar dalam beberapa bulan kw depan.”
BRAK!
Arthur memukul meja di hadapannya. “Jika kamu memang merasa lelah, sekalian saja mengambil cuti!”
“Oh, kebetulan sekali aku memang ingin mengajukan cuti untuk berlibur selama lima hari. Setelah menikah, aku belum pernah pergi honeymoon bersama Charlotte, jadi aku ingin berlibur dengannya di Pulau Maldives. Ayah sebaiknya tidak menolak permintaan cutiku, karena Ayah pasti akan membuat menantu Ayah yang manis menangis karena tidak jadi berlibur.”
Alis Arthur berkedut setelah mendengar perkataan Elliot. Dia berpikir putranya ini sangat kurang ajar kepadanya, “Elliot! Jangan memanfaatkan nama Charlotte untuk mengambil cutimu!”
Pada akhirnya, Arthur menyetujui permintaan cuti Elliot meski dengan kekesalan di hatinya. Karena merasa tidak tahan melihat Elliot, Arthur segera meninggalkan ruangan sehingga hanya menyisakkan Ian dan Elliot di dalam ruang rapat.
Ian menghela napas dan berkata, “Kamu sebaiknya jangan membuat Ayah marah, jantungnya sedang tidak sehat akhir – akhir ini.”
Elliot meringis, “Sifat Ayah itu pemarah, walau aku hanya diam sekalipun dia tetap saja akan berteriak.”
Ian tertawa saat mendengarnya, kemudian mengalihkan topik. “Kamu benar – benar ingin pergi liburan bersama Charlotte?”
“Mhm, aku sudah memesan penginapannya. Aku hanya merasa bersalah bila belum pernah mengajaknya untuk pergi berlibur setelah menikah.”
“Bagaimana dengan kehidupan pernikahanmu sekarang? Apa kamu memperlakukan adik iparku dengan baik?”
Elliot, “Pernikahanku baik – baik saja. Tapi, suasana hati Charlotte sempat buruk karena dia tidak bisa mempunyai anak, meski aku sudah berulang kali berkata tidak apa – apa jika tidak mempunyai anak.”
“Tapi tetap saja dia merasa bersalah. Karena itu, aku mungkin akan mencari ibu pengganti dan melakukan IVF untuk mendapatkan anak.”
Setelah itu, Ian mendengarkan banyak cerita dari adiknya secara seksama, tidak menyela saat Elliot menceritakan beberapa keluh kesahnya selama sebulan terakhir.
“Kamu sudah mendapatkan ibu penggantinya?”
“Belum,” Elliot berkata, “Aku tidak mau memilih sembarangan wanita, setidaknya dia harus bisa kupercaya untuk merawat kehamilannya dengan baik.”
“Jessica pernah mencarikan ibu pengganti untuk temannya yang juga mempunyai masalah dengan rahimnya. Mungkin dia juga bisa membantu kalian.”
Elliot tersenyum dengan senang, “Benarkah? Kalau begitu aku akan mempercayakan hal ini kepada kaka ipar, dia pasti mampu mencarikan ibu yang terbaik.”
“Ya, kami pasti akan membantu kalian sebisa kami.”
Setelah berbincang cukup lama, Ian akhirnya berdiri dan menepuk kepala Elliot dua kali. “Gunakan hidupmu dengan sebaik mungkin, jaga rumah tanggamu dan jangan sampai kembali ke kehidupanmu yang lama.”
Elliot tertegun, Intonasi Ian saat mengatakan hal itu seolah sedang menasihati Elliot untuk menjaga hewan peliharaannya supaya tidak mati. Saudaranya itu benar – benar memperdulikan Elliot dan hal itu membuat hati Elliot menghangat.
“Tentu aku tidak akan kembali bermain – main seperti dulu. Rasanya lebih menyenangkan untuk bermain dengan Charlotte saja.”
Ian tersenyum, kemudian menyerahkan paper bag kepada Elliot. “Untuk Charlotte, Izekiel kemarin memilihkan banyak jepit rambut yang cantik untuk Charlotte. Dia juga meminta kalian untuk main ke rumah kami sesekali.”
Bersambung…