SUAMI & ISTRI MENGHADIRI PESTA
“Charlotte, aku kira kamu tidak datang.”
Begitu Charlotte dan Elliot memasuki aula, Agnes Baxter segera menghampiri mereka dengan senyum manis. Elliot meringis di dalam hati saat melihat Agnes Baxter, wanita separuh baya itu mengenakan gaun yang sangat berlebihan, rumbainya menjuntai-juntai hingga ke lantai sehingga dua pelayan harus membantunya berjalan. Selain itu, dia turut memakai begitu banyak aksesoris emas di bagian leher dan tangannya. Alih-alih terlihat seperti konglomerat, wanita itu malah tampak norak dan tidak elegan.
“Tentu, kami akan datang. Nyonya Baxter, terima kasih karena sudah mengundang kami,” kata Charlotte.
Agnes sontak tertawa. “Kenapa memanggilku begitu? Panggil aku Ibu. Kamu bahkan baru saja menikah selama beberapa bulan, tapi sudah memanggilku begitu.”
Charlotte, “Maaf, Ibu.”
Selama tinggal di kediaman Baxter, tak pernah sekali pun Agnes sudi dipanggil Ibu oleh Charlotte. Namun, kini dia malah bertingkah seolah-olah Charlotte adalah anak yang kurang ajar saat berada di hadapan Elliot dan para kaum borjuis lain.
Agnes tidak berbicara dengan Charlotte lagi setelah itu. Karena, dia lebih memilih untuk menarik perhatian dari Elliot. “Tuan Landegre, suatu kehormatan untuk melihat Anda hadir di pesta sederhana kami.”
Elliot mengukir senyum. “Anda terlalu merendah, Nyonya Baxter. Pesta ini sangat baik, saya menyukainya. Selain itu, saya minta maaf karena baru mengunjungi keluarga Baxter setelah lama menikah dengan Charlotte.”
Agnes mengibaskan tangannya. “Tak perlu dipikirkan, Anda pasti sangat sibuk bekerja. Omong-omong tentang Charlotte, apa dia berkelakuan baik selama menjadi istri Anda? Anak itu kadang sangat lamban dan kurang merawat diri. Jadi, saya harap Anda tidak begitu sering memarahi dia.”
Senyuman Elliot luntur begitu saja saat mendengar Charlotte dihina terang-terangan begitu. Pria itu akhirnya menjawab singkat, “Charlotte selalu menjadi istri yang baik.”
Seketika, Agnes merasa suasana di antara mereka jadi tidak nyaman. Karena itu, dia buru-buru meminta mereka masuk ke dalam aula dan menyambut tamu lain yang baru saja datang.
Di dalam aula, Elliot menyapa beberapa orang penting yang mengenal keluarga Landegre. Sesekali bertukar obrolan, tapi lebih sering hanya bertukar senyum karena Elliot malas meladeni orang-orang itu yang seringkali malah membicarakan bisnis di pesta orang.
Dibanding Elliot, Charlotte lebih diam lagi. Wanita itu belum pernah menghadiri pesta penting, jadi dia terus menempeli Elliot kemana pun pria itu pergi. Bahkan, Charlotte tidak berani melepaskan tangannya dari lengan Elliot.
“Keluargamu ini sangat luar biasa. Daripada mengundang teman-teman sekolah adikmu, mereka malah mengundang orang-orang penting kemari,” bisik Elliot di telinga Charlotte.
Charlotte, “Ayahku Senang Menjilat Para Konglomerat. Jadi, wajar saja dia akan mengundang mereka daripada anak-anak sekolah yang tak berguna.”
Dari kejauhan, Charlotte melihat Jacob Baxter sedang bersenda gurau bersama beberapa pejabat penting. Pria itu bahkan tak mau repot untuk menyambut kehadiran Charlotte.
