SUAMI BERTENGKAR DENGAN SAUDARA
Karena hari masih terlalu pagi, para petinggi belum datang ke perusahaan, sehingga Elliot memutuskan untuk membantu karyawannya dalam menyusun ulang data – data.
Pria itu juga memesankan kopi dan sarapan untuk semua karyawan di departemennya karena tidak mau sampai karyawan – karyawannya itu pingsan saat bekerja.
Karena semua karyawan dipaksa untuk beristirahat dan sarapan terlebih dahulu. Charlotte berinisiatif untuk membantu para seniornya. “Senior Sean, biarkan aku membantu.”
Sean, “Kamu baru saja pulang dari perjalanan jauh, sebaiknya istirahat saja lebih dahulu.”
“Aku baik – baik saja. Hal apa yang harus aku kerjakan?” tanya Charlotte, tidak mengindahkan saran dari Sean. Karena Charlotte bersikeras, akhirnya Sean tidak menghentikkan Charlotte dan memberitahu beberapa pekerjaan yang bisa ia lakukan.
“Kamu belajar banyak saat pergi ke pameran bersama Tuan Elliot?”
Butuh waktu beberapa saat bagi Charlotte untuk menjawab. “Lumayan, pameran arsitektur di Swiss memamerkan desain – desain perkotaan yang dibuat oleh banyak Arsitek profesional. Dari pameran itu juga, aku banyak mempelajari implementasi desain kota yang sesuai dengan standar internasional.”
Beruntung Erland mengirimkan foto – foto di dalam pameran dan memberikan banyak catatan kepada Elliot dan Charlotte agar mereka berdua bisa mengetahui isi pameran tersebut.
Sean tersenyum, “Tuan Elliot sudah bermurah hati untuk mengajak anak magang pergi, jadi kamu harus mengingat seluruh pelajaran yang kamu lihat selama melakukan perjalanan bersama Tuan Elliot.”
Charlotte tertawa samar seraya berkata, “Ya, aku pasti akan mengingatnya dengan baik.”
Mengingat seluruh kegiatan panas yang ia lakukan bersama Elliot selama berlibur di Pulau Maldives.
Tatkala hari mulai menjelang siang, Elliot mengajukan permohonan untuk mengakses ruang penyimpanan pusat. Akan tetapi, permohonannya langsung ditolak oleh pihak divisi manajemen data pusat.
“Saya juga mendapatkan surat penolakan yang sama kemarin,” kata Erland.
Elliot membuang napas kasar, “Apa ini ulah Johan juga?”
“Bisa dibilang begitu. Karena kepemimpinan Departemen Infrastruktur III secara tertulis masih berada di bawah tanggung jawab Tuan Johan. Jadi kita memerlukan tanda tangannya sebelum mengajukan surat permohonan ke pusat.”
“Omong kosong! Bukankah Presiden Direktur sudah mempercayakan Departemen Infrastruktur III kepadaku secara utuh?”
“Anda baru mendapatkan kepercayaan secara lisan, tapi belum menanda tangani surat peralihan kekuasaan secara resmi.”
“Lantas mengapa kamu tidak mengirimkan surat itu ke surelku sejak kemarin?”
Erland diam selama beberapa saat, lalu menjawab. “Karena saya memang belum menerima surat apapun dari Presiden Direktur.”
Tidak mungkin.
Arthur Landegre tidak mungkin mengingkari janjinya sendiri.
Jika dia berjanji akan mengizinkan Elliot mengambil alih kekuasaan penuh selama berada di peringkat tiga, maka Arthur pasti akan memenuhinya.
Tapi sejak kemarin Arthur belum mengirimkan surat apapun dan hal itu membuat Elliot merasa ada hal yang salah di sini.
Setelah berpikir selama beberapa menit, akhirnya Elliot mendapatkan pencerahan. “Bila surat itu tentang peralihan kekuasaan dari Johan kepadaku, bukankah artinya surat itu juga memerlukan tanda tangan Johan?”
BRAK!
Elliot membuka pintu Kepala Departemen Infrastruktur I dengan keras, menyebabkan daun pintu menghantam dinding dan menimbulkan suara nyaring yang mengagetkan seluruh karyawan serta kepala dari Departemen Infrastruktur I.
“Mana surat peralihannya?!” seru Elliot begitu dia masuk ke dalam ruangan Johan.
Johan yang tengah membaca dokumen langsung meletakkan dokumen tersebut di atas meja dan menatap saudaranya yang baru saja datang dengan keributan besar.
“Tidakkah kamu tahu cara mengetuk pintu?”
