SUAMI MENGHADAPI MASALAH
“Kenapa tidak memberitahu sejak awal?” tanya Ian dari telepon, terdengar sedikit mengomel karena Elliot baru melaporkan keadaan krusial sekarang.
“Karena kupikir prosesnya akan mudah. Tapi ternyata Johan dengan kurang ajarnya selalu menghalangi jalanku. Ian, kamu harusnya mengajari kesopanan kepada adikmu itu.”
“Dia adikmu juga, Elliot.”
“Berbeda Ibu.”
“Ibuku juga tidak sama dengan Johan.”
Singkatnya, mereka berdua sama – sama tidak ingin menganggap Johan sebagai adik mereka.
“Bagaimana situasi departemenmu sekarang?”
“Tidak begitu baik, perusahaan mungkin akan mendapatkan masalah bila data – data di Departemen Infrastruktur III tidak bisa dipulihkan hari ini. Kamu ada di kantor? Aku bisa melapor secara langsung.”
“Sayangnya tidak. Aku sedang melakukan perjalanan bisnis ke Jepang, sedangkan kesehatan Ayah tidak begitu baik sehingga sedang beristirahat di rumah.”
Elliot mengernyitkan keningnya, “Ayah tidak pernah bilang kalau dia sakit.”
“Karena kamu tidak pernah menanyakan keadaannya,” Ian lanjut berkata, “Aku sudah meminta asistenku untuk menghubungi kepala Divisi Manajemen Data Pusat, seharusnya kamu sudah bisa mengakses data sekarang.”
Elliot menghela napas lega, tahu pasti bila Ian mampu membantunya keluar dari masa – masa kritis. “Terima kasih.”
“Sebagai Wakil Presdir, aku akan meminta Johan untuk menanda tangani surat peralihat siang ini, sehingga kamu bisa mengendalikan Departemen Infrastruktur III sepenuhnya.”
Walau nada suara Ian terkesan datar, Elliot mampu menangkap adanya keperdulian yang tinggi terhadap Elliot. “Jika lain kali ada masalah, kamu harus segera menghubungiku. Kamu tidak boleh merasa sungkan karena masalahmu juga masalah dari perusahaan.”
“Aku mengerti, aku pasti akan segera menghubungi kamu jika ada masalah lagi.”
Keduanya lantas mengucapkan salam perpisahan dan menutup sambungan telepon. Elliot kemudian pergi ke kantor Divisi Manajemen Data dan kembali memgajukan permintaan yang sama. Kali ini permintaannya diproses lebih cepat dan dia akhirnya mendapatkan izin untuk mengakses penyimpanan data utama dari pusat.
Lain kali, memang ada baiknya tidak perlu mengomel ke Johan dan langsung saja mengadu pada Ian.
Begitu izin untuk mengakses data utama telah didapatkan, para karyawan IT di departemen Elliot mulai berusaha memulihkan data – data yang sempat hilang. Mereka biasanya akan memback up data setiap tiga hari sekali, jadi kemungkinan data yang tersimpan di penyimpanan utama tidak mencangkup data di dua hari terakhir.
Tapi tidak apa – apa, asalkan ada banyak data yang kembali, maka itu sudah baik.
Elliot menundukkan kepalanya, memperhatikan salah satu layar milik karyawannya yang berusaha memulihkan data. Sederetan rumus – rumus komputer yang tidak Elliot mengerti muncul di dalam layar, terlihat begitu rumit dan membingungkan. Beberapa menit kemudian, karyawan itu tampaknya berhasil mengunduh data ulang. Prosesnya agak lama, sehingga semua orang memandang layar komputer itu dengan perasaan tegang.
Garis bar di komputer masih menunjukkan 68 %, gerakan majunya begitu lamban tapi setidaknya itu bergerak.
“Apa data yang hilang bisa benar – benar dipulihkan?” tanya Elliot.