Beberapa saat kemudian, Elijah Baxter hadir di dalam aula. Anak itu memiliki wajah muda yang sama dengan Noelle. Bedanya, Noelle selalu tersenyum dan memancarkan aura positif, sedangkan Elijah selalu berwajah masam dan memandang orang lain dengan rendah.
Elijah bahkan segera membuang wajah ketika bertatapan dengan Charlotte, seakan kehadiran Charlotte memang tidak diinginkan.
Tak lama kemudian, Jacob Baxter segera membuka acara ulang tahun itu. “Tuan-Tuan dan Nyonya-Nyonya sekalian. Saya, selaku kepala keluarga dari keluarga Baxter ingin mengucapkan banyak terima kasih atas kehadiran kalian di pesta ulang tahun putra saya, Elijah Baxter.”
Jacob lantas mengutarakan pidato panjangnya yang berbelit-belit. Tapi, pada intinya dia sedang meninggikan Elijah agar orang-orang penting di pesta tertarik dengan Elijah dan bisa memudahkan karir anak itu di masa depan.
“Lihat wajah anak itu, daritadi terus menatap kamu dengan ekspresi buruk. Saat masih tinggal di rumah mereka, dia melakukan apa saja untuk mengganggumu?” tanya Elliot di tengah-temgah pidato membosankan Jacob.
“Mengganti tehku dengan air bekas cat air, merusak maket yang pernah kubuat dengan susah payah, menggunting pakaiank yang sedang dijemur. Lalu … entahlah, ada banyak sekali sampai aku tidak begitu ingat,” jawab Charlotte.
Dua alis Elliot hampir menyatu saat keningnya berkerut. “Kau bilang dia tidak pernah mencelakai kamu.”
“Ya, memang tidak. Dia hanya iseng, tapi tak pernah menjambak atau memukulku.”
Jika dibandingkan dengan Elijah, maka Caitlyn lebih buruk. Saudarinya itu seringkali menjambak rambut Charlotte setiap kali Charlotte mengenakan pakaian yang lebih bagus daripada Caitlyn. Oleh sebab itu, selama bertahun-tahun, Charlotte jarang membeli pakaian yang bagus meskipun ingin.
Sementara Ethan, dia sama buruknya dengan Caitlyn. Rasanya, sejak kecil Ethan selalu senang setiap kali melihat Charlotte jatuh atau dipukul. Jadi, sebisa mungkin Charlotte tidak akan keluar kamar saat Ethan sedang ada di rumah. Karena sungguh, Ethan tidak pernah menahan diri saat mendorong Charlotte.
Semakin Elliot mendengarkan perlakuan saudara-saudara Charlotte, semakin dia merasa darahnya mendidih dan ingin membakar rumah keluarga Baxter beserta seluruh penghuninya.
Padahal, ketika Elliot menikahi Charlotte di kehidupan sebelum ini. Pria itu hanya mengabaikan Charlotte atau sekedar mengomel beberapa kali. Tak pernah sekali pun Elliot memukul Charlotte atau melakukan sesuatu untuk melukainya.
“Charlotte, kamu yakin tidak mau membunuh mereka saja?”
Charlotte tersenyum. “Tak perlu mengotori tanganmu untuk melakukan tindakan kriminal seperti itu. Jangan khawatir, sekarang aku sudah baik-baik saja.”
Karena, kini ada Elliot yang selalu memperlakukannya dengan baik dan lembut.
Tatkala pidato panjang dari Jacob selesai, acara perjamuan makan di mulai. Masing-masing tamu di bawa ke meja-meja yang sudah disediakan. Sebagai formalitas, Jacob menempatkan Charlotte dan Elliot di meja yang sama dengan anggota keluarga Baxter.
Pada saat itulah, akhirnya Elliot bisa bertatapan dengan Ethan dan Caitlyn secara langsung. Akan tetapi, ada satu hal yang mengganggu Elliot saat pertama kali melihat Ethan, yaitu wanita yang kini duduk di sebelah Ethan.
“Irene,” sahut Elliot.