Elliot mendecih, “Jangan mengalihkan pembicaraan, cepat tanda tangani surat pemindahan kekuasaan dan berikan dokumennya kepadaku.”
Johan mengetuk – ngetukkan ujung bolpoinnya ke atas permukaan meja kayu. “Kenapa aku harus melakukannya? Bukankah lebih nyaman menjadi kepala departemen bayangan saja?”
“Kau ..” Elliot menggeram marah, “Ayah sudah berjanji akan memberikan tanggung jawab penuh kepadaku asal departemenku mampu menduduki peringkat tiga teratas di rapat akhir perusahaan. Jadi, sebaiknya kamu jangan bertingkah seenaknya!”
“Ayah bahkan tidak pernah menyuruhku untuk cepat – cepat menanda tanganinya. Lantas, mengapa kamu harus terburu – buru?”
“Johan! Departemenku sedang dalam krisis, kalau kamu tidak mau menanda tangani surat peralihan sekarang, maka cepat tanda tangani surat permohonan untuk mengakses penyimpanan data pusat!”
“Elliot, perusahaan tidak bisa memberikan akses penyimpanan data pusat tanpa ada kepentingan yang jelas.”
“Karena aku punya kepentinganlah, makanya aku ingin mengakses penyimpanan data! Jadi berhentilah bertele – tele dan cepat tanda tangani surat ini!”
Elliot lantas menghempaskan selembar dokumen berisikan permohonan izin akses ke hadapan Johan. Tapi bukannya menanda tangani, Johan malah meletakkan surat tersebut ke dalam mejanya, terlihat tidak berminat dengan dokumen itu.
BRAK!
Sekali lagi Elliot menggebrak meja, kesabaran yang telah ia pupuk sedemikian rupa akhirnya merangkak keluar dan membuat Elliot kesulitan untuk menahan emosinya.
“JOHAN! AKU SERIUS!”
Elliot menambahkan, “Apa yang sebenarnya kamu inginkan sampai terus mengganggu hidupku?”
Johan tersenyum ramah, “Mengganggu hidupmu? Elliot, aku hanya menjalankan pekerjaan.”
“Apa kamu mengerti seberapa genting keadaan Departemen Infrastruktur III sekarang? Komputer kami sedang diserang oleh Malware dan seluruh data – data penting menghilang! Kalau sampai seluruh data ini tidak bisa dipulihkan dalam waktu dekat, maka kamu harus menanggung akibatnya di masa depan! Apakah alasan itu masih belum cukup bagimu untuk memberikanku izin?!”
Alih – alih merasa takut, Johan malah tertawa, “Elliot, kamu keliru. Walau aku adalah orang yang bertanggung jawab atas Departemen Infrastruktur III secara tertulis, kamu tetaplah orang yang akan kerepotan jika masalah ini terus berlanjut.”
“Karena Departemen Infrastruktur III mendapatkan masalah tepat setelah kamu diberikan tanggung jawab penuh oleh Ayah.”
Benar.
Elliot baru saja dipuji dan diberikan tanggung jawab lebih di rapat akhir tahun. Secara teknik, para petinggi tentu saja menaruh harapan yang besar untuknya. Jika sampai Elliot tidak mampu membereskan masalah ini, maka para petinggi itu akan kembali kehilangan banyak kepercayaan kepada Elliot.
“Tidak perlu merasa takut, Elliot. Image-mu sudah sangat buruk sejak awal. Jadi kamu pasti sudah terbiasa bila mendengar penghinaan para petinggi nanti.”
Elliot menggeram marah saat mendengar jawaban Johan yang sangat menyebalkan. Pada akhirnya, pembicaraan mereka hanya sebatas omong kosong belaka yang tak memiliki akhir.
“Persetan! Johan, aku pasti akan membuat perhitungan atas seluruh perbuatan menyebalkanmu ini!”
Merasa bila berbicara dengan Johan tidak ada gunanya dan hanya membuang – buang waktu. Elliot akhirnya keluar dari ruangan Johan dengan wajah masam. Johan tampaknya memang tidak mau Elliot mendapatkan kesenangan walau hanya sejenak.
Saudaranya itu pasti akan memanfaatkan setiap kesempatan yang bisa membuat Elliot sengsara.
Jika keadaan sudah separah ini, maka satu – satunya jalan untuk mendapatkan akses tanpa melalui pemeriksaan administrasi adalah dengan menghubungi Ian Landegre.
Sejak tadi Elliot bersikeras tidak ingin menghubungi Ian karena tidak mau Ian mendengar ketidakbecusan Elliot dalam mengepalai sebuah departemen.
Bersambung…