Karyawan bernama Renold itu membalas, “Sejauh ini progressnya bagus, jadi kemungkinan besarnya bisa.”
“Bagaimana dengan Malware yang menyerang data kita?”
“Lino sudah membersihkan Malware itu tadi, jadi kita bisa mengunduh data dengan aman.”
Bagus.
Semuanya tampak baik – baik saja, namun entah mengapa perasaan Elliot masih belum tenang.
DING! DING! DING!
Progress bar di layar komputer mendadak menghilang dan tergantikan oleh belasan pop-up error yang tidak bisa hilang meski sudah di tutup berulang kali. Wajah Renold tidak begitu baik, dia berusaha keras untuk mengatasi masalah itu, tetapi akhirnya berhenti saat menyadari sesuatu.
“Tuan, sepertinya data milik Departemen Infrastruktur III yang tersimpan di databese utama error.”
“Terkena malware juga?”
Lino yang duduk disebelah Renold menimpali. “Bukan, tapi filenya tidak berfungsi karena sudah rusak. Keliatannya … ada seseorang yang merusaknya.”
Elliot terkejut, “Ada yang merusaknya?”
“Ya, karena filenya tidak terkena malware atau virus. File – file ini lebih terlihat seperti sengaja dihapus dan diisi dengan file – file corrupt yang kosong.”
Ucapan Lino tentu saja mengandung konspirasi di dalamnya, membuat para karyawan di departemen itu mulai berbisik satu sama lain dan bergosip tanpa henti.
Charlotte bahkan ikut menggosip karena Sean lebih dahulu berbisik. “Sepertinya Tuan Elliot mempunyai musuh di dalam perusahaan.”
Setelah mengingat tingkah laku Elliot di masa lalu, Charlotte menyetujui. “Mungkin karena Tuan Elliot berubah menjadi lebih baik tiba – tiba, ada beberapa pihak yang merasa dirugikan. Apalagi peringkat departemen kita naik dengan drastis.”
Sean, “Oh, mungkinkah ada departemen lain yang iri dan merusak file kita supaya Tuan Elliot terkena masalah.”
“Jika diperhatikan dengan baik, sepertinya Tuan Johan yang melakukannya.”
Itu sangat masuk akal. Johan adalah orang yang menghalangi Elliot untuk mengakses data, jadi ada kemungkinan besar dia pula yang merusak data departemen untuk membuat Elliot jatuh.
Namun Sean segera menyikut lengannya. “Sstt … jangan menyebarkan konspirasi tentang Keluarga Landegre. Meskipun benar, tapi sebaiknya kamu tidak boleh mengatakan hal ini kepada orang lain. Jangan sampai kamu terlibat masalah dengan Keluarga Landegre, karena mereka pasti mampu meremukkan karyawan kecil seperti kita dengan mudah.”
Charlotte mengulas senyuman tipis. “Aku akan mengingatnya.”
Charlotte tidak mungkin diremukkan oleh Keluarga Landegre, karena Elliot pasti akan membanting meja bila hal itu sampai terjadi.
Di lain sisi, Elliot terlihat agak frustasi. “Lalu apa yang bisa kalian lakukan untuk sekarang?”
Renold, “Karena data perusahaan di pusat rusak, maka kita hanya mampu berusaha mengembalikan data yang hilang akibat malware.”
Lino menghela napas, “Tapi sepertinya akan memakan waktu yang lama. Mungkin butuh sekitar lima atau tujuh hari untuk memulihkannya.”
Tidak ada pilihan lain, mereka memang hanya bisa menempuh jalan itu.
Elliot sudah menghubungi pihak Manajemen Data, tetapi kepala manajemen berkata bahwa mereka tidak mungkin berani merusak data penting perusahaan. Karena data utama merupakan back up, maka mereka tidak mempunyai cadangan data lagi.
Seluruh karyawan terlihat lesuh setelah mendengar penjelasan Renold dan Lino, bahkan anggota divisi IT pun juga terlihat agak tertekan.