Bagaimana mungkin mantan kekasihnya itu tiba-tiba ada di pesta keluarga Baxter? Walau Irene juga berasal dari keluarga yang lumayan kaya, tetap saja seharusnya ia tidak memiliki hubungan dengan keluarga Baxter. Skenario seperti ini rasanya tidak pernah ada di kehidupan lampau.
Wanita yang mengenakan gaun dengan potongan rendah itu tersenyum saat melihat Elliot. “Ah, Elliot, sudah lama tak bertemu.”
“Apa yang kamu lakukan di sini?”
Ethan menjawab alih-alih Irene, “Dia adalah kekasihku.”
Elliot melongo heran. “Apa? Kamu … bagaimana bisa?”
Irene, “Aku bertemu dengan Ethan di bar beberapa bulan yang lalu. Setelah banyak mengobrol, kami merasa cocok dan memutuskan untuk berpacaran. Kenapa? Apa kamu keberatan?”
Suara Irene mendayu-dayu saat mengucapkan pertanyaan terakhir, seakan ingin menggoda Elliot untuk kembali ke pelukannya. Namun, Elliot hanya membalasnya dengan singkat. “Tidak.”
Jacob dan Agnes yang baru saja datang segera meminta mereka semua duduk. “Mari semuanya duduk, makanan akan segera dihidangkan.”
Irene tadinya mempersilahkan Elliot untuk duduk di sampingnya, tapi Charlotte segera menarik Elliot dan duduk di samping Irene. “Kamu tidak keberatan, kan, kalau aku duduk di sini?”
Irene memandang Charlotte dengan malas, tapi tetap tersenyum. “Ya, tentu. Kamu bisa duduk di mana saja.”
Kehadiran Irene Addison itu adalah sebuah anomali. Dia seharusnya memiliki kekasih lain dan tidak bersama Ethan. Tapi, setelah dipikir-pikir rasanya wajar mereka bisa bersama. Keduanya sama-sama tidak menyukai Charlotte jadi pasti memiliki kecocokan yang tak terbantahkan. Lagi pula, Irene pasti ingin mencari pria kaya lain yang bisa dia keruk hartanya hingga kering.
Sampah memang cocok dengan sampah.
Ketika makanan dihidangkan, semuanya menyantap makanan secara serentak. Semua yang hadir sangat memahami tata krama saat makan, jadi tidak ada yang berbicara sampai mereka menyelesaikan santapan mereka.
Keheningan itu baru dipecahkan oleh Ethan yang ingin mengajak Elliot bicara saat mereka menunggu hidangan penutup datang. “Tuan Landegre, rasanya sudah lama sekali kita tidak bertemu. Terakhir itu, saat acara pernikahan dengan Charlotte.”
Elliot membalas, “Ya, itu sudah lama sekali. Maaf, aku baru bisa mengunjungi kalian sekarang karena sedang sibuk akhir-akhir ini.”
Ethan, “Tidak perlu dipikirkan, aku juga salah karena tidak mengunjungimu dan Charlotte.”
“Kamu juga sepertinya sedang sibuk akhir-akhir ini. Kudengar, kamu sedang merintis perusahaan konstruksi baru,” kata Elliot.
Mata Ethan berbinar saat mendengar Elliot mengetahui perusahaan barunya. “Ya! Aku sedang mendirikan perusahaan baru di bidang konstruksi. Tapi, perusahaan itu masih memiliki banyak kekurangan karena aku harus banyak belajar. Bisakah Tuan Landegre memberikanku beberapa saran terkait perusahaan konstruksi?”
Senyuman di wajah Elliot kian melebar, rasa senang menyebar di hati pria itu karena Ethan mengambil umpan yang Elliot berikan.
“Tentu, bagaimana jika berbincang-bincang setelah ini? Aku mungkin bisa memberikanmu beberapa saran, dan jika tertarik, aku juga mungkin bisa menjadi investor untuk perusahaan rintisanmu.”
Bersambung…