Jika data tidak mampu dipulihkan, maka apa yang harus mereka lakukan?
Membuat data ulang?
Gila! Mereka lebih baik mati daripada harus membuat data ulang!
Walaupun Elliot sama tertekannya seperti para karyawannya, dia berusaha keras untuk tidak begitu memperlihatkan perasaannya dan berusaha tampak tenang.
“Dengarkan aku, untuk saat ini tetaplah berusaha untuk menyusun data – data yang masih tersisa dan kerjakan pekerjaan kalian seperti biasanya. Jangan terlalu memikirkan data yang hilang, divisi IT pasti mampu memulihkannya setelah lima atau tujuh hari, kita hanya perlu mempercayai mereka.”
Benedict dari seberang ruangan mengangkat tangannya saat berkata, “Bagaimana bila tidak bisa dipulihkan?”
Elliot menghembuskan napas panjang. “Maka dengan terpaksa kita harus bekerja lembur.”
Elliot memijat keningnya yang terasa sakit, dia sudah duduk di hadapan komputer selama kurang lebih satu jam. Hal yang ia lakukan hanyalah memandang layar itu dengan penuh rasa frustasi, ingin bekerja pun juga dia tidak berminat.
Entah mengapa dia merasa kepalanya sangat sakit dan perutnya terasa mual.
Perasaannya tidak nyaman, sehingga Elliot akhirnya membenamkan kepalanya di permukaan meja. Dalam diam menatap keyboardnya yang sedikit berdebu.
Tok … Tok …
Suara ketukan lembut membuat Elliot kembali menegakkan kepalanya. “Masuk.”
Elliot berpikir bila itu adalah karyawan yang ingin mengeluh atau Erland. Tapi ternyata sosok Charlotte yang masuk sebagai gantinya. Di tangan wanita itu terdapat sebuah nampan berisikan segelas cangkir teh yang masih panas dan beberapa kue kering.
Elliot kembali melemaskan ototnya dan meletakkan kepalanya di atas meja dengan tidak semangat. Jika dihadapan Charlotte, maka dia tidak perlu berpura – pura tenang dan tampaknya Charlotte juga tidak terganggu dengan sikap Elliot.
“Aku membuatkanmu teh lemon untuk menyegarkan pikiran. Minumlah sedikit supaya kamu lebih tenang,” kata Charlotte.
Wanita itu meletakkan nampan tersebut di atas meja kerja, lalu perlahan mengelus rambut halus milik Elliot. “Kalau lelah, kenapa tidak tidur saja dulu di sofa? Kamu sepertinya tidak banyak tidur di pesawat tadi pagi.”
Saat mendengar ada masalah di kantor, bagaimana mungkin Elliot bisa tidur dengan nyenyak di pesawat?
Elliot mengambil tangan Charlotte, kemudian mencium telapak tangan wanita itu. “Tidak bisa tidur.”
“Bagaimana kamu bisa menyelesaikan masalah bila kamu kelelahan? Cobalah untuk tidur selama beberapa saat, aku bisa menemanimu sebentar di sini.”
Elliot akhirnya mengangkat kepalanya dan menatap Charlotte. “Kamu ingin menemaniku di sini? Bagaimana bila para karyawan bertanya – tanya tentang keberadaanmu yang terlalu lama tinggal di ruanganku?”
Pupil mata Charlotte bergerak dengan tidak menentu saat dia berkata, “Mungkin aku bisa bilang kamu membutuhkan bantuan saat aku sedang mengantarkan teh ke ruanganmu.”
Elliot tertawa, “Kebetulan aku memang sedang membutuhkan cinta dari istriku.”
“Jangan menggodaku. Ayo cepat berbaring di sofa.”
Elliot tidak membantah permintaan Charlotte, dia dengan cepat berjalan ke sofa dan tidur di sana dengan kepala yang bertumpu pada paha Charlotte.
Setelah terdiam selama beberapa saat, akhirnya Elliot mengeluarkan suara. “Charlotte, bagaimana bila Ayah kembali tidak mempercayaiku lagi? Ya, walaupun aku sudah biasa tidak dipercaya, tetap saja rasanya tidak enak.”
Charlotte mengelus kepala Elliot sambil sesekali memainkan helaian rambutnya. “Selama kamu menjelaskan masalahnya dengan baik, mungkin dia bisa mengerti.”
“Jika data di departemenku tidak bisa dipulihkan, maka perusahaan bisa benar – benar dirugikan. Sepertinya memang aku tidak becus dalam memimpin.”
“Masalah ini bukanlah salah kamu. Data perusahaan hilang karena ada faktor eksternal, jadi jangan menyalahkan diri sendiri.”
Elliot lantas mengubur wajahnya ke paha Charlotte. “Jika aku dipecat oleh ayahku dan jatuh miskin, apa kamu masih mau menemaniku?”
Charlotte berpikir bila pemikiran Elliot terlalu jauh. Tentu dia tidak akan dipecat begitu saja, tapi Charlotte tetap membalasnya dengan tulus. “Aku menikah dengan Elliot, bukan uangmu. Jadi walau kamu jatuh miskin, aku tetap akan menemani kamu.”
“Aku mungkin tidak akan bisa membelikanmu banyak barang – barang mewah lagi atau makanan enak di restoran.”
“Tidak masalah.”
“Kita mungkin akan tidur di rumah tua yang dindingnya sudah retak. Atapnya terkadang bocor dan keran wastafelnya selalu saja rusak. Pada musim panas kita tidak bisa memakai AC, lalu di musim dingin tidak mampu menyalakan pemanas ruangan sehingga hanya bisa tidur menggunakan selimut bekas yang sudah ditambal di sana – sini.”
“Itu … imajinasimu terlalu nyata. Kamu yakin belum pernah hidup miskin sebelum ini?” tanya Chatlotte.
Elliot tidak menjawab, lebih memilih untuk memejamkan matanya dan berpura – pura tidur.
Hal yang ia ucapkan bukanlah sekedar imajinasi, melainkan ingatan tentang kehidupan susahnya bersama Charlotte di kehidupan sebelum ini. Mereka hidup dengan penuh kemiskinan sampai Elliot terkadang harus bekerja serabutan sebagai tukang angkat barang untuk mendapatkan uang.
Mengingat kehidupan yang dipenuhi kesulitan itu benar – benar membuat Elliot merinding.
Baru lima menit memejamkan mata, Elliot sudah mendengar suara ketukan di pintu. Dia berdecak kesal sebentar, kemudian bangkit untuk duduk di samping Charlotte. “Masuklah.”
Ketika melihat orang yang masuk adalah Erland, Elliot kembali berbaring di atas paha Charlotte. “Ada apa?”
Erland sedikit ragu saat berkata, “Adik Anda datang ke kantor dan bersikeras ingin menemui Anda.”
Elliot mengernyitkan keningnya, “Johan tidak mungkin mengunjungiku.”
“Bukan Tuan Ketiga Landegre yang datang, tetapi adik Anda yang lain.”
“Noelle?”
“Iya, orang yang datang adalah Tuan Muda Noelle.”
“Kenapa dia tiba – tiba datang kepadaku?”
“Tuan Muda Noelle berkata ingin pergi ke konser minggu depan,” ujar Erland.
“Lalu?”
“Tapi kartu kreditnya diblokir oleh Tuan Besar dan sekarang ingin meminta uang kepada Anda.”
“Kenapa tidak meminta kepada Johan.”
“Tuan Muda Noelle berkata mereka tidak begitu dekat.”
“Ian?”
“Terlalu galak.”
“…”
Lalu apakah Elliot terlihat seperti saudara yang akan memberikannya uang dengan mudah?!
Bersambung…